BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

dokumen-dokumen yang mirip
I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

Produk Domestik Regional Bruto

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BONE BOLANGO DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Menurut Arsyad (1999: 23) proses pembangunan biasa dibagi menjadi empat tahap. Keempat tahap tersebut itu ditetapkan kedalam suatu rangkaian yang dimulai pada saat tujuan ditetapkan, dan diterjemahkan kedalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, pencapaian kesempatan kerja, distribusi pendapatan, pengangguran dan kemiskinan. Dengan perkataan lain arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Tujuan pembangunan ekonomi selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 1998: 7-14). Menurut Arsyad (1999) dan Blakely (1989) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja antara pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

2 pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Sejak tahun 2001, dengan diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (sekarang kedua UU di atas sudah diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004), maka pemerintah daerah di Indonesia memiliki kewenangan yang seluas-luasnya dalam pelaksanaan pemerintahan dan pengaturan keuangan daerahnya masing-masing. Dengan demikian, pertumbuhan daerah diharapkan menjadi lebih optimal dan mampu mengurangi disparitas yang terjadi antardaerah. Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan keputusan yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dalam merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Tingkat keberhasilan perencanaan pembangunan di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kualitas perencanaan pembangunan yang disusun oleh daerah tersebut. Perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Perbedaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia antardaerah serta perbedaan akses setiap daerah mengharuskan adanya perencanaan tersendiri pula bagi daerah tersebut.

3 Menurut Sjafrizal (1997: 35) untuk menciptakan tujuan pembangunan daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Seiring dengan sangat bervariasinya potensi sumber daya pembangunan yang dimiliki setiap daerah tersebut. Untuk itu daerah seharusnya mengetahui kegiatan sektor ekonomi mana yang potensial dalam pengembangan ekonomi daerah. Menurut Yusuf (1999: 219) salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat spesialisasi dan daya saing, atau keunggulan komparatif suatu sektor di suatu daerah adalah melalui rasio kontribusi dan rasio pertumbuhan masingmasing sektor di daerah tersebut terhadap jumlah output total pada skala internal atau wilayah studi pada skala eksternal atau wilayah referensinya. Dalam perekonomian yang lebih luas, hubungan antara kegiatan ekonomi juga menunjukkan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis, jenis-jenis kegiatan baru bermunculan untuk mengisi kekosongan mata rantai yang semakin panjang dan saling terkait. Kemajuan di suatu sektor tidak mungkin dapat dicapai tanpa dukungan sektor-sektor lain. Begitu juga sebaliknya hilangnya kegiatan suatu sektor akan berdampak terhadap kegiatan sektor lain. Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan, bila mampu menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi (economic growth) wilayah dari tahun ke tahun. Indikator makro ekonomi biasanya mempergunakan pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu alat ukur untuk mengukur kemajuan atau tingkat keberhasilan pembangunan suatu wilayah.

4 Dalam menganalis sektor-sektor ekonomi wilayah terhadap perubahan struktur ekonominya, diperlukan faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan sehingga dapat diketahui kondisi transformasi aktivitas ekonomi wilayah tersebut. Perkembangan perekonomian suatu daerah/wilayah biasanya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada penemuan serta penetapan sektor-sektor unggulan dan mempengaruhi pergeseran struktur perekonomian wilayahnya. Dengan adanya perubahan struktur perekonomian tersebut, maka suatu wilayah mampu menunjukkan besarnya kontribusi dari setiap sektor unggulan yang mengidentifikasikan bahwa wilayah tersebut mengalami perkembangan sesuai arah kebijakan pembangunan untuk masa kini maupun di masa datang. Oleh sebab itu, indikator perkembangan perekonomian harus mampu menggambarkan seberapa besar kekuatan ekonomi wilayah yang sesuai dengan potensi atau kapasitas wilayahnya, sehingga setiap perubahan struktur ekonomi mampu memperlihatkan adanya kemajuan di dalam pengambilan kebijakan pembangunan. Kinerja perekonomian Provinsi Maluku pada triwulan I tahun 2012 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan mengalami penurunan sebesar -0,69 persen. Pertumbuhan negatif tersebut terjadi hampir pada semua sektor ekonomi. Pertumbuhan masingmasing sektor tersebut adalah Sektor Bangunan/konstruksi (-3,28 persen), Sektor Listrik dan Air Bersih (-0,16 persen), Sektor Jasa-Jasa (-1,87 persen), Sektor Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,51 persen), Sektor Industri Pengolahan (0,27 persen), Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (-1,04 persen), Sektor

