PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PENGARUH PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

PENGARUH QUENCH DAN TEMPERING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA HADFIELD HASIL PENGECORAN PT. BAJA KURNIA

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

09: DIAGRAM TTT DAN CCT

Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Disusun Oleh : WIDI SURYANA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perlakuan panas (Heat Treatment)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

PENGUJIAN IMPAK BESI COR KELABU AUSTEMPER

MENINGKATKAN KETANGGUHAN C-Mn STEEL BUATAN DALAM NEGERI. Jl. Soekarno-Hatta No. 180, Semarang *

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AUSTEMPERING PADA PROSES AUSTEMPERING BESI COR NODULAR FCD 40

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

Di susun oleh: Rusdi Ainul Yakin : Tedy Haryadi : DIAGRAM FASA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

LAPORAN TUGAS AKHIR PENELITIAN TENTANG SIFAT-SIFAT KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, KOMPOSISI KIMIA DAN STRUKTUR MIKRO DARI TALI SERAT BAJA BUATAN KOREA

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU JATI

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

Karakterisasi Material Sprocket

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

RANGKUMAN NORMALISING

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Transkripsi:

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111 Agung Setyo Darmawan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura agungsetyod@yahoo.com ABSTRAK Baja SCMnCr produksi PT. Baja Kurnia Klaten mempunyai harga kekerasan 210.8 H B dan kekuatan tarik 539.21 N/mm 2. Baja produksi PT. Baja Kurnia Klaten ini belum memenuhi standar JIS G 5111 untuk Baja SCMnCr. Oleh karena itu dilakukan proses quenching yang dilanjutkan dengan proses tempering pada baja SCMnCr2 untuk memenuhi standar tersebut. Proses quenching dilakukan dengan temperatur austenitisasi 850 o C. Proses tempering dilakukan dengan temperatur penahanan 600 o C dan variasi waktu penahanan 20, 30, dan 45 menit. Sesudah dilakukan proses heat treatment, Baja SCMnCr2 diuji strukturmikro, kekerasan, dan kekuatan tariknya. Foto struktur mikro baja SCMnCr2 setelah diquenching dan kemudian ditempering memperlihatkan fasa ferit dan martensit temper. Setelah dilakukan quenching dan tempering, harga kekerasan untuk waktu penahanan 20, 30, dan 45 menit adalah 298.6 H B, 285 H B, dan 254.7 H B dan harga kekuatan tarik untuk waktu penahanan 20, 30, dan 45 menit adalah 931.73 N/mm 2, 846.54 N/ mm 2, dan 878.18 N/mm 2. Harga kekerasan dan kekuatan ini sudah memenuhi standar JIS G 5111. Kenaikan harga kekerasan dari sebelum ke sesudah proses heat treatment disebabkan oleh terbentuknya fasa martensit temper. Sementara, penurunan kekerasan akibat waktu penahanan tempering yang semakin lama disebabkan oleh membesar dan semakin banyaknya fasa ferit. Kata Kunci: SCMnCr2, quenching, tempering, JIS G 5111 PENDAHULUAN Baja banyak digunakan dalam bidang teknik. Salah satu keuntungan pemakaian baja adalah karena sifat mekaniknya yang mempunyai rentang cukup lebar yang dapat disesuaikan dengan kegunaannya. Pemakaian baja dalam kehidupan masyarakat dan dunia industri mensyaratkan faktor sifat mekanik tertentu yang sesuai dengan standar. JIS (Japanese Industrial Standard) adalah salah satu dari beberapa macam standarisasi di dunia. JIS sendiri dikeluarkan oleh negara Jepang sebagai salah satu acuan dalam dunia teknik. Standarisasi ini digunakan agar produk baja dapat digunakan secara aman. Sifat mekanik, sebagai contoh, kekuatan tarik dipengaruhi oleh ukuran butir. Perlakuan Panas (Heat treatment) dapat digunakan untuk mengatur ukuran butir dan meningkatkan sifat mekanik material [Anderson, 2003].). Definisi perlakuan panas adalah pengubahan struktur- 49

