PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KANTUNG CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK KELOMPOK B

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA WAYANG KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK KELOMPOK A

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B TK KUMARA ADI 1 DENPASAR

IMPLEMENTASI METODE BERCERITA BONEKA JARI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA KELOMPOK B2 DI TK NEGERI BANGLI

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B TK PUTRA SESANA ANTIGA, KARANGASEM

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KANTUNG CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK

PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA PUZZLE ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM PENGENALAN BILANGAN

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA FLIP CHART DAPAT MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN PADA ANAK TK

Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Jari Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak TK Kelompok A

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BONEKA JARI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK USIA DINI

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK KELOMPOK A1

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MELALUI PERCOBAAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS MELALUI EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK TK DWI RAHAYU KUMARA DENPASAR

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6

PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN PADA ANAK USIA DINI

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA PADA ANAK KELOMPOK B3 TK AL-HUDA KERTEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA KOTAK MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF

Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN

IMPLEMENTASI METODE BERMAIN DENGAN KARTU SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK KELOMPOK B1 TK KEMALA BHYANGKARI 2 SINGARAJA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN ANAK

Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli Hafidah 1 Yudianto Sujana

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK. Abstrak

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL CIRCUIT LEARNING DI KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN BANTUL ARTIKEL JURNAL

PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA PADA ANAK TK MAHA WIDYA I

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA WADAH TELUR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF KONSEP BILANGAN PADA ANAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TSTS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH IPA KELAS V

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas II SDN Nogosari 04 Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MENULIS BAHASA INDONESIA

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENINGKATKAN MORAL ANAK KELOMPOK B PAUD WIDYA LAKSMI

PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE DENGAN MEDIA CERITA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B TK TUNAS KARYA DESA WULUH KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG

Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Anak Kelompok B3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE

PENERAPAN METODE TANYA JAWAB BERBANTUAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA HAND PUPPET UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI GAMBAR SERI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK SURYA HARAPAN CANDI SIDOARJO. Khusniah PRODI S1 PG PAUD FIP UNESA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK

PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA KUBUS MULTIGUNA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK

Yayuk, Meningkatkan kemampuan mengenal warna melalui bermain boneka tangan pada anak kelompok A

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEAKSARAAN MELALUI MEDIA PERMAINAN KARTU HURUF PADA ANAK KELOMPOK A

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK KELOMPOK B

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK KELOMPOK A TK DARMA KUMALA PENATAHAN

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN EMPATI ANAK KELOMPOK B1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS BERBANTUAN MEDIA KOLASE UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA YANG DIMILIKI ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh. Rani Setia Prasanti

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI BENDA REALIA

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

PENERAPAN METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG FLANEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK

PENERAPAN METODE BERMAIN MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK KELOMPOK A

Pengaruh Metode Bercerita Berbasis Gambar Seri Terhadap Kemampuan Menyimak Anak Kelompok A

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V

PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP BERBANTUAN MEDIA KOTAK BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBIACARA ANAK PAUD NURUL JIHAD

PENERAPAN PROSES MENULIS BERBASIS PORTOFOLIO BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA KELAS IV

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN KOLASE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B1 PAUD KUSUMA 2 DENPASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOVERATIVE SCRIPT MELALUI PERMAINAN BISIK BERANTAI UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BERBAHASA PADA ANAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE BERBANTUAN MEDIA PAPAN PLANEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TGT DENGAN BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SDN 1 BITERA

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUKURAN MELALUI BERMAIN KONSTRUKTIF PADA ANAK KELOMPOK B TK KEMALA BHAYANGKARI 1 DENPASAR

PENGGUNAAN MEDIA REALITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNAA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Anak Usia Dini.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN SATUA BALI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA PAPAN FLANEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DI TK KAMILA SINGARAJA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONCEPT SENTENCE

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini.

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Media Gelang Karet Pada Anak Kelompok A

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF

Oleh. Ni Putu Aryani Utami, NIM

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI BERMAIN BALOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE MELALUI KEGIATAN BERMAIN BALOK ISTIMEWA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF

PENERAPAN BERMAIN KARTU ANGKA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF KELOMPOK A TK KUMARA WIYATA MANUKAYA

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No.1, Tahun 2014 Elisa Rahma Saputri 25-35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN IPA

Rohmah Mujibatur., Penerapan Metode Role Playing dengan Media Gambar...

