BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak yang mempunyai banyak pemukiman kumuh, yaitu dapat dilihat dari kualitas bangunan dan tingkat pendapatan yang rendah, kondisi drainase, air bersih, dan sanitasi yang buruk. Sebagian besar kawasan pemukiman kumuh tidak memiliki jamban atau memiliki tapi dalam kondisi buruk. Bagi penduduk yang tidak memiliki jamban, biasanya buang air besar di sungai atau saluran (Ramadhan & Pigawati 2014). Pasar Mranggen terletak di Kabupaten Demak dan terdapat kurang lebih 200 pedagang yang mempunyai lokasi dekat dengan jalan raya dan pada umumnya bangunan pasar berupa blok, los dan petak. Pasar Mranggen terdiri dari satu lantai dan sebagian besar lantainya masih berupa tanah sehingga secara kasat mata pasar terlihat kotor dan apabila terjadi hujan maka lantai akan becek karena air yang menggenang. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa Pasar Mranggen tidak memiliki tempat khusus untuk tempat berjualan ikan, daging maupun sayuran. Terdapat pedagang yang berjualan pada pasar bagaian dalam dan terdapat pula pedagang yang berjualan pada dasaran terbuka dan letaknya dekat dengan TPS sehingga menyebabkan lalat berkerumun. Pada pasar bagian dalam kondisi pasar cukup gelap dan tidak terlalu banyak ditemukan lalat. 35
36 Hasil pengamatan di lokasi menunjukkan pada Pasar Mrangen mempunyai TPS yang terbuat dari tembok dan sebagian besar sampah berupa sampah organik membusuk dan berbau menyengat sehingga menyebabkan banyak kerumunan lalat. Di Pasar Mranggen juga terdapat tempat penjualan hewan seperti kambing dan sapi yang letaknya bersebelahan dan masih dalam satu kawasan dengan penjual bahan pangan. 2. Hasil Tabel 3.1 Persentase Hasil Pemeriksaan Telur Soil Transmitted Helminths Pada Lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak. Nama Parasit Ket Lokasi Pengambilan Sampel f % APM TPS 1 TPS 2 A. lumbricoides + 0 0 0 0 0,0 5 3 3 11 100,0 T. trichiura + 0 0 0 0 0,0 5 3 3 11 100,0 S. stercoralis + 0 0 0 0 0,0 5 3 3 11 100,0 Cacing Tambang + 0 0 2 2 18,2 5 3 1 9 81,8 Keterangan: 1. APM : Area penjual makanan 2. TPS 1 : Tempat pembuangan sampah pengambilan hari 1 3. TPS 2 : Tempat pembuangan sampah pengambilan hari 2 4. + : ada parasit 5. - : tidak ada parasit
37 Tabel 3.1 menunjukkan bahwa hasil presentase pemeriksaan telur Soil Transmitted Helminths pada lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak diperoleh hasil positif cacing tambang yang didapat dari sampel TPS pada pengambilan 1 dengan presentase sebesar 18,2%. Gambar 11. Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Tambang Perbesaran 40 Pewarnaan Lugol Pada penelitian ini dapat ditemukan pula telur Taenia sp pada pemeriksaan lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak. Tabel 3.2 Persentase Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Tambang dan Tenia sp Pada lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak. Nama Parasit Ket Lokasi Pengambilan Sampel f % APM TPS TPS 1 2 Taenia sp + 0 1 0 1 9,1 5 2 3 10 90,9 Cacing tambang + 0 0 2 2 18,2 5 3 1 9 81,8 Keterangan: 1. APM : Area penjual makanan 2. TPS 1 : Tempat pembuangan sampah pengambilan hari 1 3. TPS 2 : Tempat pembuangan sampah pengambilan hari 2 4. + : ada parasit 5. - : tidak ada parasit
38 Pada tabel 3.2 menunjukkan hasil positif telur cacing Tenia sp pada sampel lalat yang diperoleh dari TPS pengambilan 1 dengan presentase sebesar 9,1% dan hasil positif pada telur cacing tambang yang diperoleh dari TPS pengambilan 2 dengan presentase 18,2%. Gambar 12. Hasil Pemeriksaan Teluir Taenia sp Perbesaran 40 Pewarnaan Lugol B. Pembahasan 1. Kondisi Lingkungan Pasar Sebagian besar kondisi lingkungan Pasar Mranggen belum memenuhi syarat kesehatan yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 519/MENKES/SK/VI/2008. Diantaranya yaitu lantainya yang tidak terbuat dari bahan yang kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan. Hampir semua lantai dari pasar masih berupa tanah dan terlihat becek apabila memasuki musim hujan. Persediaan air di Pasar Mranggen berasal dari sumur dan cukup terpenuhi namun tidak didukung dengan saluran air yang baik, diantaranya yaitu selokan yang terbuka dan tergenang yang berisi sampah.
