BAB I PENDAHULUAN. Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Zainy Chalish Hamdy dkk, Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, IAIN Press, Medan, 2005, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Diva Press, Jogjakarta, 2011, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu memberi kondisi mendidik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ali Muhdi Amnur (ed.), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 14 2

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2014, Cet Pertama, hlm Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan (Asas & Filsafat Pendidikan), Arruz Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. rangka membangun masa depan. Karena itu, pendidikan berperan. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal.

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan dapat menentukan tingkat kemajuan suatu negara. Terlebih

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA SMK PN 2 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu yang harus dipelajari disetiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Press,Yogayakarta, 2003, hlm. 9. Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.8-9.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006, hlm Lia Vendiagrys, dkk, Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Soal

BAB I PENDAHULUAN. oleh layanan manajemen/pengelolaan yang teratur dan memadai. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm Ibid, hlm. 16

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG ARTIKEL ILMIAH.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, TERAS, Yogyakarta, 2007, hlm

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengembangan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah berupaya

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 84.

BAB I PENDAHULUAN. Hamzah B Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 138.

Desain Penelitian Kelas Pretest Perlakuan Posttest A O 1 X O 2 B O 1 X O 2

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. lembaga formal inilah yang dikenal luas oleh masyarakat sebagai sekolah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri individu.1 Pada intinya pendidikan diselenggarakan dimana saja, dalam hal ini yang dimaksud adalah pendidikan dalam arti luas, yakni pendidikan wajib bagi siapa saja yang mempunyai potensi yang perlu dikembangkan, dan dilakukan kapan saja serta dimana saja. Karena menjadi lebih dewasa, cerdas potensinya dan matang kepribadianya adalah hak asasi bagi semua manusia pada umumnya. Pendidikan diselenggarakan dimana saja artinya adalah dilakukan tidak hanya dilingkungan keluarga dan masyarakat, akan tetapi ada pendidikan yang lebih kompleks dalam bentuk lembaga yang dinamakan lembaga sekolah. Dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan, kegiatan belajar seperti itu dilaksanakan di dalam lembaga Pendidikan Sekolah.2 Lembaga pendidikan sekolah merupakan lembaga khusus yang di dalamnya terdapat beberapa komponen-komponen yang saling berhubungan dan sebagian saling berinteraksi untuk mewujudkan suatu tujuan dari pendidikan. Pada intinya lembaga pendidikan sekolah merupakan masyarakat kecil yang mempunyai satu tujuan untuk mengembangkan masing-masing potensi yang dimilikinya. 1 2 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84 1

2 Dalam proses pendidikan di dalam lembaga sekolah terdapat istilah belajar dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses mentransfer pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik dengan diikuti adanya umpan balik oleh keduanya. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan peserta didik, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, peserta didik sebagai komunikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan.3 Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.4 Di dalam lembaga sekolah proses pembelajaran tidak sembarangan berproses di alam bebas, akan tetapi ada tempat atau ruangan khusus yang dijadikan area untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang dinamakan kelas. Dalam pengertian umum mengenai kelas adalah sekelompok siswa, yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.5 Pola interaksi antara guru dan peserta didik pada hakikatnya adalah hubungan antara dua pihak yang setara, yaitu interaksi antara dua manusia yang tengah mendewasakan diri, meskipun yang satu telah ada pada tahap yang seharusnya lebih maju, baik aspek akal, moral, maupun emosional. Dengan kata lain guru maupun peserta didik merupakan subyek, masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan secara aktif. Dengan menyadari pola interaksi tersebut akan memungkinkan keterlibatan mental peserta didik secara optimal daalam merelisasikan pengalaman belajar.6 3 R. Poppy Yaniawati, E-Learning: Alternatif Pembelajaran Kontemporer, CV ARFINO RAYA, Bandung, 2010, hlm. 18 4 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 7 5 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan kelas dan siswa (Sebuah Pendekatan Evaluatif), PT Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 17 6 R. Poppy Yaniawati, Op Cit, hlm. 18