Surya Hatma Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 30 Pekanbaru

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING SISWA KELAS II SD GEMBONGAN

Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember

Transkripsi:

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KANTUNG CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK KELOMPOK B Ni Made Rian Pratiwi 1, I Ketut Gading 2, Putu Rahayu Ujianti 3 1,3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: rian_pratiwi74@yahoo.com. 1, ketutgading35@gmail.com 2, rahayuujianti@gmail.com 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Dharma Bhakti Sambangan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini akan dilaksanaan di kelompok B2 TK Dharma Bhakti Sambangan. Subjek penelitian ini berjumlah 12 orang anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dengan instrumen lembar observasi. Data dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada siklus I sebesar 75,9% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 93,3% pada siklus II yang berada pada kategori sangat tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan menyimak pada anak sebesar 17,4%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok B semester II Tahun ajaran 2015/2016 di TK Dharma Bhakti Sambangan. Kata-kata kunci: kemampuan menyimak, media kantung cerita, metode bercerita. Abstrack This study aims to improve the listening skill of B group students in the second semester in academic year 2015/2016 of TK Dharma Bhakti Sambangan. This research is a classroom action research with two cycles. The experiment was conducted in the second semester of the school year 2015/2016. This research will be implemented on the group B2 TK Dharma Bhakti Sambangan. Subjects of this study were 12 children. This study is an action research within two cycles. Data collection method used is observation with observation sheet instruments. Data were analyzed with descriptive statistic. The result of the study showed that using story telling method with story pocked media could improve the students listening skill in cycle I for 75,9% in category average and 93,3% in cycle II with category excellent. There was an improvement of students listening skill for 17,4%. The conclusion of the study is using story telling method with story pocket media can improve the students ability in listening of B group in the second semester in academic year 2015/2016 of TK Dharma Bhakti Sambangan. Keywords : listening skill, story pocket media, story telling.

PENDAHULUAN Pengalaman yang diperoleh anak dilingkungan termasuk stimulasi yang diberikan oleh orang dewasa, akan mempengaruhi kehidupan anak di masa akan datang. Oleh karena itu di perlukan upaya yang mampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuh kembangnya berupa kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak. Salah satu perkembangan di PAUD adalah perkembangan bahasa. Sebagai alat, bahasa digunakan manusia untuk berinteraksi, berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain, menjelaskan pikiran, perasaan dan perilaku. Pada usia 4-6 tahun sangat sulit untuk melatih kemampuan anak dalam menyimak dengan baik dan untuk itu perlu ditingkatkan pengembangan kemampuan berbahasa dengan menirukan dan menyebutkan suara yang didengarnya, karena dengan menyimak, anak dapat menghayati lingkungan di sekitarnaya dan mendengarkan pendapat orang lain melalui indra pendengaran, kemampuan menyimak ini terkait dengan kesanggupan anak dalam menangkap isi pesan secara benar dari orang lain. Guru dituntut untuk mampu mengenali karakteristik anak terlebih dahulu sebelum memilih motode-metode pembelajaran serta media pendukung yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Penerapan metode bercerita untuk anak usia dini juga harus memperhatikan tingkatan usia anak. Untuk anak usia 5-6 tahun, waktu untuk bercerita anak sekitar 10-15 menit, pemilihan tema dan judul cerita juga harus tepat untuk penanaman moral yang akan disampaikan kepada anak, serta suasana dalam bercerita juga harus di perhatikan agar hal yang ingin disampaikan dapat dipahami anak dengan baik. Namun kenyataannya guru masih mengajar bersifat pasif dengan metode yang kurang menarik dan monoton sehingga membuat anak menjadi bosan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Seperti yang penulis amati di TK Dharma Bhakti Sambangan, selama ini kegiatan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B TK Dharma Bhakti Sambangan adalah lebih sering dengan membacakan cerita menggunakan media buku cerita, sehingga anak menjadi bosan dan anak tidak memperhatikan guru karena anak lebih asyik bermain dan mengobrol dengan temannya atau berpindah-pindah tempat duduk. Hal ini membuat anak kurang dalam menyimak isi cerita yang dibacakan. Hal tersebut disebabkan karena guru kurang kreatif dalam penggunaan media dalam pelaksanaan bercerita, yakni guru hanya menggunakan media buku cerita bergambar sehingga anak kurang tertarik dan cenderung bosan serta kurangnya penguasaan guru dalam bercerita, sehingga cerita menjadi tidak menarik bagi anak. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016 di kelompok B TK Dharma Bhakti Sambangan, ditemukan bahwa beberapa anak yang kemampuan menyimaknya masih dalam kategori sangat kurang mampu (46,5%). Observasi yang dilakukan pada hari pertama terlihat beberapa orang anak yang kurang aktif saat belajar di area bahasa. Hal ini terlihat ketika diajak berkomunikasi, masih ada beberapa anak yang nampak takut, enggan, malu-malu saat disuruh untuk mengulang cerita yang telah disampaikan. Setiap hari pada saat belajar di area bahasa memang sebagian anak terlihat kurang merespon kegiatan yang diberikan guru. Adapun kutipan dari wawancara dengan guru di TK Dharma Bhakti Sambangan yaitu Kurangnya perhatian anak terhadap suatu cerita yang diceritakan oleh guru, kurangnya media yang menarik saat digunakan bercerita dan kurangnya partisipasi dari anak saat kegiatan bercerita. Selama seminggu setiap kegiatan di area bahasa hanya menggunakan media berupa buku cerita. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media kantung cerita. Metode bercerita dengan media kantung cerita dipilih karena Metode bercerita merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan (Moeslichatoen, 2004:157). Kantung cerita