5 Angkutan dan Komunikasi (-0,11 persen), Sektor Pertanian (-0,02 persen) serta Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (0,40 persen). Sektor Pertanian pada triwulan I tahun 2012 bertumbuh sebesar -0,02 persen terhadap triwulan IV tahun 2011. Secara lebih rinci, pertumbuhan ini disebabkan oleh Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan bertumbuh (1,04 persen), Sub Sektor Perkebunan sebesar -3,23 persen, Sub Sektor Peternakan bertumbuh sebesar -0,57 persen, Sub Sektor Kehutanan (-1,84 persen) dan Sub Sektor Perikanan bertumbuh sebesar 0,98 persen. PDRB triwulan I 2012 bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. Tabel 1.1 Perbandingan PDRB per, 2010-2012 (dalam persen) Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha IV 2011 terhadap III 2011 IV 2011 terhadap IV 2010 I 2012 terhadap IV 2011 I 2012 terhadap I 2011 1. Pertanian 4,74 5,38-0,02 5,75 2. Pertambangan & Penggalian 3,92 5,90 0,51 7,26 3. Industri Pengolahan 3,31 4,98 0,27 10,80 4. Listrik, Gas & Air Minum 2,94 8,02-0,16 9,27 5. Bangunan 6,03 13,51-3,28 12,69 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,57 9,33-1,04 7,59 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,46 6,47-0,11 6,75 8. Bank & Lembaga Keuangan 2,30 3,54 0,40 4,95 9. Jasa-jasa 6,37 11,39-1,87 9,65 PDRB 5,21 7,79-0,69 7,40 Sumber: BPS, Provinsi Maluku dalam Angka, 2011 Pada triwulan I tahun 2012 dibandingkan dengan triwulan I tahun 2011 ternyata hampir semua sektor mengalami peningkatan, kecuali sub Sektor Kehutanan yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -3,81 persen. PDRB

6 total meningkat sebesar 7,40 persen. Sektor Pengangkutan meningkat sebesar 6,75 persen, Sektor Bangunan 12,67 persen, Sektor Jasa-Jasa 9,65 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,59 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 7,26 persen, Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,95 persen, serta sektor Pertanian 5,75 persen. Laju pertumbuhan yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi Maluku selama tahun 2012 sampai dengan triwulan I, maka ekonomi Maluku mampu bertumbuh sebesar 7,40 persen Secara umum hal penting yang perlu dianalisis dalam konteks perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah adalah bagaimana perencanaan tersebut diarahkan untuk dapat memberikan akselarasi atau percepatan pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi setiap sektor ekonomi tersebut. Dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah saat ini perhatian diberikan tidak hanya pada perekonomian wilayah secara umum, namun perhatian yang mendalam perlu juga diberikan kepada upaya untuk melakukan identifikasisektor unggulan. Sektor ungulan dalam hal ini merupakan sektor basis yang dapat memberikan aliran pendapatan ke dalam perekonomian suatu wilayah (Richardson, 1977). Berdasarkan uraian diatas maka timbul pertanyaan apakah perubahan kontribusi sektoral yang terjadi telah didasarkan kepada strategi kebijakan pembangunan yang tepat, yaitu strategi yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku, karena sangat dipahami bahwa untuk melakukan pembangunan, sumber daya yang ada terbatas, sebagai konsekuensinya harus diarahkan kepada pembangunan sektor-sektor yang

7 memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektorsektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Penelitian ini mencoba untuk mencari sektor ungulan dalam perekonomian dan bagaimana sebaiknya arah kebijakan strategi pembangunan yang paling menguntungkan berdasarkan analisis sektor unggulan tersebut. 1.1.1 Rumusan masalah Potensi sumber daya alam di Provinsi Maluku sangat besar terutama sektor pertanian khususnya subsektor perikanan. Tetapi kondisi ini belum diikuti dengan membaiknya tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menarik untuk diteliti apakah perencanaan pembangunan perekonomian yang dilaksanakan selama ini sudah tepat dengan mengedepankan sektor potensial atau sektor unggulan yang ada di Provinsi Maluku, apakah sektor pertanian yang menjadi titik berat pembangunann selama ini adalah merupakan sektor unggulan dan apakah kebijakan-kebijakan pemerintah yang diambil selama ini sudah mendukung pembangunan perekonomian tersebut. Hal-hal tersebut merupakan rumusan permasalahan dalam penelitian yang secara lebih detil dituangkan dalam pertanyaan penelitian ini. 1.1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan permasalahan ini dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu: 1. Sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Maluku? 2. Dari sektor unggulan tersebut manakah yang menjadi sektor yang paling dominan? 3. Sejauh manakah keterkaitan antarsektor?