3 Setiap guru dituntut untuk mampu mengolah kelas dengan baik karena melihat kondisi masing-masing kelas yang berbeda. Kadang ditemui kelas yang kondusif, terkadang juga ditemui banyak kelas yang belum dan bahkan tidak kondusif sama sekali, dan disinilah juga termasuk tugas guru sebenarnya, yaitu mejadikan suasana kelas sekondusif mungkin, artinya menjadikan kelas yang terkontrol. Membentuk kelas yang baik dan nyaman tidak mudah. Untuk menjadikan kelas yang harmonis perlu desain khusus, artinya kelas perlu dibenahi yaitu dikelola dengan baik oleh guru yang profesional. Desain ruang kelas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena akan mempengaruhi suasana pembelajaran di dalam kelas.7 Tidak semua guru dapat mendesain ruang kelas pada saat pembelajaranya dengan baik. Ketika didapati sebagian guru itu mampu untuk mendesain kelas akan tetapi tidak mau melakukanya karena tidak ada kemauan. Maka mendesain kelas juga harus didasari dengan rasa kemauan dan tanggung jawab yang tinggi. Pada zaman yang semakin maju tentunya proses pembelajaran di dalam kelas sudah dibantu dengan teknologi-tekologi yang sudah berkembang di era global sekarang ini. Di bidang pendidikan, peran guru untuk mendidik peserta didik menjadi manusia yang slalu mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan akar budaya sangat penting dalam menentukan perjalanan generasi bangsa indonesia. Guru dituntut menjadi pendidik yang bisa menjembatani kepentingan-kepentingan itu. Tentu saja melalui usaha-usaha nyata yang bisa diterapkan dalam mendidik peserta didiknya. 8 Seorang guru harus mampu memanfaatkan teknologi-teknologi yang sudah disediakan oleh lembaga sekolah dalam rangka menunjang pembelajaran. Karena adanya teknologi yakni dalam hal ini adalah media ada karena untuk membantu guru dalam proses pembelajaran dengan pemanfaatan media yang telah ada. Mengingat pada saat ini guru banyak yang mengeluh mengenai kondisi kelas yang tidak terkontrol karena tidak adanya kenyamanan di dalam kelas. 7 8 8 Sholeh Hamid, Metode Edutainment, DIVA Pres, Yogyakarta, 2013, hlm. 117 Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm.

4 Dan jelas sekali hal tersebut akan mempengaruhi suasana pembelajaran yang juga akan berpengaruh kepada hasil pembelajaran. Maka dari itu seorang guru yang profesional harus mampu mengelola yakni mendesain kelas dengan sebaik-baiknya melalui berbagai cara yang telah diteorikan serta dikembangkan oleh berbagai ilmuan kependidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam. Problematika yang dijelaskan berangkat dari problem yang terjadi di sebuah lembaga yang akan diteliti oleh penulis, yaitu di MTs Miftahul Ulum Desa Ngerang Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. Menurut bapak Ahmadi selaku guru mata pelajaran Al-Qur an Hadits di lembaga tersebut, banyak dampak negatif yang muncul akibat dari suasana kelas yang tidang nyaman. Banyak didapati siswa yang izin ke belakang (kamar kecil) secara terus menerus bergantian antara satu siswa dengan siswa yang lain. Ada siswa yang bolos pada jam pelajaran Al-Qur an Hadits, dan ada juga siswa yang sengaja keluar ke kantin sekolah pada jam pelajaran tersebut. Hal ini sangat tidak wajar jika dipikir secara nalar, seseorang berkebutuhan ke kamar kecil dalam jangka waktu tujuh jam mungkin hanya butuh keluar dua sampai tiga kali. Akan tetapi disini siswa berkali-kali pergi dan kembali ke kamar kecil.9 Realitas seperti itu, membuat penulis berkeinginan untuk meneliti hal tersebut yang mana tertuju dilembaga sekolah MTs Miftahul Ulum desa Ngerang kecamatan Tambakromo kabupaten Pati. Penulis memilih lembaga tersebut karena telah menerapkan dan mecoba memaksimalkan pengelolaan variasi desain kelas terkhusus pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits dengan tujuan untuk menciptakan kenyamanan belajar. Sebelum adanya penerapan pengelolaan variasi desain kelas pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits, kelas tersebut terkesan redup, artinya semua siswa terlihat kurang antusias dan suasana kelas terlihat serta terasa tidak nyaman. Apalagi peserta didik yang keluar masuk kelas dengan alasan bosan mengikuti pembelajaran Al-Qur an Hadits. Dengan tindak lanjut guru pengampu dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan variasi desain, antara lain 9 Hasil wawancara dengan bapak Ahmadi, M. Pd. I guru mata pelajaran Al-Qur an Hadits kelas VII & VIII MTs Miftahul Ulum Ngerang, Tambakromo Pati, pada tanggal 03 Mei 2016