merupakan media yang menarik untuk membangkitkan suasana belajar dan menarik perhatian anak pada saat bercerita dan menyimak isi cerita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak anak kelompok B di TK Dharma Bhakti Sambangan pada tahun ajaran 2015/2016 setelah diterapkannya metode bercerita berbantuan media kantung cerita. Bercerita adalah salah satu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat peraga atau tanpa alat peraga tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik (Dhieni, 2007:6.3). Menurut Moeslichatoen (2004:157) metode bercerita merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Menurut Gordon dan Browne (dalam Isjoni, 2010:90) bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup. Menurut Dewi (2013:57) metode bercerita dapat melatih daya serap, daya tangkap, daya pikir anak, daya konsentrasi anak, daya imajinasi anak, dan membantu perkembangan kemampuan bahasa awal anak dalam berkomunikasi. Ernawati, 2014:24 menyebutkan, Kemampuan menyimak yang ditunjukkan oleh anak usia 4-5 tahun adalah anak sudah mampu menyimak percakapan orang lain, memahami pentunjuk atau pesan sederhana, dan mendengar cerita yang panjang serta dapat mengidentifikasi karakter cerita. Oleh karena itu, kemampuan menyimak anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan melalui cerita. Anak akan mudah memahami pesan yang disampaikan melalui cerita. Hal tersebut akan membuat pengetahuan anak bertambah sebagai modal untuk meningkatkan kemampuan yang lain. Selain itu Menurut Moeslichatoen (1996 : 155) dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik dapat menggunakan alat atau tidak, dengan tujuan agar pesan-pesan dalam cerita yang dibawakan dapat disampaikan kepada anak. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik. Manfaat lainnya dari metode bercerita menurut Moeslichatoen (2004:168) adalah sebagai berikut. Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan., Memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan karena melalui mendengarkan anak dapat memperoleh berbagai informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Mengembangkan kemampuan kognitif maupun psikomotor anak., Memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan berbagai macam pekerjaan., Memberikan anak motivasi untuk membangun berbagai macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dari metode bercerita adalah untuk memberikan pengalaman belajar untuk anak berlatih mendengarkan dan menyimak cerita yang dibawakan guru. Karena melalui mendengarkan dan menyimak cerita, anak dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya dan memperoleh sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan untuk dihayati dan diterapkam dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dhieni, dkk. (2007:6.9) kelebihan dan kekurangan metode bercerita adalah sebagai berikut.