mikro, dengan memberikan pemanasan dan mengatur laju pendinginan sehingga diperoleh strukturmikro yang diinginkan. Yang tidak berubah pada proses perlakuan panas ini adalah komposisi bahan. Sedang definisi strukturmikro sendiri adalah konfigurasi distribusi fasa untuk suatu komposisi tertentu. Contoh proses perlakuan panas adalah full anealling, normalizing, quenching dan tempering. Pada full anealling dan normalizing baja karbon, semakin cepat laju pendinginan, semakin kecil butir yang terjadi [Callister Jr., 2007]. Sementara quenching akan mengakibatkan terbentuknya fasa martensit yang kuat, keras, dan getas, yang akan dapat ditingkatkan ketangguhannya dengan proses tempering. Full anneal adalah pemanasan baja ke temperatur 30 o C diatas garis A 3 atau A 1 (tergantung pada kandungan karbon), ditahan pada temperatur tersebut untuk mendapatkan fasa austenit yang homogen, kemudian didinginkan secara lambat pada tungku. Hasil unluk baja hypoeutectoid adalah perubahan fasa dari austenit ke perlit lamellar kasar (butir besar) vang lunak, bebas tegangan, dan ferit yang halus. Kata pelunakan (annealing) saja jika digunakan pada paduan besi (Fe) menunjukkan proses full anneal. Jika digunakan pada paduan non besi kata pelunakan (annealing) menyatakan perlakuan panas yang dirancang untuk melunakkan struktur hasil pengerjaan dingin dengan rekristalisasi dan atau kemudian pertumbuhan butir. Karena memerlukan waktu yang lama dan mahal, dalam beberapa kasus full anneal diganti dengan normalizing. Pada normalizing, pendinginan dilakukan di udara (laju pendinginan lebib cepat dibandingkan ditungku) dan menghasilkan struktur perlit yang halus. Baja di normalizing untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih besar dibanding jika dengan full anneal. Menurut Widyatmadji (2001), perlakuan panas normalizing memberikan perubahan terhadap struktur mikro dan kekuatan baja. Makin tinggi temperatur austenisasi dan makin lama waktu tahan, kekuatan baja makin menurun, namun ketangguhannya akan meningkat. Tempering pada baja dilakukan dengan memanaskannya pada temperatur sedikit 723 o C. Perlakuan panas ini umumnya dilakukan setelah proses celup cepat (quenching). Tujuan dari tempering adalah untuk mendapatkan baja yang lebih tangguh (tough) dan juga liat (ductile) tanpa banyak mengurangi kekuatan (strength). Ketahanan aus besi cor liat feritik berdasarkan penelitian Sahin (2008) berkurang setelah mengalami proses tempering pada temperatur 500 o C dengan waktu penahanan 1 dan 5 jam. Mulyanti (1996) meneliti pengaruh perlakuan panas pada paduan baja mangan austenit dimana kekerasan akan turun dan harga impak akan naik jika dilakukan proses temper, disebutkan juga bahwa dengan naiknya temperatur austenitisasi, maka kekerasan akan turun dan harga impak akan naik. Glownia (2008) melakukan penelitian pengaruh pemaduan mikro terhadap keoptimalan proses tempering. Keoptimalan proses tempering dapat dinaikkan dengan presipitasi karbonnitrida. Usaha untuk memenuhi standar JIS G 5111 pada baja cor SCMnCr2 produksi PT. Baja Kurnia Klaten telah dilakukan oleh Darmawan dkk. (2008). Pengujian kekuatan pada raw material baja ini memperlihatkan hasil di bawah standar yaitu kekuatan tariknya 539.21 N/mm 2. Oleh karena itu dilakukan proses normalizing dan tempering pada baja SCMnCr2 untuk memenuhi standar tersebut. Sesudah dilakukan proses heat treatment Baja SCMnCr2 diuji strukturmikro dan kekuatan tariknya. Foto struktur mikro baja SCMnCr2 setelah dinormalizing dan kemudian ditempering memperlihatkan butir yang lebih kecil dibanding raw materialnya.. Setelah dilakukan normalizing dan tempering harga kekuatan naik menjadi 685.51 N/ mm2 dan akan menurun menjadi 664.21N/mm 2 ketika waktu penahanan tempering diperlama menjadi 45 menit. Hal ini disebabkan karena meningkatnya ukuran butir ferit dan perlit. 50 Proses Quenching dan Tempering pada SCMnSr2 untuk Memenuhi Standar JIS G 5111 oleh Agung Setyo Darmawan

