WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.1 JAN-JUNI 2014 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin


BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak


BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

Transkripsi:

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.1 JAN-JUNI 2014 ISSN : 2089-8592 HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT, LEMAK, DAN SERAT DENGAN KADAR GLUKOSA DAN TRIGLISERIDA DARAH PADA PASIEN DM TIPE II RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Rita Kurniasari Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan ABSTRAK Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh gangguan pada pancreas dimana hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya. Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Kurangnya asupan serat dapat mengakibatkan kelebihan karbohidrat dalam tubuh, yang kemudian akan dirubah menjadi lemak dalam bentuk trigliserida. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan karbohidrat, lemak dan serat dengan kadar glukosa dan Trigliserida darah pada pasien DM tipe II rawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 08 Februari 2014 di Ruang Rawat Inap Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian observasional, desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien rawat inap yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe II yang mengalami peningkatan Trigliserida. Untuk melihat keeratan hubungannya menggunakan Uji Korelasi Spearmen s. Hasil analisis asupan Karbohidrat dengan Kadar Glukosa Darah diperoleh p = 0,091 > alpha. Hasil analisis asupan Lemak dengan Kadar Glukosa Darah diperoleh p = 0,110 > alpha. Hasil analisis asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah diperoleh didapat p = 0,01. Hasil analisis Karbohidrat dengan Trigliserida diperoleh p= 0,490. Hasil analisis asupan Lemak dengan Kadar Trigliserida Darah diperoleh p = 0,470 > alpha. Hasil analis Serat dan Trigliserida diperoleh p = 0,043. Hasil Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan semakin tinggi asupan Karbohidrat dan Lemak semakin tinggi Kadar Glukosa dan Trigliserida Darah. Semakin tinggi asupan serat semakin rendah Kadar Glukosa dan Trigliserida Darah. Kata Kunci : Asupan KH, Lemak, dan Serat, Kadar Glukosa Darah, Trigliserida PENDAHULUAN Penyakit degeneratif telah menambah rumitnya kondisi kesehatan sebagian negara di dunia, yang selama ini dilanda permasalahan banyaknya kasus penyakit menular dan infeksi yang tergolong non degeneratif. Oleh karena itu dibutuhkan langkah konkret untuk menanggulanginya. Penyakit degeneratif menghinggapi semua manusia yang memasuki usia lanjut. Penyakit degeneratif adalah jenis penyakit tidak menular yang diantaranya adalah penyakit jantung, obesitas, penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, serta diabetes mellitus (DM) (Suiraoka, 2012). Prevalensi DM di dunia mengalami peningkatan yang sangat besar. IDF mencatat sekitar 366 juta orang di seluruh dunia, atau 8,3% dari orang dewasa, diperkirakan memiliki DM pada tahun 2011. Jika tren ini berlanjut, pada tahun 2030 diperkirakan dapat mencapai 552 juta orang, atau 1 dari 10 orang dewasa akan terkena DM. Saat ini Indonesia menempati urutan ke-10 jumlah penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah 7,3 juta orang dan jika tren ini berlanjut diperkirakan pada tahun 2030 dapat mencapai 11.8 juta orang (IDF, 2011 dalam Dewi 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM

164 pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Menurut WHO, jumlah penderita DM di Indonesia menduduki rangking 4 setelah India, China dan Amerika Serikat (Fransiska, 2012). Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan serta memperhatikan yang berhubungan dengan penataan 3 J, yaitu : jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan. Tujuan Diet pada Diabetes mellitus adalah mempertahankan kadar glukosa darah dalam keadaan normal. Komposisi makanan yang dianjurkan bagi penderita DM tipe 2 adalah makanan dengan komposisi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat ( 60 70%), Protein (10 15%), lemak (20 25%), garam ( 3000 mg atau 6 7 gr perhari), dan serat (± 25 g/hr) (Hasdianah, 2012). Dari data sementara yang diperoleh dari pegawai rumah sakit, diketahui bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus yang di rawat inap selama satu bulan terakhir adalah 175 kasus. Pemberian menu makanan pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit tersebut adalah sama dengan menu pasien lainnya. Yang membedakan adalah jumlah porsi saat penyajian. Jika diet pasien non diabetes diberikan nasi 100 gram, maka pada pasien diabetes dikurangi setengah yaitu 50 gram, begitu juga untuk porsi lauk hewani, nabati dan sayurnya. Selain itu, kurangnya kesadaran pasien tentang penyakitnya ditandai dengan masih adanya konsumsi makanan dari luar rumah sakit, sehingga masih sulit untuk mengontrol glukosa darah pasien. Pasien masih kurang menyadari bahwa beberapa makanan yang dikonsumsi dari luar makanan rumah sakit mengandung indeks glikemik yang tinggi yang dapat menyebabkan glukosa darah sulit dikontrol. Beberapa contohnya yaitu buah semangka, roti, nasi yang jumlahnya berlebih, makanan dan minuman yang mengandung gula. Akibat keadaankeadaan diatas dapat lebih memperparah penyakit diabetes. Mekanisme serat terhadap penyembuhan diabetes adalah dengan menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat sederhana, dimana serat larut air mengikat kelebihan glukosa, selanjutnya dibuang dengan bantuan serat larut air. Adanya penurunan ini akan menyebabkan turunnya respon insulin, sehingga kerja pankreas semakin ringan, karenanya dapat memperbaiki fungsi pankreas dalam menghasilkan insulin (Astawan, 2009). Kurangnya asupan serat dapat mengakibatkan kelebihan karbohidrat dalam tubuh, yang kemudian akan dirubah menjadi lemak dalam bentuk trigliserida. Pada penderita DM, trigliserida juga berasal dari pemecahan lemak di jaringan adipose akibat glukosa dari karbohidrat tidak dapat memasuki sel sehingga kebutuhan energi diperoleh dari pemecahan lemak tersebut. Selain itu trigliserida juga dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis, kemudian masuk kedalam plasma. Trigliserida merupakan lemak darah yang meningkat ketika mengkonsumsi makanan yang tinggi energi, mengalami peningkatan berat badan dan mengkonsumsi makanan dengan kadar gula darah tinggi. Trigliserida yang meningkat dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Suiraoka, 2012). Peningkatan kadar trigliserida melebihi normal (>150 mg/dl) biasanya disebut dengan hipertrigliserida, akan mempercepat terjadinya komplikasi seperti, penyakit jantung koroner, hipertensi, bahkan dapat mengganggu fungsi dari ginjal. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan asupan KH, L dan Serat dengan Kadar Glukosa Darah dan Trigliserida pada Pasien DM Tipe II Rawat Inap di Rumah Sakit Adam Malik Medan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian observasional, desain penelitian cross sectional dipilih dengan pertimbangan rancangan ini dapat digunakan untuk mengetahui Hubungan variabel yang diteliti yaitu variabel bebas dan variabel terikat pada kurun waktu yang sama. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah : 1. Data Primer a. Asupan KH, Lemak dan Serat makanan luar Rumah Sakit dengan