Kelebihan metode bercerita antara lain : Anak dilatih untuk belajar konsentrasi, Anak belajar menjadi pendengar yang baik, Anak belajar berfantasi terhadap objek yang tidak nyata, Anak belajar menyimak dan membaca apa yang diperdengarkan oleh guru, Anak belajar mengingat apa yang telah diceritakan oleh guru. Kelebihan metode bercerita dengan berbantuan media kantung cerita mampu mengajarkan anak untuk lebih berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas serta mampu mempermudah anak dalam mengimajinasikan apa yang telah mereka lihat. Kekurangan metode bercerita antara lain: Guru terkadang malas untuk berekspresi sehingga mempengaruhi daya piker dan fantasi anak, Tidak semua anak memiliki motivasi atau kemampuan tersebut, Terkadang anak merasa jenuh dalam memperhatikan satu objek saja, Anak tidak mengerti dan tidak mampu memahami ekspresi dan gerakan guru ketika bercerita. Kekurangan dari metode bercerita adalah ketika guru tidak mengkemas cerita dengan media yang menarik bisa mengakibatkan kejenuhan pada anak, selain itu anak juga kurang fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung karena anak tidak bisa membayangkan hal positif dari apa yang guru berikan. Jenis-jenis Metode Bercerita Tentunya setiap pendidik menginginkan kegiatan pembelajaran atau bercerita dikelas menyenangkan bagi anak, salah satu yang sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan tersebut adalah media pendidikan. Media pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan/diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakam media pendidikan untuk mencapai tujuanyang dimaksud. Oleh karena itu, metode bercerita dibagi menjadi dua, yaitu: Bercerita Dengan Alat Peraga Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung isi cerita yang disampaikan artinya menyajikan sebuah cerita pada anak usia dini dengan menggunakan berbagai media yang menarik bagi anak untuk mendengarkan dan memperhatikan ceritanya. Peneliti menggunakan bercerita menggunakan alat peraga, alat peraga dalam penelitian ini yaitu media kantung cerita. Bercerita Tanpa Alat Peraga Tehnik ini banyak digunakan guru anak usia dini untuk mengembangkan daya kosentrasi anak untuk memperhatikan isi cerita dari cara guru membawakan cerita tersebut. Bercerita tanpa alat ini sangat mengandalkan kualitas suara, ekspresi wajah, serta gerak tubuh. Adapun langkah-langkah dari metode bercerita menggunakan alat peraga menurut Gunarti, dkk. (2012:5.9) adalah sebagai berikut: Siapkan alat peraga atau media yang akan kita gunakan dalam bercerita, namun jangan dulu diperlihatkan pada anak karena biasanya anak akan ribut apabila sudah melihat media atau alat peraga, apalagi jika media atau alat peraga tersebut belum pernah dilihatnya; Fokuskan perhatian anak dengan mengajak mereka bernyanyi atau bermain tepuk sebagai pengantar sebelum memasuki awal cerita; Kemudian kita melakukan percakapan awal tujuannya untuk mengajak anak untuk memperhatikan media atau alat peraga yang akan kita gunakan. Ciptakanlah suasana yang bisa membuat mereka merasa penasaran. Misalnya, dengan mengajukan kuis atau tebakan. Contohnya: anak-anak, dalam cerita ibu hari ini, ibu ditemani oleh suatu benda. Benda apa ya? Coba siapa yang bisa menebaknya? Benda ini adalah benda hidup dia adalah seekor binatang... dia bisa terbang biasanya bulu binatang ini ada yang putih, abu-abu, cokelat, dan juga ada yang hitam dia suka makan jagung, beras, juga kacangkacangan binatang ini kalau dari jauh, sepertinya jinak, tetapi kalau didekati, ia akan terbang ayo siapakah dia? ; Arahkan anak untuk menebak media atau alat peraga yang kita maksudkan. Barulah kemudian kita memperlihatkan media atau alat peraga tersebut., Berikan tambahan penjelasan tentang media atau alat peraga tersebut apabila dibutuhkan., Setelah itu, berikan kesempatan pada anak untuk memberi judul cerita yang akan kita tuturkan dengan melihat media atau alat

