BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera.

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang beriklim sedang, kondisi ini disebabkan masa hidup leptospira yang

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. menelan stadium infektif yaitu daging yang mengandung larva sistiserkus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan suatu populasi sangat ditentukan oleh kondisi tempat- tempat dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

xvii Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

UJI PAPARAN TELUR CACING TAMBANG PADA TANAH HALAMAN RUMAH (Studi Populasi di RT.05 RW.III Rimbulor Desa Rejosari, Karangawen, Demak)

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasaan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak yang mempunyai banyak pemukiman kumuh, yaitu dapat dilihat dari kualitas bangunan dan tingkat pendapatan yang rendah, kondisi drainase, air bersih, dan sanitasi yang buruk. Sebagian besar kawasan pemukiman kumuh tidak memiliki jamban atau memiliki tapi dalam kondisi buruk. Bagi penduduk yang tidak memiliki jamban, biasanya buang air besar di sungai atau saluran (Ramadhan & Pigawati 2014). Pasar Mranggen terletak di Kabupaten Demak dan terdapat kurang lebih 200 pedagang yang mempunyai lokasi dekat dengan jalan raya dan pada umumnya bangunan pasar berupa blok, los dan petak. Pasar Mranggen terdiri dari satu lantai dan sebagian besar lantainya masih berupa tanah sehingga secara kasat mata pasar terlihat kotor dan apabila terjadi hujan maka lantai akan becek karena air yang menggenang. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa Pasar Mranggen tidak memiliki tempat khusus untuk tempat berjualan ikan, daging maupun sayuran. Terdapat pedagang yang berjualan pada pasar bagaian dalam dan terdapat pula pedagang yang berjualan pada dasaran terbuka dan letaknya dekat dengan TPS sehingga menyebabkan lalat berkerumun. Pada pasar bagian dalam kondisi pasar cukup gelap dan tidak terlalu banyak ditemukan lalat. 35

36 Hasil pengamatan di lokasi menunjukkan pada Pasar Mrangen mempunyai TPS yang terbuat dari tembok dan sebagian besar sampah berupa sampah organik membusuk dan berbau menyengat sehingga menyebabkan banyak kerumunan lalat. Di Pasar Mranggen juga terdapat tempat penjualan hewan seperti kambing dan sapi yang letaknya bersebelahan dan masih dalam satu kawasan dengan penjual bahan pangan. 2. Hasil Tabel 3.1 Persentase Hasil Pemeriksaan Telur Soil Transmitted Helminths Pada Lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak. Nama Parasit Ket Lokasi Pengambilan Sampel f % APM TPS 1 TPS 2 A. lumbricoides + 0 0 0 0 0,0 5 3 3 11 100,0 T. trichiura + 0 0 0 0 0,0 5 3 3 11 100,0 S. stercoralis + 0 0 0 0 0,0 5 3 3 11 100,0 Cacing Tambang + 0 0 2 2 18,2 5 3 1 9 81,8 Keterangan: 1. APM : Area penjual makanan 2. TPS 1 : Tempat pembuangan sampah pengambilan hari 1 3. TPS 2 : Tempat pembuangan sampah pengambilan hari 2 4. + : ada parasit 5. - : tidak ada parasit

37 Tabel 3.1 menunjukkan bahwa hasil presentase pemeriksaan telur Soil Transmitted Helminths pada lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak diperoleh hasil positif cacing tambang yang didapat dari sampel TPS pada pengambilan 1 dengan presentase sebesar 18,2%. Gambar 11. Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Tambang Perbesaran 40 Pewarnaan Lugol Pada penelitian ini dapat ditemukan pula telur Taenia sp pada pemeriksaan lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak. Tabel 3.2 Persentase Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Tambang dan Tenia sp Pada lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak. Nama Parasit Ket Lokasi Pengambilan Sampel f % APM TPS TPS 1 2 Taenia sp + 0 1 0 1 9,1 5 2 3 10 90,9 Cacing tambang + 0 0 2 2 18,2 5 3 1 9 81,8 Keterangan: 1. APM : Area penjual makanan 2. TPS 1 : Tempat pembuangan sampah pengambilan hari 1 3. TPS 2 : Tempat pembuangan sampah pengambilan hari 2 4. + : ada parasit 5. - : tidak ada parasit

38 Pada tabel 3.2 menunjukkan hasil positif telur cacing Tenia sp pada sampel lalat yang diperoleh dari TPS pengambilan 1 dengan presentase sebesar 9,1% dan hasil positif pada telur cacing tambang yang diperoleh dari TPS pengambilan 2 dengan presentase 18,2%. Gambar 12. Hasil Pemeriksaan Teluir Taenia sp Perbesaran 40 Pewarnaan Lugol B. Pembahasan 1. Kondisi Lingkungan Pasar Sebagian besar kondisi lingkungan Pasar Mranggen belum memenuhi syarat kesehatan yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 519/MENKES/SK/VI/2008. Diantaranya yaitu lantainya yang tidak terbuat dari bahan yang kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan. Hampir semua lantai dari pasar masih berupa tanah dan terlihat becek apabila memasuki musim hujan. Persediaan air di Pasar Mranggen berasal dari sumur dan cukup terpenuhi namun tidak didukung dengan saluran air yang baik, diantaranya yaitu selokan yang terbuka dan tergenang yang berisi sampah.

