PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 16 MEDAN

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

Fatima Hannum dan Nurdin Bukit Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN PENGUKURAN KELAS VII SEMESTER I

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ajeng Utrifani dan Betty M. Turnip Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Icha Novika Sari dan Ratelit Tarigan Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MEDAN T.P 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN SEBAGAI UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN MODEL KONVENSIONAL PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

PENGARUH KONSEP ACCELERATED TEACHING MODEL MASTER TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI MAN 2 MODEL MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Irdes Hidayana Siregar dan Rita Juliani Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

Karya Sinulingga dan Denny Munte Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan. = 4,479 dan t tabel.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTU MEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

Nova Rina Setia Sari Sinaga dan Sehat Simatupang Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTU MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

APPLICATION OF INQUIRY TRAINING MODEL TO IMPROVE PHYSICS STUDENTS OUTCOMES AT CLASS X SMA N 4 PEKANBARU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SMA MULIA MEDAN TP.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 BINJAI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI I PERCUT SEI TUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GAYA DAN HUKUM NEWTON T.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

Ridwan Abdullah Sani dan Maryono Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan ABSTRAK

Ida Wahyuni dan Khairil Irfan Lubis Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Rita Juliani dan Saima Putrini R. Harahap Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DAN DISCOVERY KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 4 BINJAI T.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Desi Kristin Lumban Gaol dan Makmur Sirait Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan desikristinl.gaol@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penerapan model menggunakan powerpoint dan untuk mengetahui adakah pengaruh hasil belajar siswa dalam penerapan model menggunakan powerpoint serta untuk mengetahui aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan powerpoint pada materi pokok listrik dinamis di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa kelas X semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Morawa yang terdiri dari 6 kelas. Sampel penelitian ini ada 2 kelas yaitu kelas X 2 sebagai kelas eksperimen dan X 3 sebagai kelas kontrol yang masing-masing terdiri dari 40 orang siswa. Teknik pengambilan sampel digunakan secara cluster random sampling. Hasil penelitian diperoleh aktivitas siswa pada kelas eksperimen tergolong pada kategori aktif (75,31%). Setelah pembelajaran selesai di berikan, diperoleh rata-rata nilai postes kelas eksperimen 71,50 dan kelas kontrol 61,75. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model menggunakan powerpoint terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok listrik dinamis di SMA kelas X semester II SMA Negeri 1 Tanjung Morawa T.P 2012/2013. Kata Kunci: inquiry training, media powerpoint, hasil belajar, aktivitas. PENDAHULUAN Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Mudyaharjo, 2009). Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam 30

(IPA), mempelajari gejala-gejala dan fenomena-fenomena alam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Fisika berusaha mengungkapkan konsep yang sederhana mengenai gejala dan fenomena tersebut. Fisika dianggap penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri karena selain memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada peserta didik, mata pelajaran fisika juga dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru fisika yang mengajar di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa, guru tersebut mengatakan bahwa hasil belajar fisika siswa di sekolah tersebut masih rendah yaitu rata-rata 60. Hal ini didukung dari hasil ujian semester I tahun ajaran 2012/2013, hanya 35 % siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dimana KKM di sekolah tersebut 60, sehingga untuk memperoleh ketuntasan dalam belajar guru harus melakukan kegiatan remedial. Rendahnya nilai rata-rata hasil belajar siswa disebabkan oleh rendahnya minat belajar fisika siswa. Hal ini dapat dilihat dari observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa dengan menyebarkan angket kepada 30 siswa kelas X diperoleh data bahwa 20 orang mengatakan fisika itu sulit dan kurang menarik, 7 orang mengatakan bahwa pelajaran fisika itu biasa saja, sedangkan 3 orang mengatakan fisika itu mudah dan menyenangkan. Alasan siswa mengatakan bahwa fisika itu sulit dan kurang menarik karena menurut siswa fisika itu tidak terlepas dari rumus-rumus yang harus dihafal. Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa, peneliti juga memproleh informasi bahwa guru kurang memvariasikan model-model pembelajaran yang sesuai dalam proses belajar siswa, model pembelajaran yang sering di gunakan guru adalah model pembelajaran langsung yang bersifat teacher centered atau berpusat pada guru bukan (student centered) berpusat pada siswa, selain itu guru masih kurang optimal dalam menggunakan media pembelajaran yang efektif dalam proses penyampaian materi kepada siswa, hal ini menyebabkan penyampaian materi terkesan monoton. Akibatnya, minat belajar fisika siswa rendah, sehingga hasil belajar siswa rendah. Berdasarkan pemaparan masalah di atas, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran media powerpoint. Alasan ini didasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu proses pembelajaran yang memfokuskan pada rumus-rumus dan penyampain materi terkesan monoton, sehingga kegiatan berfikir siswa tidak dioptimalkan. Akibatnya, hasil belajar fisika siswa rendah. Penerapan model menggunakan media powerpoint, diharapkan dapat mengatasi permasalahan di atas. Hal ini didasarkan karena model ini membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan 31

jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu siswa. Media powerpoint digunakan sebagai perantara penyampaian materi, dengan menggunakan media powerpoint diharapkan pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian, motivasi serta hasil belajar siswa. Seperti yang diungkapkkan oleh Ahmadi (2010) yang mengatakan bahwa teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun, jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan tidak membosankan. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran media powerpoint, minat belajar fisika siswa akan meningkat sehingga hasil belajar fisika siswa akan meningkat, melalui model pembelajaran ini, diharapkan siswa aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Peneliti sebelumnya Metalia (2011), diperoleh nilai rata-rata pretes 49,33 dan setelah diberi perlakuan yaitu model pembelajaran inquiry training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 73,14. Beradasrkan hasil penelitian tersebut terdapat peningkatan hasil belajar dengan penerapan model inquiry training. Berdasarkan saran yang terdapat pada skripsi Metalia (2011), peneliti menemukan kelemahan dalam penelitian ini adalah waktu yang diberikan pada siswa untuk memecahkan masalah kadang kadang melebihi batas waktu yang telah ditentukan, sehingga waktu untuk melakukan kegiatan berikutnya kurang maksimal. Maka untuk mengatasi kendala tersebut pada penelitian ini diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa batas waktu untuk melakukan suatu kegiatan dan menginformasikan kepada siswa langkah langkah diskusi yang akan dikerjakan, kemudian peneliti juga terlebih dahulu memberikan cara pemecahan masalah. Hasil penelitian Sirait (2010) diperoleh nilai rata-rata pretes 4,29 setelah diberi perlakuan yaitu dengan model maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 6,29. Berdasarkan saran yang terdapat pada penelitian Sirait (2010), peneliti menemukan kelemahan dalam penelitian ini adalah kurang mampu mengelola kelas saat melaksanakan diskusi kelompok sehingga ada siswa yang tidak serius mengikuti diskusi dalam kelompok. Peneliti juga mengalami kesulitan ketika membimbing siswa untuk melakukan percobaan sendiri dan mencari fakta yang relevan karena siswa kurang terbiasa melakukan percobaan secara mandiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran powerpoint dan untuk mengetahui adakah pengaruh hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran powerpoint serta untuk mengetahui aktivitas siswa dalam penerapan model menggunakan powerpoint pada materi 32

