LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

Diaz Ardhiansyah Sri Mangesti Rahayu Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh. restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P. J. A Adriani dalam Thomas Sumarsan (2013: 3)

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG. Oleh: FIKRI ZUHRI PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.12

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI)

Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

Transkripsi:

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis berada tidak jauh dari Ibukota Propinsi Jawa Timur yaitu kota Surabaya. Kota Kediri berkembang pesat dalam hal pembangunan dan fasilitas tempat liburan dan hiburan. Hal ini mendorong masyarakat di luar kediri untuk datang dan berlibur di kediri. Hal ini menyebabkan berkembangnya usaha perhotelan, restoran dan tempat hiburan, dengan demikian akan meningkatkan pula Pendapatan Asli Daerah Kediri sektor pajak pada ketiga usaha tersebut.tujuan dari penelitian ini untuk melihat laju pertumbuhan pajak restoran, hotel dan hiburan setiap tahunnya.metode penelitian ini adalah kuantitatif diskriptif. Penelitian ini berlokasi di Kantor Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Kediri. Dari hasil penelitian diperoleh hasil laju pertumbuhan Pajak Resoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan dari tahun 2012-2016 termasuk dalam kriteria tidak berhasil dengan nilai persentase kurang dari 30% dan total Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan hanya menyumbang > 6% dari total Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keyword: Laju Pertumbuhan, Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan, PAD PENDAHULUAN Pajak merupakan pungutan wajib masyarakat kepada negara berdasarkan undang-undang. Pajak merupakan salah satu sumber keuangan negara untuk membiayai pembangunan. Pembangunan disegala bidang membutuhkan dana yang sangat besar untuk mewujudkannya. Pembangunan dilaksanan di seluruh daerah, setiap daerah diberikan kesempatan untuk mengelola keuangannya seiring diberlakukannya otonomi daerah. Daerah diberikan kewenangan dan kewajiban untuk mengelola keuangaannya seperti yang tercantumdalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keungan antara Pusat dan Daerah mampu memberi dampak terhadap otonomi daerah. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat). Penyelenggaraan pemerintahan daerah juga merupakan subsistem dari pemerintahan negara sehingga antara keuangan daerah dengan keuangan negara akan mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahandan pembangunan di daerahnya melalui 118

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah. Kota Kediri telah melaksanakan hak otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri guna melaksanakan pembangunan. Pemerintah Kota kediri harus mampu mengelola dan memaksimalkan potensi sumber ekonominya untuk pembangunan dan pengembangan kota untuk dapat meningkatkan dan memaksimalkan pendapatan daerah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah Kota Kediri adalah dengan memaksimalkan pendapatan daerah dari sektor pajak daerah. Pajak daerah adalah iuran yang wajib dibayar ke kas daerah oleh setiap wajib pajak daerah tanpa mendapat imbalan secara individual dari pemerintah daerah. Upaya pemerintah KotaKediri dalam memaksimalkan pendapatan daerah dari sektor pajak didukung oleh keunggulan Kota kediri yang letaknya sangat strategis dan mempunyai tempat-tempat wisata yang cukup menarik. Semakin berkembangnya Kota Kediri mendorong orang-orang dari luar Kota Kediri untuk berkunjung dan beribur di Kota Kediri, sehingga penggunaan jasa restoran, jasa perhotelan dan jasa hiburan akan semakin meningkat sehingga berdampak pada peningkatan pajak daerah khususnya dari sektpr pajak restoran, pajak hotel dan pajak hiburan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian terkait laju pertumbuhan pajak restoran, pajak hotel dan pajak hiburan. Penelitian dilakukan di Kantor Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Kediri. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan mengukur laju pertumbuhan pajak restoran, pajak hotel dan pajak hiburan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peneliti juga ingin mengetahui upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Kota Kediri untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran, pajak hotel dan pajak hiburan. Berdasarkan latar belakang peneliti mengambil judul penelitian Laju Pertumbuhan Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan dalam PAD Kota Kediri TINJAUAN PUSTAKA Pajak Soemitro, (2013) menyatakan Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara yang dipaksakan di landari oleh undang-undang dan tidak mendapat timbal balik secara langsung. Mardiasmo, (2013) menyatakan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak Daerah 119