39 Toilet di Pasar Mrangen letakknya cukup dekat dengan pasar, dan tidak memiliki jamban berleher angsa serta tempat cuci tangan. Secara kasat mata toilet terlihat kotor, dan untuk bak di kamar mandi hanya tersedia ember dengan gayung. Setiap kios/lorong di Pasar Mranggen tidak memiliki tempat sampah tersendiri sehingga sampah terlihat berceceran di lantai. Untuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Pasar Mranggen terbuat dari tembok, tidak memiliki penutup, dan sampahnya cenderung menuumpuk dan berceceran karena sampah diangkut setiap 2-3 hari sekali. Seharusnya sampah diangkut minimal 1 24 jam (Kemenkes, 2008). Sebagian besar sampah berupa sampah organik membusuk sehingga banyak mengundang kermumunan lalat. TPS belum memenuhi syarat sanitasi yang diantaranya lokasinya tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari bangunan pasar, serta lokasi TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit. Berdasarkan wawancara dengan pedagang, pada sore/malam hari terlihat banyak tikus yang berkeliaran. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.519/MENKES/SK/VI/2008 pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol dan pada makanan los siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan tikus. 2. Keberadaan Parasit Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada 11 sampel lalat di Pasar Mranggen Kabupaten Demak diperoleh hasil positif cacing tambang dari sampel yang berasal dari TPS pengambilan ke 2 dengan presentase 18,2%. Parasit lain

40 yaitu A.lumbricoides, T.trichiura, dan S.stercoralis tidak ditemukan pada sampel lalat. Pada penelitian ini tidak ditemukannya telur cacing A.lumbricoides, T.trichiura, dan S.stercoralis kemungkinan karena pada saat penangkapan, lalat tidak sedang hinggap pada tempat penangkapan atau disebabkan karena tidak adanya kotoran manusia atau hewan yang mengandung parasit A.lumbricoides, T.trichiura, dan S.stercoralis. Sampel lalat dari TPS pada pengambilan ke dua hanya diperoleh cacing tambang sebanyak 18,2%, hal ini karena kondisi tempat pembuangan sampah yang berpasir, tidak seperti area penjual makanan yang lantainya masih dari tanah. Tanah yang gembur (berpasir, humus) merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan cacing tambang (Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI, 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinta (2016) dimana hanya didapatkan telur cacing tambang dikarenakan kondisi tempat pembuangan sampahnya yang sedikit berpasir. Kegiatan pra survei yang dilakukan oleh Didik Sumanto pada sebanyak 59 anak sekolah di Desa Rejosari Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak bulan Juli 2009, diperoleh angka kejadian infeksi cacing tambang sebesar 20,30%. Hal ini dapat mempertinggi kemungkinan terjadinya kontaminasi lalat oleh cacing tambang mengingat terdapat perilaku warga yang buang air besar di kebun dapat mengkontaminasi lalat membawa parasit di tempat tersebut dan berpindah ke tempat lain. Penyebaran cacing tambang terdapat di seluruh daerah khatulistiwa dengan kondisi yang sesuai seperti daerah perkebunan dan pertambangan. Di Indonesia

41 sendiri prevalensinya tinggi, terutama pada daerah pedesaan sekitar 40%. Gejala infeksi cacing tambang tergantung pada spesies, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderitanya. Infeksi cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, namun apabila penyakit semakin berat dapat menyebabkan kadar hemoglobin yang semakin rendah. Suatu kasus di Yogyakarta sejumlah pasien penyakit cacing tambang mempunyai kadar Hb sampai 2,6 g% dengan infeksi penyakitnya yang semakin berat (Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI, 2006). Pada penelitian ini ditemukan pula parasit lain yaitu telur cacing Taenia sp yang didapatkan dari koleksi lalat dari TPS pada pengambilan ke dua, hal ini kemungkinan disebabkan karena terdapat pasar hewan yang letaknya bersebelahan dengan pasar yang menjual bahan pangan. Pasar Hewan Mranggen sendiri letaknya bersebelahan dengan Pasar Mranggen yang menjual bahan pangan dan hampir tidak ada sekat pemisah antara pasar yang menjual bahan pangan dan pasar yang menjual hewan. Pasar Hewan Mranggen akan ramai aktivitasnya hanya pada saat tertentu saja seperti saat Hari Raya Legi/Idul Adha karena di pasar tersebut menjual hewan kurban yang diantaranya kambing dan sapi. Pada penelitian ini ditemukan telur cacing Taenia sp pada sampel yang dikoleksi dari sampah, kemungkinan karena tempat sampah di pasar tersebut terkontaminasi oleh feses dari binatang sapi/kambing yang mengandung parasit Taenia sp. Taenia sp merupakan cacing pita penyebab Taeniasis yang mempunyai hospes perantara sapi/babi (CDC 2013). Hasil positif telur cacing Taenia sp hanya sebesar 12,5%, dikarenakan pada saat penelitian tidak sedang dalam masa Hari

42 Raya Legi jadi pasar tersebut tidak ada akitvitas jual beli hewan, maka dari itu kemungkinan hasil positif Taenia sp akan lebih besar apabila pada penelitian selanjutnya dilakukan pada saat Hari Raya karena terdapat aktifitas penuh jual beli hewan. Infeksi Taenia sp dapat terjadi apabila memakan makanan daging yang mentah atau dimasak setengah matang Taenia sp sering ditemukan pada daerah dengan sanitasi yang buruk dan tingkat kesakitannya tinggi pada wilayah Amerika Latin, Eropa Timur, sub-saharan Afrika, India dan Asia (CDC, 2013). Gejala klinis ringan Taenia saginata yaitu umumnya terjadi problem pencernaan seperti sakit perut, diare, dan kehilangan berat badan (Muslim, 2009).