METODE PENELITIAN Diagram Alir Penelitian Penelitian dilakukan sesuai diagram alir penelitian seperti terlihat pada gambar 1. Material yang akan diuji adalah Low Alloy Steel Casting, SCMnCr2 produksi PT. BAJA KURNIA Ceper Klaten. Pembuatan specimen uji tarik mengikuti standar JIS Z 2201. Penyiapan Material Pengujian Struktur mikro dan Pengujian Tarik untuk Raw Material Proses Heat Treatment Quenching dan Tempering dilakukan pada potongan material sebelum dibentuk benda uji (specimen) adalah sebagai berikut : 1. Spesimen dimasukkan ke dalam tungku pemanas (furnace), kemudian tungku pemanas di set pada temperatur 850 o C, setelah temperatur tungku pemanas mencapai 850 o C, spesimen ditahan selama 40 menit dalam suhu tersebut. 2. Setelah tertahan selama 40 menit dalam temperatur 850 o C, specimen dikeluarkan dari tungku pemanas dan didinginkan dengan dicelup ke air hingga mencapai suhu kamar (proses quenching). 3. Kemudian dilanjutkan dengan proses tempering yakni dengan langkah awal mengeset tungku pemanas pada temperatur 600 o C lalu ditahan dengan variasi waktu 20 menit (specimen A), 30 menit (specimen B), dan 45 menit (specimen C). Temperatur Pengujian Struktur mikro Pengujian Tarik dan Kekerasan B C Data dan Pengolahan E Analisa F A 40 menit D Kesimpulan Waktu Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Pelaksanaan Heat Treatment Heat Treatment yang terdiri dari dua proses yaitu quenching dan tempering dilaksanakan sesuai gambar 2, dengan temperatur pemanasan 850ÚC untuk temperatur Austenitisasi pada proses quenching dan 600ÚC untuk temperatur tempering. Adapun proses heat treatment yang G Gambar 2. Diagram proses Normalizing diikuti Tempering Keterangan gambar 2 adalah sebagai berikut: Garis AB = Proses pemanasan hingga mencapai temperatur 850Ú C. Garis BC = Proses penahanan pada temperatur 850Ú C selama 40 menit. Garis CD = Proses quenching (pendinginan dengan dicelup ke air sampai temperatur kamar). 51

Garis DE = Proses pemanasan hingga temperatur 600Ú C. Garis EF = Proses penahanan pada temperatur (a) selama 20 menit untuk specimen A (b) selama 30 menit untuk specimen B (c) selama 45 menit untuk specimen C. Garis FG = Proses pendinginan dengan udara sampai temperatur kamar di udara terbuka. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 5. Struktur Mikro dari Specimen B Hasil dan Analisa Data Hasil Pengujian Struktur Mikro. Struktur mikro ini dilihat dengan Olympus Metallurgical Microscopes dengan pembesaran 200 kali, dari pemotretan dengan kamera didapatkan gambar 3, 4,5 dan 6. Gambar 6. Struktur Mikro dari Specimen C Gambar 3. Struktur Mikro dari Raw Material Gambar 4. Struktur Mikro dari Specimen A Raw material mempunyai struktur mikro yang terdiri dari fasa ferit dan perlit (gambar 3). Fasa ini akan bertransformasi menjadi ferit dan martensit temper setelah mengalami proses quenching dan tempering, dimana jika waktu penahanan tempering lebih panjang, maka butir yang terjadi akan lebih besar (Gambar 4 6). Hasil dan Analisa Data Hasil Pengujian Kekuatan Tarik Kekuatan tarik untuk baja SCMnCr2 berdasarkan standar JIS G 5111 adalah minimum 590 kgf/mm 2. Diagram alir tegangan-regangan teknik hasil pengujian tarik di perlihatkan pada gambar 7. Tabel 1 memperlihatkan data kekuatan tarik dan kekuatan luluh. Gambar 8 memperlihatkan perbandingan kekuatan tarik maksimum dari ScMnCr2 sebelum dan sesudah proses treatment. 52 Proses Quenching dan Tempering pada SCMnSr2 untuk Memenuhi Standar JIS G 5111 oleh Agung Setyo Darmawan