8 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan sektor unggulan. Tabel 1.2 Ringkasan Penelitian Tentang Sektor Ungulan No Nama Peneliti Variabel yang di analisis Alat Analisis Hasil (1) (2) (3) (4) (5) 1. Wasito, 2000 Pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan tingkat pengangguran di Wilayah Pantai Barat, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Timur Provinsi sumatera Utara selama periode tahun 1994 sampai dengan tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, elastisitas kesempatan kerja, tingkat pengangguran, MRP, LQ, Overlay. Bahwa di Wilayah Pantai Barat tidak mempunyai keunggulan dalam pengembangan sektor. wilayah Dataran Tinggi mempunyai keunggulan dalam pengembangan sektor jasa jasa. Wilayah Pantai Timur mempunyai keunggulan dalam pengembangan sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bank dan lembaga keuangan, serta sektor angkutan dan komunikasi. 2. Assadin dan Wijaya, 2001 Pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di Kalimantan Timur yang menekankan pada terapan model kebijakan prioritas Alat analisis Shift - Share, Location Quotient (LQ), ICOR, elastisias kesempatan kerja, Hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata pertumbuhan kesempatan kerja sektoral di Kalimantan Timur lebih tinggi daripada kesempatan

9 sektoral untuk Kalimantan Timur antara tahun 1990-1997. produktivitas serta pertumbuhan ekonomi. kerja Nasional. Sektor yang menjadi basis adalah sektor pertambangan, industri serta sektor trasnportasi dan komunikasi. 3. Kara, E., 2009 Penelitian ini ingin mencari nilai inflasi pada indeks harga konsumen (CPI) dan indeks harga produsen (PPI). Analisis keterkaitan dengan inputoutput. Hasil menunjukkan bahwa indeks harga produsen memiliki nilai inflasi yang tidak jauh berbeda dengan indeks harga konsumen. 4. Shmelev, Stanislav Edward., 2010 Analisis keterkaitan antar sektor dengan pencemaran lingkungan. Menggunakan variabel inputoutput sektor ekonomi di United Kingdom dikatkan dengan volume dan nilai pencemaran lingkungan. Hasil menemukan keterkaitan sektorsektor ekonomi tertentu yang memiliki dampak ekonomi maksimal dan dampak lingkungan yang minimal. 5. Blochl et, al., 2011 Menggunakan variabel inputoutput untuk menganalisis aliran barang dan jasa pada sektor-sektor ekonomi. Analisis menggunakan jaringan inputoutput dengan vertex centrality. Hasil menemukan hubungan arus barang dan jasa sekaligus sektor yang menjadi sentral terhadap sektor lainnya. Hasil juga menemukan kesamaan antar negara-negara terkait dengan sektor perekonomiannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah disebutkan terletak pada: 1. objek penelitian ini adalah sektor-sektor ungulan di Provinsi Maluku;

10 2. lokasi dalam penelitian ini adalah Provinsi Maluku dengan menggunakan pendekatan Tabel Input-Output (IO); 2007 3. penelitian ini dilakukan pada tahun 2012 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Maluku. 2. Mengidentifikasi sektor paling dominan dari sektor-sektor unggulan yang ada di Provinsi Maluku. 3. Untuk mengetahui keterkaitan antarsektor. 1.3.2 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. dijadikan bahan masukan dalam menyusun skala prioritas serta kebijakan pembangunan ekonomi dan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan sektor unggulan di Provinsi Maluku. 2. sebagai bahan referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah. 1.4 Sistematika Penulisan

11 Penulisan ini disusun dalam empat bab, yang masing-masing bab berisi Bab I Pengantar, berisi uraian mengenai latar belakang keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian yang diharapkan serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis Data, berisi uraian mengenai tinjauan pustaka yang berhubungan dengan topik penelitian, landasan teori dan alat analisis. Bab III Analisis Data, berisi uraian mengenai cara penelitian, definisi operasional variabel yang diamati serta hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran, berisi mengenai uraian dan saran berdasarkan hasil analisis dan pembahasan.