HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

Eni Yulianingsih F

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

Penyesuaian Diri LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan subjektif merupakan suatu hal yang penting dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040 079 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu fenomena baru pada masyarakat Indonesia sekarang ini adalah banyak kerusuhan, kekacauan, dan bencana alam. Peristiwa yang tentu saja tidak diharapkan untuk terjadi dan menimbulkan korban yang tidak sedikit. Kejadian ini membutuhkan kesiapan dari banyak pihak, tidak hanya masyarakat tetapi juga aparat keamanan khususnya TNI (Tentara Nasional Indonesia). Kerusuhan atau kejadian yang terjadi di berbagai tempat membuat mereka harus selalu bersiaga dan siap untuk dikirim ke berbagai tempat atau daerah dimana mereka dibutuhkan untuk mengatasi keadaan atau mengemban misi tertentu seperti menjaga keamanan dan lain sebagainya. Pengiriman dan penambahan pasukan terus terjadi sejak timbulnya banyak kekacauan beberapa saat lalu seperti pengiriman pasukan ke Ambon, Sambas, Aceh, Timor- Timor, dan pada saat bencana terjadi di Indonesia. Bagaimanapun hal itu menjadi salah satu tugas anggota TNI dimana mereka akan ditempatkan dan kapan mereka menggantikan tugas dari anggota lain yang sudah ditempatkan di daerah lain terlebih dahulu. Hal yang tidak bisa dilupakan adalah keberadaan para istri yang harus selalu siap bila ditinggal suami untuk melaksanakan tugas, dan tentu saja dalam pelaksanaan tugas itu waktunya tidak dapat ditentukan kapan suami mereka akan kembali. Sebagai istri anggota TNI diharapkan dapat merelakan suami mereka pergi untuk urusan 1

2 pekerjaan terlebih karena tugas yang memang harus dijalankan. Para istri anggota TNI tentu saja tidak hanya ditinggalkan satu kali untuk tugas dalam jangka waktu tertentu tetapi bisa berulangkali bahkan hampir sepanjang kehidupan perkawinan mereka. Masalah yang ditimbulkan bisa bermacam-macam dan salah satunya adalah timbulnya rasa kesepian pada para istri anggota TNI (Prihatsanti, 2000). Kesepian dapat timbul karena seseorang membutuhkan orang lain untuk diajak berkomunikasi dan membina suatu hubungan yang khusus dan salah satu bentuknya adalah hubungan dan persahabatan yang akrab sampai kasih sayang dan cinta yang abadi (Lake, 1986). Hubungan dan persahabatan yang akrab bisa ditemukan dalam perkawinan. Komunikasi yang terjadi antara suami dan istri membuat keduanya saling berbagi dalam hal yang rahasia dengan bercerita juga melakukan segala sesuatu secara bersama atau saling mempengaruhi. Seorang istri yang jauh dari suami dapat mengalami kesulitan bila harus mengatasi masalah keluarga sendiri. Ia tetap membutuhkan orang lain untuk membagi semua persoalan penting yang terjadi dalam kehidupannya. Apabila hubungan yang akrab tidak terpenuhi maka manusia cenderung merasa tertekan, merasa ditolak dan terkurung dalam dirinya sendiri. Hubungan antar manusia yang kurang berakar secara mendalam, kurang terbuka, kurang akrab menandakan kesepian (Hulme dalam Hadiwardani, 1999). Manusia merupakan mahkluk sosial sehingga kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Hakikat pergaulan itu ditunjukkan antara lain oleh derajat keintiman, frekuensi pertemuan, jenis relasi, mutu interaksi diantara

3 mereka, terutama faktor sejauh mana keterlibatan dan saling mempengaruhi. Ketidakharmonisan seseorang kadangkala juga disebabkan karena kurangnya intensitas mereka untuk bertatap muka sebagai sarana komunikasi. Selanjutnya dalam kehidupan kita sebagai individu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal semacam itu memerlukan sebuah kemampuan untuk melakukan pendekatan, salah satunya dengan komunikasi (Kurniawan, 2000). Menurut Lake (1986) hubungan yang baik adalah hubungan yang membuat individu dapat berbagi persoalan-persoalan penting yang terjadi dalam kehidupan mereka dengan jalan berkomunikasi secara timbal balik. Dengan komunikasi, seseorang dapat memperoleh informasi seberapa berharganya ia bagi orang lain dan dapat memberi informasi kepada orang lain seberapa berharganya orang lain tersebut bagi diri seseorang. Sears dkk (1988) berpendapat kesepian merupakan kegelisahan subjektif yang dirasakan individu pada saat hubungan sosialnya kehilangan ciri-ciri pentingnya, hilangnya ciri-ciri tersebut dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Hilangnya ciri-ciri yang bersifat kuantitatif misalnya bila individu tidak mempunyai teman atau jumlah teman yang dimiliki tidak sesuai dengan harapan. Hilangnya ciri-ciri yang bersifat kualitatif misalnya bila individu merasa hubungan yang dijalin dengan temannya kurang mendalam, kurang memuaskan, dan tidak sesuai dengan harapan. Peplau dan Perlman (Hadiwardani, 1999) berpendapat bahwa kesepian adalah pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi ketika hubungan sosial seseorang mengalami kekurangan dalam beberapa hal penting baik kuantitatif maupun