165 wawancara dan menggunakan metode food recall 24 jam. b. Asupan KH, Lemak dan Serat makanan dari Rumah Sakit dengan metode food weighing dengan cara menimbang makanan sebelum dimakan dan menimbang sisa makanan yang tidak dihabiskan. 2. Data Sekunder a. Data sekunder meliputi nama, umur, jenis kelamin, diperoleh dari buku status atau catatan medis pasien. b. Data Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu dan Trigliserida dari buku catatan medis pasien. PEMBAHASAN Hasil Analisa Hubungan Asupan KH asupan Karbohidrat dengan Kadar Glukosa Darah pada pasien penderita DM Tipe II, maka diperoleh p = 0,091 >alpha (0,05) artinya Ha ditolak. Dalam penelitian ini dinyatakan tidak ada keeratan hubungan antara asupan Karbohidrat dengan Kadar Glukosa Darah, hal ini dapat terjadi karena pasien penderita DM Tipe II yang telah dirawat di Rumah Sakit telah diberikan makanan yang mengandung Karbohidrat yang terbatas sehingga tidak terjadi kelebihan asupan Karbohidrat. Hal ini berbeda dengan penelitian Ruslan, dkk, 2009 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi Karbohidrat dengan Kadar Gula Darah sesaat. Hasil Analisa Hubungan Asupan L asupan Lemak dengan Kadar Glukosa Darah pada pasien penderita DM Tipe II, maka diperoleh p = 0,110 > alpha (0,05) artinya Ha ditolak. Dalam penelitian ini tidak ada keeratan hubungan antara asupan Lemak dengan Kadar Glukosa Darah, hal ini dapat terjadi karena pasien penderita DM Tipe II yang telah dirawat di Rumah Sakit telah diberikan makanan yang mengandung Karbohidrat yang terbatas sehingga tidak terjadi kelebihan asupan Karbohidrat. Hal ini berbeda dengan penelitian Kurniawati, 2011 yang menyatakan bahwa asupan asam lemak tertentu berpengaruh pada metabolisme glukosa yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi membrane fosfolipid dan fungsi reseptor insulin. Hasil Analisa Hubungan Asupan Serat asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah pada pasien penderita DM Tipe II, maka diperoleh p = 0,01 < alpha ( 0,05 ) artinya Ha diterima yaitu semakin tinggi asupan Serat semakin rendah Kadar Glukosa Darah. Hasil uji statistik Korelasi Spearman s r = 0,628 yang menyatakan keeratan hubungan antara asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah adalah kuat. Hal ini sesuai dengan penelitian Bintanah, 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah. Semakin rendah asupan Serat, maka semakin tinggi Kadar Glukosa Darah. Hasil Analisa Hubungan Asupan KH asupan Karbohidrat dengan Kadar Trigliserida Darah pada pasien penderita DM Tipe II, maka diperoleh p = 0,490 > alpha ( 0,05 ) artinya Ha ditolak. Dalam penelitian ini dinyatakan tidak ada keeratan hubungan antara asupan Karbohidrat dengan Kadar Trigliserida Darah, hal ini dapat terjadi karena pasien penderita DM Tipe II yang telah dirawat di Rumah Sakit telah diberikan makanan yang mengandung Karbohidrat yang terbatas sehingga tidak terjadi kelebihan asupan Karbohidrat yang diubah menjadi Lemak dalam bentuk Trigliserida yang akan meningkatkan Kadar Trigliserida Darah. Hal ini sesuai dengan penelitian Soeatmadji, 2007 yang menyatakan Karbohidrat dalam diit berpengaruh terhadap Kadar Glukosa Darah dan tidak berpengaruh terhadap kadar profil lemak darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II. Hasil Analisa Hubungan Asupan Lemak asupan Lemak dengan Kadar Trigliserida Darah pada pasien penderita