Tabel 1. Data Hasil Uji Tarik Bahan ScMnCr2 Sebelum dan Sesudah Proses Treatmen. Spesimen Kekuatan Luluh (N/mm 2 ) Kekuatan Tarik (N/mm 2 ) RM 434.44 539.21 A 827.07 931.73 B 734.35 846.54 C 745.44 878.18 Keterangan: RM : Raw Material A : Spesimen Treatment Temperatur Austenitisasi 850 o C Quenching + Temper 600 o C 20 menit B : Spesimen Treatment Temperatur Austenitisasi 850 o C Quenching + Temper 600 o C 30 menit C : Spesimen Treatment Temperatur Austenitisasi 850 o C Quenching + Temper 600 o C 45 menit Gambar 7. Diagram Alir Tegangan-Regangan Teknik Hasil Pengujian Tarik Gambar 8. Perbandingan Kekuatan Tarik Sebelum dan Sesudah Proses Heat Treatment 53

Kekuatan tarik bahan setelah di heat treatment mengalami peningkatan, semakin lama waktu penahanan, kekuatan akan cenderung menurun karena butir membesar. Proses ini masih memperlihatkan bahwa proses heat treatment yang digunakan berhasil mengubah harga kekuatan sehingga memenuhi standar JIS G 5111. Hasil dan Analisa Data Hasil Pengujian Kekerasan Standar JIS G 5111 mensyaratkan kekerasan minimum baja SCMnCr2 adalah 183 BHN. Hasil pengujian kekerasan diperlihatkan pada Gambar 9. Gambar 9. Grafik Kekerasan Rata-Rata (BHN) Kekerasan setelah proses heat treatmen memperlihatkan kenaikan. Meskipun demikian, jika waktu penahanan diperpanjang kekerasan akan turun, karena butir membesar. Kekerasan hasil proses heat treatment ini memenuhi standar JIS G 5111. KESIMPULAN Dari hasil pengujian kekuatan tarik dan kekerasan, proses quenching yang diikuti proses tempering dengan waktu penahanan sampai 45 menit berhasil memenuhi standar JIS G 5111. PERSANTUNAN Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan Dwi Setiawan Piyarto terhadap penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.C., 2003, Material Science for Engineers, Nelson Thornes, Cheltenham. Callister, Jr., William D., 2007, Materials Science and Enginering; An Introduction, John Wiley & Sons, New York 54 Proses Quenching dan Tempering pada SCMnSr2 untuk Memenuhi Standar JIS G 5111 oleh Agung Setyo Darmawan

Darmawan, A.S., Masyrukan, Ariyandi, R., 2007, Proses Quenching Dan Tempering Pada SCMnCr2 Untuk Memenuhi Standar JIS G 5111, Media Mesin, Teknik Mesin UMS, Surakarta. G³ownia, J., Kalandyk, J. B., 2008, Effect of Precipitation strengthening in low alloyed Mn-Ni cast steel, Journal of Materials Processing Technology, Volume 207, Issues 1-3, Pages 147-153. Mulyanti, 1996, Pengaruh Kadar Mangan (Mn) Dan Perlakuan Panas Terhadap Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro Paduan Baja Mangan Austenit, UI Jakarta. Sahin, Y., Erdogan, M., Cerah, M., 2008, Effect of martensite volume fraction and tempering time on abrasive wear of ferritic ductile iron with dual matrix, Wear, Volume 265, Issues 1-2, Pages 196-202. Widyatmadji, 2001, Pengaruh Perlakuan Panas Normalisasi Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro Baja 1K3816AT Untuk Aplikasi Casing & Tubing Spesifikasi API 5CT K55, UI, Jakarta. 55