Pajak daerah di Indonesia diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, hal ini dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. (Siahaan,2013) Pajak daerah terdiri dari dua jenis, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan bermotor, bahan bakar kendaraan bermotor, rokok, air permukaan, dan bea balik nama kendaraan bermotor, sedangkan pajak kabupaten/kota terdiri dari pajak hotel, restoran, reklame, hiburan, mineral bukan logam dan batuan, penerangan jalan, parkir, air tanah, sarang burung walet, bumi dan bangunan perdesaan perkotaan, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Pajak Restoran Pajak restoran merupakan sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayanan yang telah disediakan dan juga dilaksanakan oleh restoran (UU No. 28 tahun 2009 pasal 1 angka 22 dan 23). Dasar hukum pemungutannya adalah Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Objek pajak restoran adalah berbagai macam pelayanan yang disediakan oleh restoran yang untuk mengetahuinya digunakan sistem transaksi pembayaran oleh konsumen. Subjek pajak restoran adalah penyewa/pemakai hotel yang melakukan transaksi kepada yang mengusahakan restoran atau dapat disebut pula pemilik restoran. Sedangkan wajib pajak restoran ialah yang telah mengusahakan restoran dan atau pemilik restoran. Dasar pengenaan, tarif, dan cara perhitungan. Dasar pengenaan pajak restoran adalah besaran transaksi pembayaran yang dibayar oleh pemakai jasa restoran kepada restoran. Sedangkan tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10 (sepuluh) persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Pajak Hotel Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 20 dan 21, Pajak Hotel merupakan pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sedangkan yang dimaksud dengan hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa yang terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga losmen, wisma pariwisata, rumah penginapan dan sejenisnya. Definisi pajak hotel adalah sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh hotel kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayanan yang diberikan hotel (UU No. 28 tahun 2009 pasal 1 angka 20). Dasar 120

hukum pemungutannya adalah Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Objek pajak Hotel adalah berbagai macam pelayanan yang disediakan oleh hotel yang untuk mengetahuinya digunakan sistem transaksi pembayaran oleh konsumen. Subjek pajak adalah penyewa/pemakai hotel yang melakukan transaksi kepada yang mengusahakan hotel atau dapat disebut pula pemilik hotel. Sedangkan wajib pajak hotel ialah yang telah mengusahakan hotel dan atau pemilik hotel. Dasar pengenaan, tarif, dan cara perhitungan Dasar pengenaan pajak Hotel adalah besaran transaksi pembayaran yang dibayar oleh pemakai jasa hotel kepada hotel (Siahaan, 2013). Sedangkan tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10 (sepuluh) persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Pajak Hiburan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 24 dan 25, Pajak Hiburan Merupakan pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukkan, permainan, dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran dan dinikmati oleh umum. Menurut Peraturan Daerah No.16 Tahun 2010 Pasal 22 objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Disebutkan dalam Peraturan Daerah No.16 Tahun 2010 Pasal 23 bahwa subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan. Wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Tarif minimum yang dikenakan untuk Pajak Hiburan adalah 5%. Dan untuk tarif tertinggi sebesar 35%. Hiburan adalah sesuatu yang sifatnya dapat menyenangkan dari pribadi yang menikmati atau mengkonsumsinya. Pajak hiburan merupakan pajak yang dikenakan atas semua hiburan dengan memungut bayaran, yang diselenggarakan pada suatu daerah. Berdasarkan pengertian hiburan tersebut berarti pajak hiburan hanya dikenakan pada segala jenis penyelenggaraan hiburan yang dikenakan biaya untuk dapat menikmatinya. Hal ini berarti penyelenggaraan hiburan yang tidak memungut biaya pada orang yang menikmatinya tidak dikenakan pajak hiburan. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Pendapatan asli daerah dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai kegiatan daerah dan tanggung jawabnya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan 121

perundang-undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerahnya sendiri. Daerah dituntut untuk berperan aktif dalam mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerahnya. Hal tersebut sebagai upaya untuk menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai wujud asas desentralisasi. Mardiasmo, (2013) pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah. Sumber-sumber PAD yaitu: Pajak Daerah Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan. Retribusi Daerah Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atas jasa yang atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Laju Pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan Halim dalam Polii, (2015) diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi-potensi yang perlu mendapat perhatian. Mengukur Laju Pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan digunakan rumus sebagai berikut: Sumber: Abdul Halim, dalam Polii 2015 Keterangan: GX : Laju pertumbuhan Pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan pertahun. Xt : Realisasi penerimaan Pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan pada tahun tertentu. X (t-1) : Realisasi penerimaan Pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan pada tahun sebelumnya. Tabel 1 122