pokok Listrik Dinamis di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa kelas X semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Model Pembelajaran Inquiry Training Gulo (2010) mengatakan bahwa inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiry adalah a) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar b) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran c) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry. Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa adalah: a) aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi, b) inquiry berfokus pada hipotesis, c) penggunaan fakta sebagai informasi dan fakta. Gulo juga menyatakan bahwa inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan. Model latihan penelitian berawal dari sebuah kepercayaan dalam upaya pengembangan para pembelajar yang mandiri: metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah. Siswa sebenarnya memiliki rasa ingin tahu dan hasrat yang besar untuk tumbuh berkembang, dan latihan penelitian memanfaatkan eksplorasi kegairahan alami mereka, memberikan mereka arahan-arahan khusus sehingga mereka dapat mengeksplorasi bidangbidang baru secara efektif. Tujuan umum latihan penelitian adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang mampu untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasam keingintahuan mereka. Suchman tertarik untuk membantu siswa meneliti secara mandiri, tetapi dengan cara yang disiplin. Dia ingin siswa-siswa bertanya mengapa suatu peristiwa tertentu harus terjadi seperti itu, ada apa sebenarnya, bagaimana saya bisa menyelidikinya. Dia juga ingin siswasiswanya memperoleh dan memproses data secara logis. Dia ingin mereka mengembangkan strategi-strategi intelektual umum yang dapat mereka gunakan untuk mencari tau terjadinya fenomena atau peristiwa tertentu. Pelatihan inquiry training dimulai dengan menyajikan kegiatan yang membuat siswa penasaran (puzzling event). Suchman percaya bahwa para individu yang dihadapkan pada situasi semacam ini secara alamiah akan termotivasi untuk menyelesaikannya. Kita dapat menggunakan kesempatan yang disediakan oleh penelitian alamiah untuk mengajari prosedur-prosedur penelitian yang terstruktur. Suchman juga percaya, model ini penting untuk membawa siswa pada sikap dan prinsip bahwa semua pengetahuan bersifat tentative (tidak pasti), teori Sachman adalah: a) siswa meneliti secara alamiah ketika mereka sedang menghadapi persoalan (penasaran), b) 33

mereka dapat sadar dan belajar menganalisis strategi-strategi berpikirnya, c) strategi-strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan dapat ditambahkan pada strategi yang telah dimiliki siswa sebelumnya, d) inquiry training dapat memperkaya pemikiran dan membantu siswa belajar tentang ketidakmestian, sifat pengetahuan yang selalu berkembang, dan menghargai penjelasan alternatif. Langkah-langkah model dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 2.2 Tahap-tahap Model Pembelajaran Inquiry Training Joyce et al., (2009) Tahap Inquiry Perilaku Training Tahap 1. Menghadapkan pada masalah Tahap 2. Mengumpulkan data verifikasi Tahap 3. Mengumpulkan data eksperimentasi Tahap 4. Mengorganisasik an, memformulasikan suatu penjelasan. Tahap 5. Analisis proses inquiry Menjelaskan prosedur penelitian, menjelaskan perbedaanperbedaan Memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi, memverifikasi peristiwa dari keadaan permasalahan. Memisahkan variabel yang relevan, menghipotesiskan (serta menguji) hubungan kausal. Memformulasikan aturan dan penjelasan Menganalisis proses inquiry dan mengembangkan prosedur yang lebih efektif. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2009). Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor dari luar individu yang mempengaruhi hasil belajar adalah tersedianya media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajari materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Djamarah (2010) mengatakan media adalah segala bentuk serta saluran untuk menyampaikan pesan maupun informasi. Selain pendapat tersebut, Sumiati (2008) mengatakan pengertian media mengandung pengertian medium atau mediator, yaitu mengatur hubungan efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, siswa serta isi pelajaran. Peranan media dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: a) media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, b) media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, c) media mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna. Selain pendapat tersebut, Ibrahim (2008) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain yaitu: a) dapat menghindari terjadinya verbalisme, b) membangkitkan minat atau motivasi., c) menarik perhatian, 34

d) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, e) mengaktifkan siswa dalam belajar, f) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar. Upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan. Penerapan model menggunakan media powerpoint, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didasarkan karena model pembelajaran inquiry training ini membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa di kelas X Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 yang beralamat di Jl. Batang Kuis, Kec. Tanjung Morawa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Morawa T.A. 2012/2013 yang terdiri dari 6 kelas yang berjumlah 237 orang. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling yaitu kelas X 2 sebagai kelas eksperimen (kelas yang menerapkan inquiry training mengunakan media powerpoint), dimana jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah 40 siswa dan kelas X 3 sebagai kelas kontrol (kelas yang menerapkan model pembelajaran langsung) dimana jumlah siswa pada kelas kontrol adalah 40 siswa. Desain penelitian yang dipergunakan adalah two group pretest-posttest desaign. Desain penelitian dapat lebih jelas dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Two group pretestposttest desaign Sampel Pretes Perlakuan Postes K.Eksperimen T 1 X T 2 K. Kontrol T 1 Y T 2 Keterangan: T 1 = Pemberian tes awal (pretes) T 2 = Pemberian tes akhir (postes) X = Perlakuan dengan model mengunakan media powerpoint. Y = Perlakuan dengan model pembelajaran langsung. Data yang diperoleh diuji normalitasnya untuk mengetahui data kedua sampel berdistribusi normal digunakan uji Lilliefors. Kemudian dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. Pengujian hipotesis digunakan uji t dengan rumus: x1 x2 t 1 1 S n n 1 2 Dimana: t = distribusi t x 1 = Nilai rata-rata kelompok eksperimen x 2 = Nilai rata-rata kelompok kontrol n 1 = Ukuran kelompok eksperimen n 2 = Ukuran kelompok kontrol S 2 1 = Varians kelompok eksperimen S 2 2 = Varian kelompok kontrol 35