4 kualitatif. Menurut Sermat (Lake, 1986) kesepian sebagai suatu pengalaman yang di dalamnya terdapat kesenjangan antara jenis hubungan interpersonal yang dirasakan seseorang pada saat ini dengan jenis hubungan yang sebenarnya ia harapkan dan juga kondisi ideal yang didambakan seseorang pada masa lalu, tetapi tidak pernah dirasakannya pada masa kini. Menurut Lake (1986) orang yang kesepian adalah orang yang membutuhkan orang lain untuk diajak berkomunikasi dan membina hubungan khusus dalam salah satu bentuk, misalnya hubungan dan persahabatan yang akrab sampai kasih sayang yang dalam dan cinta yang abadi. Apabila hubungan istimewa semacam itu telah terbentuk, maka perlu untuk memeliharanya sehingga orang-orang yang terlibat tidak menderita kesepian. Kesepian juga merupakan penyakit perilaku. Ini terutama disebabkan ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang lain. Suatu studi yang dilakukan oleh Ken Korkow di Omaha, Nebraska, A.S., melaporkan bahwa 15% dari responden yang diwawancarai merasa kesepian dalam sebagian besar waktu mereka, 78% merasa kesepian dalam sebagian kecil waktu mereka, dan hanya 6% menyatakan tidak pernah merasa kesepian. Ada yang merasa kesepian selama mereka bisa mengingatnya dan menduga bahwa mereka akan terus menjalaninya sepanjang hidup mereka. Ada juga yang tidak tahu kapan kesepian itu akan berakhir dalam hitungan bulan atau minggu saja. Kadang kesepian itu ditimbulkan oleh perubahan hidup yang menyebabkan seseorang jauh dari teman atau hubungan akrab sehingga kesepian yang timbul dapat menyebabkan berbagai akibat

5 yang tidak menyenangkan bahkan merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain (nbrownell@cbncint.org). Pada istri anggota TNI saat suami mereka pergi akan memiliki hambatan untuk mengadakan komunikasi, mungkin ada batasan jarak, sarana dan waktu yang tidak akan mudah disediakan oleh suami mereka. Berbeda halnya dengan saat suami mereka masih ada di tempat atau di sisi mereka, sewaktu-waktu ketika mereka membutuhkan suami untuk diminta mengemukakan pendapat, suami mereka akan siap di sisi mereka bersama-sama menghadapi masalah yang ada. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Prihatsanti (2000), terhadap istri anggota TNI di Mojolaban, Sukoharjo, berkaitan dengan sumbangan efektif yang diberikan variabel intensitas komunikasi terhadap variabel kesepian para istri anggota TNI sebesar 42,959%, yang menunjukkan bahwa komunikasi adalah hal penting yang dibutuhkan oleh seseorang terutama untuk dapat membagi persoalan atau hal penting yang terjadi dalam kehidupannya. Selain itu komunikasi tetap diperlukan meskipun ada batasan jarak, sarana, maupun waktu seperti para istri anggota TNI bila berpisah dengan suami sehingga mereka tidak merasa sendiri khususnya dalam mengatasi masalah keluarga dan akhirnya mengalami kesepian. Hilangnya komunikasi suami istri dapat menimbulkan perasaan terasing. Perasaan terasing atau sendirian mengakibatkan seseorang memberikan penilaian yang negatif terhadap dirinya sendiri. Orang atau istri memandang dirinya sebagai orang yang tidak menarik, tidak memiliki sesuatu yang dibanggakan dan mengarah pada keyakinan bahwa dirinya memang tidak layak untuk dicintai atau diperhatikan