Kriteria Laju Pertumbuhan Persentase Laju Pertumbuhan Kriteria 85%-100% Sangat Berhasil 70%-85% Berhasil 55%-70% Cukup Berhasil 30%-55% Kurang Berhasil < 30% Tidak Berhasil Sumber : Halim, (2012) METODE Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa tujuan generalisasi dibuktikan berdasarkan data-data dan melalui angka-angka. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan di Kota Kediri. Sumber penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Kediri yang berada di Jalan Pahlawan Kusuma Bangsa No. 97 Kota Kediri. Adapun data dalam penelitian ini selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2012-2016, sedangkan jenis datanya adalah data primer yang diperoleh penulis secara langsung ke objek penelitian dan data sekunder yang didapat penulis dari studi pustaka untuk beberapa teori dalam memperkuat penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan dan menyajikan data yang diperoleh dari instansi dengan memberikan gambaran umum sesuai dengan kenyataan yang ada pada saat melakukan penelitian. HASIL Jumlah Pajak Restoran dan Laju Pertumbuhan Pajak Restoran Kota Kediri Berikut ini data jumlah Pajak Restoran kota kediri yang diperoleh dari Kantor Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Kediri. Tabel 2 Anggaran, Realisasi dan Laju Pertumbuhan Pajak Restoran Kota Kediri Tahun 2012-2016 Tahun Anggaran Realisasi Perubahan (Xt-X(t-1) 2011 Rp 2.360.500.000,00 Rp 2.556.287.530,00 Laju Pertumbuhan Pajak Restoran 123

2012 Rp 2.582.500.000,00 Rp 3.951.441.120,10 Rp 1.395.153.590,10 54,58% 2013 Rp 3.759.000.000,00 Rp 5.086.269.660,72 Rp 1.134.828.540,62 28,72% 2014 Rp 4.380.500.000,00 Rp 5.798.823.846,18 Rp 712.554.185,46 14,01% 2015 Rp 5.640.500.000,00 Rp 7.127.063.660,00 Rp 1.328.239.813,82 22,91% 2016 Rp 7.128.823.846,18 Rp 8.984.657.863,72 Rp 1.857.594.203,72 26,06% Data Diolah, 2016 Jumlah Pajak Hotel dan Laju Pertumbuhan Pajak Hotel Kota Kediri Berikut ini data jumlah Pajak Hotel kota kediri yang diperoleh dari Kantor Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Kediri. Tabel 3 Anggaran, Realisasi dan Laju Pertumbuhan Pajak Hotel Kota Kediri Tahun 2012-2016 Tahun Anggaran Realisasi Perubahan (Xt-X(t-1) Laju Pertumbuhan Pajak Hotel 2011 Rp 1.510.100.000,00 Rp 2.135.618.615,00 - - 2012 Rp 1.855.000.000,00 Rp 2.346.558.542,90 Rp 210.939.927,90 9,88% 2013 Rp 2.210.000.000,00 Rp 2.784.686.896,00 Rp 438.128.353,10 18,67% 2014 Rp 2.495.000.000,00 Rp 3.287.477.532,00 Rp 502.790.636,00 18,06% 2015 Rp 3.058.500.000,00 Rp 3.486.730.847,00 Rp 199.253.315,00 6,06% 2016 Rp 3.612.477.532,00 Rp 4.103.756.899,00 Rp 617.026.052,00 17,70% Data Diolah, 2016 Jumlah Pajak Hiburan dan Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan Kota Kediri Berikut ini data jumlah Pajak Hiburan kota kediri yang diperoleh dari Kantor Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Kediri. Tabel 4 Anggaran, Realisasi dan Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan Kota Kediri Tahun 2012-2016 Tahun Anggaran Realisasi Perubahan (Xt-X(t-1) Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan 2011 Rp 473.500.000,00 Rp 547.555.705,00 - - 2012 Rp 497.300.000,00 Rp 656.793.348,00 Rp 109.237.643,00 19,95% 2013 Rp 577.800.000,00 Rp 738.032.654,00 Rp 81.239.306,00 12,37% 2014 Rp 742.105.000,00 Rp 1.075.059.482,00 Rp 337.026.828,00 45,67% 2015 Rp 992.650.000,00 Rp 1.239.453.839,00 Rp 164.394.357,00 15,29% 2016 Rp 1.129.309.482,00 Rp 1.184.500.685,00 Rp (54.953.154,00) -4,43% 124