Kriteria pengujian adalah: terima H o jika t t 1-α dimana t 1-α didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1 -α) dan dk = n 1 + n 2 2 dan α = 0,05. Untuk harga t lainnya H o ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penerapan model didasarkan atas kelebihannya yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif dan aspek psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran menggunakan model inquiry training lebih bermakna. Proses pembelajaran menggunakan model inquiry training, melibatkan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan listrik dinamis. Penelitian menerapkan fasefase dalam model inquiry training yang meliputi : menghadapkan siswa pada masalah, mengumpulkan data verifikasi, mengumpulkan data eksperimentasi, mengorganisasikan, memformulasikan suatu penjelasan, dan analisis proses inquiry. Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa kelas eksperimen, terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dari pertemuan pertama sampai ketiga. pertemuan I, II dan III secara berturut masing-masing persentasenya adalah 58,06% (kurang aktif), 68,75% (cukup aktif) dan 75,14% (aktif). Hal ini menunjukkan bahwa model meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hasil aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Persentase Aktivitas (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 58,06 68,75 75,14 I II III Pertemuan Gambar 1. Aktivitas Siswa tiap Pertemuan untuk Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil penelitian untuk nilai rata-rata pretes kelas eksperimen sebesar 30,88 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol sebesar 29,25. Berdasarkan hasil pretes yang diperoleh, selanjutnya diberikan perlakuan yang berbeda dimana pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan model dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran langsung. Rata-rata postes untuk tiap kelas setelah diberi perlakuan yaitu untuk kelas eksperimen sebesar 71,50 dan ratarata postes kelas kontrol sebesar 61,75. Hasil pretes dan postes untuk kedua kelas ditunjukkan pada Gambar 2. Rata-rata Nilai 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Eksperimen Kontrol 30,929,3 Pretes 71,5 61,8 Postes Gambar 2. Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 36

Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar dimana nilai postes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji coba normalitas dengan uji Lilliefors data pretes menunjukkan bahwa L hitung < L tabel dengan α = 0,05 dapat diartikan data berdistribusi normal. Kelas eksperimen memiliki L hitung = 0,1290 < L tabel = 0,1401. Kelas kontrol memiliki L hitung = 0,1352< L tabel = 0,1401 sehingga dapat diartikan bahwa data hasil pretes berdistribusi normal. Uji Lilliefors data postes menunjukkan bahwa L hitung = 0,1270 < L tabel = 0,1401 untuk kelas eksperimen dan L hitung = 0,1207 < L tabel = 0,1401 untuk kelas kontrol dengan α = 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa data hasil pretes berdistribusi normal. Uji homogenitas menggunakan uji F untuk data pretes menunjukkan bahwa Fhit Ftab = (1,55 < 1,75) dengan α = 0,05, maka diartikan bahwa data pretes homogen. Uji F untuk data postes menunjukkan bahwa Fhit Ftab = (1, 01 < 1,75) dengan α = 0,05, maka diartikan bahwa data pretes homogen. Uji hipotesis menggunakan uji t, dimaksudkan untuk melihat perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol akibat adanya pengaruh penerapan model. Syarat dilakukannya uji t adalah data harus berdistribusi normal dan harus berasal dari populasi yang homogen. Melihat kedua syarat telah dipenuhi, berikut penyajian pengujian hipotesis dengan uji t (satu pihak) dengan α = 0,05 dari data postes. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung > t tabel (4,41 > 1,666), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran powerpoint pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMAN 1 Percut Sei Tuan. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model powerpoint terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok listrik dinamis. Setelah dilakukan perlakuan yang berbeda pada kedua sampel, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen (diajar dengan model powerpoint) adalah 71,50 sedangkan kelas kontrol (model langsung) adalah 61,75. Penggunaan model membuat siswa lebih tertarik dan lebih mudah memahami konsep materi yang di pelajari, siswa di beri kesempatan menggungkapkan pengalaman yang di milikinya melalui pertanyaan-pertanyaan dan rangsangan-rangsangan yang di berikan peneliti mengenai materi yang diajarkan, selain itu model menggunakan powerpoint membantu siswa dalam kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Langkahlangkah pembelajaran pada model powerpoint mendorong siswa untuk lebih aktif di dalam kelas. Misalnya pada saat tanya jawab yang di lakukan pada awal pembelajaran, 37