166 DM Tipe II, maka diperoleh p = 0,470 > alpha (0,05) artinya Ha ditolak. Dalam penelitian ini tidak ada keeratan hubungan antara asupan Lemak dengan Kadar Trigliserida Darah, hal ini dapat terjadi karena pasien penderita DM Tipe II yang telah dirawat di Rumah Sakit telah diberikan makanan yang mengandung Lemak yang terbatas sehingga tidak terjadi kelebihan asupan Lemak yang dapat meningkatkan Kadar Trigliserida Darah. Hal ini sesuai dengan penelitian Astuti, 2004 yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara asupan lemak total dengan kadar trigliserida dan kolesterol. Hasil Analisa Hubungan Asupan Serat asupan Serat dengan Kadar Trigliserida Darah pada pasien penderita DM Tipe II, maka diperoleh p = 0,043 > alpha ( 0,05 ) artinya Ha diterima yaitu semakin tinggi asupan Serat semakin rendah Kadar Trigliserida Darah. Hasil uji statistik Korelasi Pearson r = 0,367 yang menyatakan keeratan hubungan antara asupan Serat dengan Kadar Trigliserida Darah adalah sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Artanti, 2008 dalam Bintanah, 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan Serat dalam Darah. Semakin rendah asupan Serat, maka semakin tinggi Kadar Kolesterol total. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Rata-rata asupan Karbohidrat sebesar 270,42 gr, asupan Lemak adalah 36,98 gr dan asupan Serat adalah 20,67 gr. 2. Rata-rata Kadar Glukosa Darah pada penderita DM Tipe II sebesar 246,62 mg/dl. 3. Rata-rata Kadar Trigliserida Darah pada penderita DM Tipe II sebesar 151,52 mg/dl. 4. Tidak ada hubungan makin tinggi asupan Karbohidrat dan Lemak, maka makin tinggi Kadar Glukosa dan Kadar Krigliserida Darah. 5. Semakin tinggi asupan Serat semakin rendah Kadar Glukosa dan Trigliserida Darah. B. Saran 1. Pasien penderita DM Tipe II harus memperhatikan asupan Karbohidrat, Lemak, dan lebih meningkatkan asupan Serat. 2. Kepada pihak pengelola Diet dan ahli ruangan diharapkan lebih memperhatikan pasien yang berdiet khususnya pasien DM dan lebih meningkatkan asupan seratnya. 3. Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampel hanya 23 orang, sehingga diharapkan pada peneliti berikutnya melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Almatsier, S. 2008. Penuntun Diet. PT Gramedia. Jakarta Anani, S, dkk. 2012. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP, Semarang. Astawan, M. 2009. Panduan Karbohidrat terlengkap. Dian Rakyat. Astuti, Andrian, Tatik Mulyati. 2004. Hubungan Kadar Gula Darah, Pola Konsumsi Sumber Lemak Dan Serat Dengan Kadar Trigliserida Dan Kadar Kolesterol Pada Pasien Diabetes Melitus. UNDIP.Semarang. Bintanah, dkk. 2012. Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah, Kadar Kolesterol Total dan Status Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Roemeni Semarang. Jurnal Unimus, Semarang. Bustan MN. 1999. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta,

167 Dewi, Rosita Purnama. 2013. Faktor Risiko Perilaku yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP, Semarang. Fransisca, K. 2012. Pankreas Rusak Penybab Diabetes. Cerdas Sehat, Hasdianah, HR. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus. Nuha Medika. Yogyakarta. Irianto, K. 2010. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Yrama Widya. Bandung Kurniawati, D.M. 2011. Perbedaan Perubahan Berat Badan, Aktivitas Fisik, dan Kontrol Glukosa Darah antara Anggota Organisasi Penyandang Diabetes Mellitus dan Non Anggota. Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UNDIP. Semarang. Lanywati, E. 2001. Diabetes Mellitus : Penyakit Kencing Manis. Penerbit kanisius. Yogyakarta Margareth, J. 2006. Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Produk Olahan Goreng Berbahan Dasar Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Nuryati, S., dkk. 2009. Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Diabetes Melitus Pada Wanita Dewasa di DKI Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Rimbawan, A.S. 2004. Indeks Glikemi Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta Sandjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi. Kompas Media Nusantara, Santoso, A. 2012. Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya bagi Kesehatan. Fakultas Pertanian, Klaten. Sediaoetama, A. D. 2008. Ilmu Gizi Jilid I. Dian Rakyat. Soeatmadji, D. W., dkk. 2007. Pengaruh Proporsi 60-70% Karbohidrat Dalam Diit terhadap Kadar Glukosa dan Profil Lemak Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Unit Rawat Jalan Rsud Dr. Saiful Anwar Malang Sumarwati, M., dkk. 2009. Eksplorasi Persepsi Penderita tentang Faktor- Faktor Penyebab dan Dampak Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.3. Sutanto, T. 2013. Diabetes : Deteksi, Penceggahan, Pengobatan. Buku Pintar. Yogyakarta Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Nuha Medika. Yogyakarta Tala. 2009. Manfaat Serat Bagi Kesehatan. Universitas Sumatera Utara, Medan. Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta Wahyani, dkk. 2012. Perbedaan Kadar Trigliserida serum Tikus Srague Dawley pada Pemberian Kopi Robusta Filter dan tanpa Filter. Journal Of Nutrition College UNDIP, Semarang. Ruslan, A., dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah Sesaat pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Gambut Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Tahun 2008. Al Ulum Vol.42 No.4 Jurusan Gizi Poltekkes Banjarmasin.