5 salah satunya adalah penataan bangku kelas, maka muncul adanya perubahan positif yang terjadi dalam proses pembelajaran pelajaran tersebut. Demikian halnya penulis memilih untuk meneliti problem tersebut sebagaimana bertepatan berada pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits. Jadi, penulis memilih mata pelajaran tersebut karena adanya masalah yang muncul, dan mata pelajaranya yang terkesan membosankan oleh siswa. Siswa cenderung jenuh dengan materi dari pembahasan Al-Qur an Hadits karena memang isi materi yang terkait kognitif dan terkesan monoton. Sebagian siswa mengatakan bahwa pelajaran Al-Qur an Hadits hanya membaca dan mempelajari ayat serta isi kandungan kemudian menerjemahkan dan selalu seperti itu.10 Selain itu, guru dalam mengimplementasikan pengelolaan variasi desain kelas juga menemui banyak hambatan-hambatan, disamping adanya faktor pendukung. Hambatanya adalah menghadapi murid yang belum bisa beradaptasi dengan lingkungan kelas yang inovatif, tentunya masih ada siswa yang masa bodoh dengan lingkungan kelasnya yang berubah. Maka dari itu perlu adanya penanganan khusus. Disamping itu dalam hal anggaran juga membutuhkan dana yang lebih, seperti halnya mewarnai kelas sesuai dengan suasana yang nyaman. Berdasarkan asumsi dari permasalahan yang telah diamati oleh penulis diatas, maka penulis ingin meneliti bagaimana implementasi dari pengelolaan variasi desain kelas yang mana untuk meningkatkan kenyamanan belajar siswa di Mts Miftahul Ulum, dengan judul Implementasi Pengelolaan Variasi Desain Kelas Untuk Menciptakan Kenyamanan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits di MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati. 10 Hasil wawancara dengan Muhammad Apriyanto siswa kelas VII C MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati, Pada tanggal 03 Mei 2016

6 B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan dalam penerapan pengelolaan desain kelas yang meliputi pemilihan warna dinding kelas, peletakkan berbagai gambar-gambar yang mendukung pembelajaran secara tepat dan menarik, sperti kata-kata motivasi, kata mutiara tokoh-tokoh ilmuan, atau juga hadits pendek tentang motivasi. Lebih khususnya yaitu pengaturan variasi bangku sesuai dengan metode dan cara pembelajaran pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits kelas VII dan VIII di MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati Tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan tujuan untuk menciptakan kenyamanan belajar disetiap pembelajaran mata pelajaran tersebut. C. Rumusan Masalah Uraian latar belakang tersebut dapat penulis rumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran Al-Qur an Hadits di MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati? 2. Bagaimana implementasi pengelolaan variasi desain kelas untuk menciptakan kenyamanan belajar pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits di MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pengelolaan variasi desain kelas untuk menciptakan kenyamanan belajar mata pelajaran Al-Qur an Hadits di MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan.11 Adapun tujuan penelitian ini adalah: 11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, ALFABETA, Bandung, 2014, hlm. 397

7 1. Mengetahui proses pembelajaran Al-Qur an Hadits di MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati. 2. Menganalisis bagaimana implementasi pengelolaan variasi desain kelas dalam menciptakan kenyamanan belajar mata pelajaran Al-Qur an Hadits di MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati. 3. Menemukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat implementasi pengelolaan variasi desain kelas untuk menciptakan kenyamanan belajar mata pelajaran Al-Qur an Hadits di MTs Miftahul Ulum Ngerang Tambakromo Pati. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat penelitian ini dapat membuktikan jika pengelolaan variasi desain kelas ini diimplementasikan dengan baik, maka akan mampu menciptakan kenyamanan belajar peserta didik. 2. Manfaat Praktis a. Dapat berguna sebagai bahan informasi yang penting bagi seluruh tenaga pengajar khususnya pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits dan pelajaran rumpun PAI yang lain. b. Dapat disumbangkan sebagai bahan informasi yang berguna bagi pemerintah atau departemen agama untuk meningkatkan kualitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran. c. Dapat memberikan kontribusi terhadap pendidikan-pendidikan yang belum menerapkan pengelolaan desain kelas sesuai dengan tingkat jenjangnya. d. Dapat menjadi rujukan guru Al-Qur an Hadits khususnya dan guru pelajaran rumpun PAI yang lainya dalam melaksanakan proses pembelajaran.