peraga yang kita gunakan., Mulailah kita menuturkan cerita yang sebenarnya pada anak. Anak boleh menyentuh atau memegang benda tersebut. Bisa juga kita letakkan pada suatu tempat atau kandang., Ketika cerita sudah selesai dituturkan, kita dapat mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya tentang judul cerita, tokoh cerita, isi cerita. Bisa juga meminta pendapat atau komentar anak mengenai cerita tersebut. Dapat pula kita minta anak memperagakan karakter suatu tokoh atau suatu kejadian dalam cerita tersebut., Selanjutnya, kita bisa bersamasama dengan anak menyimpulkan isi cerita tersebut, termasuk mencari pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik dari permasalahan yang ada pada cerita tersebut., Akhiri kegiatan bercerita dengan meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita atau tutup dengan nyanyian yang menggambarkan isi cerita tersebut. Kantung cerita adalah media yang menarik untuk membangkitkan suasana belajar dan menarik perhatian anak pada saat bercerita dan menyimak. Media kantung bercerita ini, media yang dirancang oleh peneliti terdahulu yang kemudian di modifikasi oleh penulis untuk merangsang kemampuan menyimak pada anak. Media kantung bercerita ini media sederhana yang dibuat dari clemek dan dimodifikasi diisi kain flannel yang membentuk beberapa kantung-kantung kecil sebagai tempat menaruh gambar tokoh kartun dari judul cerita yang akan dibacakan oleh guru. Adapun langkah-langkah bercerita menggunakan kantung cerita adalah sebagai berikut: Guru harus mempersiapkan media yang akan digunakan., Menentukan judul cerita sesuai dengan tema., Menyiapkan gambar tokoh sesuai dengan judul., Sebelum memulai bercerita, guru harus mengatur posisi tempat duduk anak., Setelah semua media dan gambar tersedia, media kantung cerita bias digunakan., Anak mendengarkan guru ketika memberikan prolog atau pendahuluan sekaligus menyebutkan judul cerita., Anak memperhatikan apa yang guru perlihatkan, kemudian sebutkan nama dan tokoh dalam cerita yang akan dibawakan., Anak mendengarkan guru melaksanakan dialog/percakapan antar tokoh dalam cerita., Selesai bercerita anda memperlihatkan kembali seluruh tokoh secara bergantian. Menyimak adalah salah satu dari aspek kemampuan berbahasa. Menyimak merupakan kemampuan yang pertama kali dipelajari oleh anak sebelum mereka bisa berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak merupakan syarat mutlak untuk dapat menguasai berbagai informasi. Anak tidak dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan baik tanpa kemampuan menyimak yang baik. Jadi kemampuan menyimak dapat ditingkatkan melalui cerita. METODE Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan (Agung 2010:24). Penelitian ini menggunakan satu siklus, tapi tidak memungkiri jika siklus pertama tidak berhasil akan dilanjutkan pada siklus kedua. Gambar 01. Model/desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Arikunto dalam Deka, 2013:21) Rancangan penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini akan dilaksanaan di kelompok B2 TK Dharma

Bhakti Sambangan. Subjek penelitian ini berjumlah 12 orang anak. Definisi Operasional Variabel Kemampuan menyimak adalah suatu kemampuan berbahasa lisan untuk memperoleh informasi dan memahami isi pesan melalui proses mendengarkan dengan tujuan untuk menambah informasi dan pengetahuan. Kemampuan menyimak di ukur dengan menggunakan tes tindakan dan data yang diperoleh berbentuk data interval. Skor yang didapatkan dari kemampuan menyimak yaitu mendengarkan secara aktif, menangkap isi cerita atau pesan, memahami makna komunikasi. Observasi dilakukan untuk mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung. Agung (2010:76) menyatakan, Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me) dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga di peroleh kesimpulan umum. Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung angka ratarata atau mean (M), menghitung modus (Mo), menghitung median (Me), menyajikan ke dalam grafik polygon. Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif Dalam buku metodologi penelitian Agung (2012:76) menyatakan bahwa Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang di lakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka danatau persentase mengenai keadaan suatu objek yang di teliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data perkembangan bahasa dalam kemampuan menyimak dan berbicara yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data perkembangan bahasa dalam kemampuan menyimak dan berbicara yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Untuk menghitung kemampuan menyimak anak digunakan rumus sebagai berikut. M (%) = M x100% SMI Tingkat perkembangan bahasa yang diperoleh anak hasilnya dikonversikan dengan cara, membandingkan angka ratarata persen dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 sebagai berikut. Tabel 1. Persentase Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Perkembangan Kemampuan Menyimak 90 100 80 89 65 74 55 64 0 54 Kriteria Perkembangan Kemampuan Menyimak Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber (Agung,2005:13) Berdasarkan pedoman PAP Skala lima mengenai perkembangan kemampuan menyimak pada anak kelompok B2 di TK Dharma Bhakti Sambangan, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 80-89% dengan kriteria tinggi atau aktif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B2 TK Dharma Bhakti Sambangan dengan jumlah 12 orang anak. Dari hasil belajar