Data Diolah, 2016 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kediri Berikut ini data jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota kediri yang diperoleh dari Kantor Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Kediri. Tabel 5 Anggaran, Realisasi Pajak dan Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)Kota Kediri Tahun 2012-2016 Tahun Anggaran Realisasi Perubahan (Xt-X(t-1) Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2011 Rp 104.924.834.219,27 Rp 119.467.321.122,09 - - 2012 Rp 111.068.694.883,07 Rp 122.522.872.935,27 Rp 3.055.551.813,18 2,56% 2013 Rp 136.900.619.769,47 Rp 144.562.729.326,62 Rp 22.039.856.391,35 17,99% 2014 Rp 167.763.681.189,73 Rp 207.529.193.679,15 Rp 62.966.464.352,53 43,56% 2015 Rp 184.099.489.762,18 Rp 221.927.133.610,59 Rp 14.397.939.931,44 6,94% 2016 Rp 209.506.605.365,43 Rp 238.318.315.508,41 Rp 16.391.181.897,82 7,39% Data Diolah, 2016 Jumlah Total Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kediri serta Laju pertumbuhannya Berikut ini data jumlah Total Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kediri serta Laju pertumbuhannya yang diperoleh dari Kantor Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Kediri. Tahun Tabel 5 Total Pajak Restoran,Hotel dan Hiburan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kediri Total Pajak Restoran,Hotel dan Hiburan serta Laju pertumbuhannya Tahun 2012-2016 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Laju pertumbuhan Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan Laju pertumbuhan PAD % Total Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan terhadap 125

PAD 2012 Rp 6.954.793.011,00 Rp 122.522.872.935,27 32,74% 2,56% 5,68% 2013 Rp 8.608.989.210,72 Rp 144.562.729.326,62 23,78% 17,99% 5,96% 2014 Rp10.161.360.860,18 Rp 207.529.193.679,15 18,03% 43,56% 4,90% 2015 Rp11.853.248.346,00 Rp 221.927.133.610,59 16,65% 6,94% 5,34% 2016 Rp14.272.915.447,72 Rp 238.318.315.508,41 20,41% 7,39% 5,99% Data Diolah, 2016 PEMBAHASAN Dari hasil pengolahan data diatas untuk laju pertumbuhan Pajak Restoran tahun 2012-2016 menurut kriteria dapat dikatakan kalau laju pertumbuhannya tidak berhasil dengan rata-rata laju pertumbuhan 29,26% yang nilainya tahun persentasenya >30% dan ini termasuk kriteria tidak berhasil. Laju pertumbuhan Pajak Hotel dari tahun 2012-2016 termasuk kriteria tidak berhasil dengan rata-rata laju pertumbuhan 14,07%. Dan laju pertumbuhan Pajak Hiburan dari tahun 2012-2016 juga dalam kriteria tidak berhasil karena setiap tahun persentasenya >30% dengan rata-rata laju pertumbuhan 17,77%. Bahkan untuk tahun 2016 mengalami penurunan 4,43%, kecuali untuk tahun 2014 dalam kriteria kurang berhasil dengan nilai 45,63%. Laju pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota kediri dari tahun 2012-2016 juga dikatakan tidak berhasil dengan nilai > 30% yaitu diratarata 15,69%, kecuali tahun 2014 dalam kriteria kurang berhasil dengan nilai 43,56%. Sedangkan untuk Laju pertumbuhan total Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan tahun 2012 dalam kriteria kurang berhasil dengan nilai 32,74%, dan tahun 2013-2016 dalam kriteria tidak berhasil dengan nilai > 30%. Ratarata laju pertumbuhan total Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan tahun 2012-2016 yaitu 22,32%. Total Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan pada tahun 2012-2016 hanya menyumbang kurang dari 6% dari total Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota kediri. Berikut ini grafik laju pertumbuhan atas Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan kota Kediri: 126