39 Toilet di Pasar Mrangen letakknya cukup dekat dengan pasar, dan tidak memiliki jamban berleher angsa serta tempat cuci tangan. Secara kasat mata toilet terlihat kotor, dan untuk bak di kamar mandi hanya tersedia ember dengan gayung. Setiap kios/lorong di Pasar Mranggen tidak memiliki tempat sampah tersendiri sehingga sampah terlihat berceceran di lantai. Untuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Pasar Mranggen terbuat dari tembok, tidak memiliki penutup, dan sampahnya cenderung menuumpuk dan berceceran karena sampah diangkut setiap 2-3 hari sekali. Seharusnya sampah diangkut minimal 1 24 jam (Kemenkes, 2008). Sebagian besar sampah berupa sampah organik membusuk sehingga banyak mengundang kermumunan lalat. TPS belum memenuhi syarat sanitasi yang diantaranya lokasinya tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari bangunan pasar, serta lokasi TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit. Berdasarkan wawancara dengan pedagang, pada sore/malam hari terlihat banyak tikus yang berkeliaran. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.519/MENKES/SK/VI/2008 pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol dan pada makanan los siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan tikus. 2. Keberadaan Parasit Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada 11 sampel lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak diperoleh hasil positif cacing tambang dari sampel yang berasal dari TPS pengambilan ke 2 dengan presentase 18,2%. Parasit lain
40 yaitu A.lumbricoides, T.trichiura, dan S.stercoralis tidak ditemukan pada sampel lalat. Pada penelitian ini tidak ditemukannya telur cacing A.lumbricoides, T.trichiura, dan S.stercoralis kemungkinan karena pada saat penangkapan, lalat tidak sedang hinggap pada tempat penangkapan atau disebabkan karena tidak adanya kotoran manusia atau hewan yang mengandung parasit A.lumbricoides, T.trichiura, dan S.stercoralis. Sampel lalat dari TPS pada pengambilan ke dua hanya diperoleh cacing tambang sebanyak 18,2%, hal ini karena kondisi tempat pembuangan sampah yang berpasir, tidak seperti area penjual makanan yang lantainya masih dari tanah. Tanah yang gembur (berpasir, humus) merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan cacing tambang (Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI, 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinta (2016) dimana hanya didapatkan telur cacing tambang dikarenakan kondisi tempat pembuangan sampahnya yang sedikit berpasir. Kegiatan pra survei yang dilakukan oleh Didik Sumanto pada sebanyak 59 anak sekolah di Desa Rejosari Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak bulan Juli 2009, diperoleh angka kejadian infeksi cacing tambang sebesar 20,30%. Hal ini dapat mempertinggi kemungkinan terjadinya kontaminasi lalat oleh cacing tambang mengingat terdapat perilaku warga yang buang air besar di kebun dapat mengkontaminasi lalat membawa parasit di tempat tersebut dan berpindah ke tempat lain. Penyebaran cacing tambang terdapat di seluruh daerah khatulistiwa dengan kondisi yang sesuai seperti daerah perkebunan dan pertambangan. Di Indonesia
41 sendiri prevalensinya tinggi, terutama pada daerah pedesaan sekitar 40%. Gejala infeksi cacing tambang tergantung pada spesies, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderitanya. Infeksi cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, namun apabila penyakit semakin berat dapat menyebabkan kadar hemoglobin yang semakin rendah. Suatu kasus di Yogyakarta sejumlah pasien penyakit cacing tambang mempunyai kadar Hb sampai 2,6 g% dengan infeksi penyakitnya yang semakin berat (Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI, 2006). Pada penelitian ini ditemukan pula parasit lain yaitu telur cacing Taenia sp yang didapatkan dari koleksi lalat dari TPS pada pengambilan ke dua, hal ini kemungkinan disebabkan karena terdapat pasar hewan yang letaknya bersebelahan dengan pasar yang menjual bahan pangan. Pasar Hewan Mranggen sendiri letaknya bersebelahan dengan Pasar Mranggen yang menjual bahan pangan dan hampir tidak ada sekat pemisah antara pasar yang menjual bahan pangan dan pasar yang menjual hewan. Pasar Hewan Mranggen akan ramai aktivitasnya hanya pada saat tertentu saja seperti saat Hari Raya Legi/Idul Adha karena di pasar tersebut menjual hewan kurban yang diantaranya kambing dan sapi. Pada penelitian ini ditemukan telur cacing Taenia sp pada sampel yang dikoleksi dari sampah, kemungkinan karena tempat sampah di pasar tersebut terkontaminasi oleh feses dari binatang sapi/kambing yang mengandung parasit Taenia sp. Taenia sp merupakan cacing pita penyebab Taeniasis yang mempunyai hospes perantara sapi/babi (CDC 2013). Hasil positif telur cacing Taenia sp hanya sebesar 12,5%, dikarenakan pada saat penelitian tidak sedang dalam masa Hari
42 Raya Legi jadi pasar tersebut tidak ada akitvitas jual beli hewan, maka dari itu kemungkinan hasil positif Taenia sp akan lebih besar apabila pada penelitian selanjutnya dilakukan pada saat Hari Raya karena terdapat aktifitas penuh jual beli hewan. Infeksi Taenia sp dapat terjadi apabila memakan makanan daging yang mentah atau dimasak setengah matang Taenia sp sering ditemukan pada daerah dengan sanitasi yang buruk dan tingkat kesakitannya tinggi pada wilayah Amerika Latin, Eropa Timur, sub-saharan Afrika, India dan Asia (CDC, 2013). Gejala klinis ringan Taenia saginata yaitu umumnya terjadi problem pencernaan seperti sakit perut, diare, dan kehilangan berat badan (Muslim, 2009).