anak pada kemampuan menyimak disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung modus (Mo), median(me), mean (m), grafik polygon serta membandingkan rata-rata pada model PAP skala lima. Dari nilai M% = 75,9 % yang di komversikan kedalam PAP skala lima seperti yang terlihat pada tabel diatas, M% berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa kemampuan menyimak anak kelompok B2 pada siklus I berada pada kriteria Sedang. Siklus II dari nilai M% = 93,3 % yang di komversikan kedalam PAP skala lima seperti yang terlihat pada tabel diatas, M% berada pada tingkat penguasaan 90-100% yang berarti bahwa kemampuan menyimak anak kelompok B2 pada siklus II berada pada kriteria Sangat Tinggi. Kegiatan Bercerita berbantuan media Kantung Cerita pada siklus I dapat digambarkan menjadi Grafik Polygon sebagai berikut. pada siklus I merupakan kurve juling positif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah. Kegiatan bercerita berbantuan media. Kantung Cerita pada siklus II dapat digambarkan menjadi Grafik Polygon sebagai berikut. 6F 5 4 3 Grafik Polygon Siklus I M = 11,2 Me = 11,5 Mo = 12 2 1 0 7 8 10 11 Mo= 8 Gambar 02. Grafik Polygon Kemampuan Menyimak Siklus I Berdasarkan perhitungan dan Grafik Polygon di atas terlihat Mo < Me < M (8<9<9,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan menyimak melalui media Kantung Cerita X M= 9.1 Me= 9 Gambar 03. Grafik Polygon Kemampuan Menyimak Siklus I Berdasarkan perhitungan dan Grafik Polygon di atas terlihat Mo > Me > M (12>11,5>11,2), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan menyimak melalui media Kantung Cerita pada siklus II merupakan kurve juling negatif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Dharma Bhakti selama dua siklus menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan menyimak setelah penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita. Sebelum diberikan tindakan presentase tingkat kemampuan menyimak pada anak TK Dharma Bhakti Sambangan tergolong

rendah. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami tingkat keampuan menyimak yang tinggi yaitu dengan rata-rata persen sebesar 80% keatas. Berdasarkan rata-rata persen pada siklus I diperoleh adanya peningkatan kemampuan menyimak setelah penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita sebesar 29,4% yang termasuk dalam kriteria sedang. Hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan menyimak pada anak dalam penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita masih berada pada kriteria sedang, hal ini disebabkan karena adanya kendalakendala sebagai berikut. Anak masih kurang mampu memfokuskan perhatiannya saat guru menjelaskan mengenai pelaksanaan metode bercerita dengan kantung cerita. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan pada sikllus I masih kecil, sehingga anak-anak tidak bisa melihat dengan jelas dan kurang fokus. Anak masih malu dan ragu untuk menceritakan kembali dengan metode bercerita berbantuan media Kantung cerita yang ditunjukan guru di depan kelas. Siklus I menghasilkan skor persen sebesar 75,9% dinyatakan belum mencapai kriteria keberhasilan, oleh karena itu perlu diadakan perencanaan siklus II. Dari beberapa kendala-kendala pada siklus I maka diupayakan beberapa solusi diantaranya Memberi penguatan dan motivasi kepada anak dengan memberikan skor pada anak yang mampu mencapai indikator, dan membuat media yang ukurannya lebih besar. Mengarahkan, mencontohkan, dan menceritakan secara pelan-pelan supaya anak tertarik untuk memperhatikan guru saat menjelaskan cara penerapan metode bercerita dengan kartu gambar. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II terdapat peningkatan rata-rata persen sebesar 93,3%. Skor persen yang sebesar 93,3% sudah mencapai kriteria keberhasilan rata-rata persen yang ditentukan. Tampak adanya peningkatan kemampuan menyimak dalam penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita yang diperoleh dari temuantemuan sebagai berikut. Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan menyimak yang diharapkan dapat tercapai. Peneliti dalam hal ini sebagai guru yang memberikan arahan pada anak apabila ada hal yang belum dipahami. Berdasarkan skor persen pada siklus II sebesar 93,3% maka dalam penelitian inisudah dikatakan berhasil. Peningkatan rata-rata persentase kemampuan menyimak dalam penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 17,4%. Anak-anak di TK Dharma Bhakti sudah mampu membawakan cerita yg telah disampaikan guru secara lisan di depan kelas. Terdapat beberapa anak juga yang berani menceritakan kembali isi dari cerita, meskipun masih dibantu oleh guru. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Moeslichatoen (2004:157) metode bercerita merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Kantung cerita adalah media yang menarik untuk membangkitkan suasana belajar dan menarik perhatian anak pada saat bercerita dan menyimak. Media kantung bercerita ini, media yang dirancang oleh peneliti terdahulu yang kemudian di modifikasi oleh penulis untuk merangsang kemampuan menyimak pada anak. Menyimak dalam penelitian saya yaitu kemampuan yang pertama kali dipelajari oleh anak sebelum mereka bisa berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak merupakan syarat mutlak untuk dapat menguasai berbagai informasi. Anak tidak dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan baik tanpa kemampuan menyimak yang baik ini senada dengan yang disampaikan oleh Dhieni, (2007:4.6) menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Menyimak adalah salah satu dari aspek kemampuan