Gambar 1. Grafik laju pertumbuhan atas Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan kota Kediri Berikut ini grafik laju pertumbuhan atas total Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan dan laju pertumbuhan kota Kediri Pendapatan Asli Daerah (PAD). Gambar 2. Grafik laju pertumbuhan atas total Pajak Restoran, Hotel dan Hiburan dan laju pertumbuhan kota Kediri Pendapatan Asli Daerah (PAD) Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidak berhasilan dalam laju pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan kota Kediri. Misalnya terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai untuk mempermudah pekerjaan baik itu dari pihak pemungut pajak maupun dari pihak wajib pajak itu sendiri, sehingga perlu perhatian guna mendukung kegiatan dilapangan guna tercapainya tujuan yaitu target penerimaan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan kota Kediri. Pengawasan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan pemungutan tersebut. Melalui pengawasan dapat diketahui, apakah suatu pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selain itu pengawasan berfungsi sebagai alat kontrol penyimpangan yang dapat merugikan organisasi secara keseluruhan. Faktor lain ketidak berhasilan pertumbuhan pajak yaitu dari wajib pajak itu sendiri yaitu kesadaran akan membayar pajak di masyarakat masih rendah sehingga pemerintah perlu mensosialisasikan taat membayar pajak daerah khususnya Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan kota Kediri dengan berbagai cara. Dengan adanya sosialisasi ini berguna untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas agar wajib pajak mengetahui apa saja hak dan kewajibannya. Pemerintah kota Kediri harus berupaya meningkatkan penerimaan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan dengan memaksimalkan potensi yang ada contohnya mempromosikan sektor pariwisata dan kuliner yang ada di Kota Kediri sehingga setiap tahunnya wisatawan yang berkunjung 127

selalu meningkat dan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk membantu pihak Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) dalam pemungutan Pajak. Upaya selanjutnya adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan wajib pajak terutama penerimaan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan yang tujuannya agar masyarakat dapat memahami pentingnya membayar pajak untuk membiayai pembangunan kota Kediri. Misalnya sosialisasi kepada seluruh pengusaha hotel tentang, sosialisasi kepada pengusaha warung makan, warteg dan warung tenda malam dan sosialisasi kepada pengusaha tempat hiburan. Pemerintah kota Kediri juga harus mengidentifikasi kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh pihak BPPKA Kota Kediri untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam menghimpun penerimaan dari sektor pajak daerah. Upaya lain yaitu dengan menyiapkan peraturan daerah terkait dengan wajib pajak yang menunggak, memberikan laporan yang tidak sesuai dengan kondisi laporan dan memberikan payung hukum agar dapat menindak lebih tegas kepada wajib pajak yang lalai. Pemerintah Kota Kediri juga harus beruapaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemungutan dengan memberikan transparansi perolehan pajak per sektor kepada publik sehingga masyarakat juga merasa mengawasi dalam penggunaannya, melakukan pembenahan sistem dan mekanisme pemungutan, pemberian penghargaan kepada wajib pajak yang berprestasi. Keberhasilan pembangunan Kota Kediri didukung dengan pendanaan yang memadai salah satunya dari sektor penerimaan pajak daerah. Ketidakberhasilan laju pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan Kota Kediri tahun 2012-2016 menjadi pekerjaan rumah pemerintah Kota Kediri untuk meningkatkannya dan masyarakat Kota Kediri harus mendukung upaya pemerintah demi keberhasilan pembangunan yang tujuannya juga untuk mensejahterakan rakyatnya. SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian tentang Laju Pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan dalam Pendapatan Asli Daerah Kota Kediri pada tahun 2012-2013 diperoleh hasil bahwa laju pertumbuhan Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan termasuk dalam kriteria tidak berhasil dengan nilai persentase > 30%. dan total Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan hanya menyumbang > 6% dari total Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidak berhasilan laju pertumbuhan diantaranya kurangnya pengawasan terhadap wajib pajak, kelalaian wajib pajak, kurangnya sarana dan prasarana dalam penagihan, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Upaya yang harus dilakukan pemerintahuntuk meningkatkan laju pertumbuhan pajak terutama Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan yaitu dengan meningkatkan promosi pariwisata kota kediri, mensosialisasikan pajak ke wajib pajak, meningkatkan kualitas SDM di Badan Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset (BPPKA) sebagai pemungut Pajak. Selain itu juga pemerintah harus membuat peraturan daerah untuk menindak tegas wajib pajak yg tidak baik. semua 128

upaya dari pemerintah harus didukung oleh masyarakat Kota Kediri untuk keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Penelitian ini terfokus hanya untuk laju pertumbuhan pajak terutama Pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kediri. untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan faktor laain yang lebih lengkap untuk melihat laju pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kediri. DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul, (2012), Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta UPP STIM YKPN Bunga Rampai Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta. Andi. Pemerintahan Daerah Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Malang Polli, Sumena. 2014. Analisis Efektivitas dan Pertumbuhan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Daerah di Kota Manado. Jurnal EMBA ISSN : 2302-1174 Hal 751-761. Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Republik Indonesia, Undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keungan antara Pusat dan Daerah mampu memberi dampak terhadap otonomi daerah Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Siahaan, Marihot Pahala. 2013. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Soemitro, (2013), Perpajakan I, Jakarta : Salemba Empat. 129