masing-masing siswa berperan aktif memberikan pendapat/tanggapanya mengenai hal yang di tanya oleh peneliti, dan pada saat mengerjakan LKS, siswa dibagi ke dalam kelompok yang hanya beranggotakan 5 orang siswa, mengerjakan LKS selama 35 menit, kemudian mempresentasikan hasil diskusi kepada teman-teman yang lain, hal ini mendorong siswa untuk lebih berpartisivasi dalam kerja kelompoknya. Berbeda halnya dengan model pembelajaran langsung, dimana peneliti yang cenderung aktif, sementara siswa hanya sebagai penerima informasi dari peneliti, peneliti lebih banyak memberikan penjelasan, sehingga siswa cenderung pasif. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dapat di lihat bahwa dengan menerapkan model dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan lebih baik di bandingkan hasil belajar siswa yang di ajarkan dengan model pembelajaran langsung. Sehingga dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh model paembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Morawa T.P 2012/2013. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analis data pengujian hipotesis penelitian, penulis mengemukakan kesimpulan sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil uji hipotesii dengan menggunakan uji-t diperoleh bahwa adanya perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran powerpoint terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas X Semester II SMA Negeri 1 Tanjung Morawa T.A. 2012/2013. (2) Tingkat aktivitas belajar siswa dalam penerapan model menggunakan media powerpoint pada materi listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Tanjung Morawa yaitu pertemuan pertama tergolong pada kategori kurang aktif (58,33%), pertemuan kedua tergolong pada kategori cukup aktif (68,64%) dan pertemuan ketiga tergolong pada kategori aktif (75,31%). Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut: Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memberikan perhatian dan bimbingan yang lebih kepada sebagian siswa yang kurang aktif dengan menuntun cara berfikirnya ke arah penyelesaian permasalahan yang diberikan.. DAFTAR PUSTAKA Djamarah., (2010), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta. Gulo, W., (2002), Strategi Belajar Mengajar, PT Grasindo, Jakarta. Ibrahim., (200 9), Fungsi Dan Peranan Media dalam Proses Belajar Mengajar, http://ikanurjanahikanurjanah.blogspot.com/201 2/03/hubungan-penggunaanmedia-power point.html (diakses, 22/04/2013). 38

Joyce,W.,Weil, M., dan Calhoun, E., (2009), Models Of Teaching; Model-Model Pengajaran Edisi Kedelapan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Metalia., (2011), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inquiry) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII Semester I SMP Swasta HKBP Sidorame Tahun Ajaran 2010/2011, Skripsi FMIPA UNIMED, Medan. Mudyahardjo, R., (2009), Pengantar Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta. Sadiman., (2008), Peranan Media dalam Proses Belajar, http://ikanurjanahikanurjanah.blogspot.com/2012/ 03/hubungan-penggunaanmedia-power point.html (diakses, 22/04/2013). Sirait, R., (2010), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry training terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII Semester I MTS N 3 Medan Tahun Ajaran 2010/2011, Skripsi FMIPA UNIMED, Medan. 39