berbahasa. Jadi kemampuan menyimak dapat ditingkatkan melalui cerita. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Firda (2015) yang berjudul Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Kantung Cerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak, selain itu juga kemampuan bahasa anak menjadi bertambah. Dalam penelitian ini, saya juga menemukan kepercayaan diri anak menjadi bertambah dengan diterapkannya metode bercerita berbantuan kantung cerita. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B semester II tahun ajaran 2015/2016 di TK Dharma Bhakti Sambangan. SIMPULAN DAN SARAN Terdapat peningkatan kemampuan anak kelompok B di TK Dharma Bhakti Sambangan setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media kantung cerita. Ini terlihat dari skor persentase kemampuan menyimak pada siklus I sebesar 75,9% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 93,3% pada siklus II yang berada pada kategori Sangat tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan menyimak pada anak sebesar 17,4%. Pada siklus I berada pada kategori sedang yang disebabkan karena anak masih kurang mampu memfokuskan perhatiannya saat guru menjelaskan mengenai pelaksanaan metode bercerita dengan media kantung cerita. Hal ini deisebebkan karena media yang digunakan pada siklus I ukurannya masih kecil, sehingga anak-anak tidak bisa melihat dengan jelas dan kurang focus. Anak masih malu dan ragu untuk menceritakan kembali isi cerita. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan yaitu berada pada kategori sangat tinggi karena proses pembelajaran sudah berjalan sesui dengan rencana, jika ada anak yang belum paham maka akan diberikan arahan secara perlahan, sehingga akan dimengerti. Dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B Semester II tahun ajaran 2015/2016 di TK Dharma Bhakti Sambangan. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan agar dapat mengembangkan cerita dan tokoh cerita dengan media kantung cerita dan memodifikasi cerita dengan menggunakan kantung cerita untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kepada kepala TK, disarankan agar memberikan pendanaan untuk media yang baru, memberikan pelatihan yang sesuai kepada guru dan mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kemampuan menyimak pada anak dan perkembangan kemampuan anak. Kepada peneliti lain, saran yang dapat peneliti berikan bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang metode bercerita berbantuan media kantung cerita, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Agung. A. A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK ). Makalah disajikan Pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Singaraja 27 September 2010. -------. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan.. Singaraja: Undiksha. Arikunto. Sudardjono. Supardi. 2012. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara Dewi, Fitira Heni. 2013. Meningkatkan Kemampuan Awal Bahasa Anak Usia

Dini Melalui Media Cerita Bergamar di RA Tarbiyatul Athfal. IKIP Veteran Semarang. (hlm. 56-67). Dhieni, Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Ernawati. 2014. Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Cerita Dengan Boneka Pada Anak Kelompok A Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Baleharjo. Universitas Negeri Yogyakarta. (hlm. 24). Firda, Agung, Magta. 2015. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Kantung Cerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Singaraja : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitaspendidikan Ganesha Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Isjoni,H. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD). Bandung Kusnandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers. Moeslichatoen, R. 2004. Metode pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Rineka Cipta.