6 oleh orang lain sehingga orang tersebut memiliki citra diri yang negatif karena pandangan terhadap dirinya sendiri yang buruk. Hal ini dapat pula menimbulkan kesepian (Prihatsanti, 2000). Lake (1986) menambahkan bahwa orang dengan citra diri negatif akan merasa tidak berharga, tidak menarik, lebih mudah depresi, takut membuka diri, dan menjadi terasing. Kesedihan tersebut akan merubah perasaan terhadap dirinya sendiri menjadi lebih buruk atau lebih baik. Apabila seseorang menilai dirinya secara positif maka ia akan membawa dalam kehidupannya bahwa ia adalah orang yang menarik dan memiliki kelebihan, namun sebaliknya bila kegagalan terpikir dalam benak seseorang dan menganggap dirinya buruk maka dalam kehidupan sehari-hari, hal itulah yang akan dia jalani. Maka citra diri menjadi sangat penting bagi seseorang. Orang juga dapat menentukan masa depannya baik atau buruk sesuai dengan citra diri yang ia bawa (Maltz, 1996). Hurlock (1990) mengemukakan, citra diri merupakan seluruh ide dan perasaan seseorang baik yang berupa ingatan maupun karakteristik personal yang berupa kepercayaan, nilai, dan keyakinan. Diri yang merupakan aku seseorang yang meliputi dua aspek yaitu actual self dan ideal self, yang keduanya tercermin dalam perilakunya, sehingga melalui perilakunya itu citra diri atau gambaran diri orang tersebut akan nampak. Pada dasarnya perkembangan dari diri akan menyebabkan seseorang memiliki pandangan terhadap keadaan orang lain dengan keadaan dengan dirinya sendiri sebagai bahan perbandingan. Bertitik tolak dari sinilah konsep citra diri seseorang itu

7 terbentuk. Menurut Nimpoeno (Alfajar, 2003), manusia menyatakan dirinya dalam bertingkah laku, dan berbeda dengan hewan yang tingkah lakunya berdasarkan instink atau naluri. Manusia dapat bertingkah laku secara sengaja ataupun tidak sengaja dan dalam bahasa psikologi kadang-kadang disebut sebagai tingkah laku yang sadar ataupun tidak sadar. Apa yang dinyatakan manusia melalui tingkah lakunya adalah aku seseorang atau the self. Tingkah laku merupakan suatu self expression, dan melalui tingkah laku yang ditampilkan seseorang tercermin citra diri tentang diri orang tersebut. Setiap istri anggota TNI memiliki gambaran tentang dirinya sendiri baik positif maupun negatif tentang peran yang dipegangnya yang akan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Pada dasarnya setiap orang ingin agar dirinya dapat diterima, diakui dan dicintai oleh orang lain. Rasa takutlah yang menahan seseorang untuk melangkah dalam pergaulan. Rasa takut ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti ketika mereka menganggap diri mereka tidak cocok dengan orang lain, orang tidak mau menerima mereka, tidak suka dan menolak mereka. Mereka menilai dirinya adalah orang yang tidak pantas dan tidak layak untuk dicintai. Perasaan bahwa tidak ada seseorang yang mencintai atau memperhatikan mereka mengakibatkan tumbuhnya rasa rendah diri, pemalu, tidak menarik, terasing dan tidak diinginkan (Burn, 1988). Citra diri yang negatif mengakibatkan seseorang tidak dapat secara maksimal untuk berhubungan dengan orang lain. Hulme (1993) menyatakan bahwa citra diri yang rendah (low self image) membuat orang sulit untuk menerima diri dan membuat

8 seseorang terasing dan jauh dari sesama manusia. Akibatnya mereka akan mengalami kesepian, tertekan, tidak bahagia dan cemas berkepanjangan. Kesepian yang dialami ini dapat menjadi kesepian sosial saat seseorang terintegrasi atau terpisah dari lingkungan sosial. Orang menjadi terasing dan menarik diri dari kehidupan sosial. Dari berbagai hal yang telah disampaikan, peneliti mengajukan permasalahan yaitu apakah apakah terdapat hubungan antara intensitas komunikasi dan citra diri dengan kesepian para istri anggota TNI?. Dari rumusan masalah tersebut, peneliti mengambil judul penelitian Hubungan antara Intensitas Komunikasi dan Citra Diri dengan Kesepian Para Istri Anggota TNI. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas komunikasi, citra diri dengan kesepian para istri anggota TNI bila berpisah dengan suami. 2. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas komunikasi dengan kesepian para istri anggota TNI bila berpisah dengan suami. 3. Untuk mengetahui hubungan antar citra diri dengan kesepian para istri anggota TNI bila berpisah dengan suami. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

9 1. Memberi kontribusi ilmiah bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi sosial dan menjadi bahan perbandingan bagi penelitian yang serupa berikutnya. 2. Menjadi bahan acuan atau pengetahuan bagi para istri mengenai kesepian bila berpisah dengan suami sehingga dapat menghadapi situasi tersebut dengan meningkatkan komunikasi dengan suami dan membe ntuk citra diri yang baek. 3. Bagi pembaca secara umum dapat menjadi wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya menjalin komunikasi yang seimbang dan membentuk citra diri yang baik dalam kehidupan sehari-hari.