Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja (adolescence) dalam bahasa inggris,

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP/MTs DI KECAMATAN MOJOAGUNG, KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Nisa khoiriah INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA NEGERI KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEBIJAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK SISWA KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 5 PALU TAHUN 2015 Lusia Salmawati 1, Rasyika Nurul 2, Febrina Dwitami 3* 1.Bagian kesehatan dan keselamatan kerja, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. 2.Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. 3.Bagian administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. * e-mail Korespondensi: Febrinadwitami24@gmail.com ABSTRAK Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok, kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain karena masa perkembangan anak yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal baru yang ada di lingkungannya. Perilaku siswa juga mempengaruhi kebiasaan merokok di lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku dan kebijakan dengan kebiasaan merokok pada siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel yaitu 60 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Proportional Stratified Random Sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok siswa (ρ = 0,000), tidak ada hubungan sikap dengan kebiasaan merokok (ρ = 0,235), ada hubungan tindakan dengan kebiasaan merokok (ρ = 0,007), dan ada hubungan kebijakan dengan kebiasaan merokok (ρ = 0,000). Pengawasan terhadap siswa oleh guru maupun orang tua sangat penting dalam mengontrol agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi siswa dan guru untuk tidak merokok di lingkungan sekolah, serta mengantisipasi akibat lingkungan dan meningkatkan kegiatan untuk pencegahan merokok siswa. Kata Kunci : Perilaku, Kebijakan, Kebiasaan Merokok Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18

A. PENDAHULUAN Saat ini rokok menjadi salah satu produk yang tingkat konsumsinya relatif tinggi di masyarakat. Masalah rokok juga masih menjadi masalah nasional dan diprioritaskan upaya penanggulangannya karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial politik dan terutama aspek kesehatan [1]. Indonesia menempati posisi ketiga dalam daftar 10 negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China (390 juta) dan India (144 juta). Data statistik di Indonesia memperlihatkan bahwa sebanyak 24,1% remaja pria dan 4,0% anak/remaja wanita adalah perokok sedangkan perokok dikalangan orang dewasa sebanyak 63% pada pria dan 4,5% wanita [2]. Perokok dimasyarakat Indonesia ternyata tidak hanya kalangan dewasa saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja. Data WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa 63% pria adalah perokok dan 4,5% wanita adalah perokok. Sedangkan statistik perokok dari kalangan remaja Indonesia yaitu 24,1% remaja pria dan 4,0% remaja wanita [3]. Prevalensi perokok remaja laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan. Hal ini dapat dikaitkan dengan stres yang dialami oleh remaja. Sebuah studi menemukan bahwa bagi kalangan remaja, jumlah rokok yang mereka konsumsi berkaitan dengan stres yang mereka alami. Semakin besar stres yang mereka alami, semakin banyak rokok yang mereka konsumsi, bahwa remaja laki-laki paling sering mengalami konflik dengan orangtua dan guru. Mereka sering menentang aturanaturan yang ada, baik itu peraturan yang ada di sekolah maupun di rumah. Remaja laki-laki sering tidak mengerjakan tugas-tugas di sekolah dan tidak masuk sekolah [4]. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi perokok usia 10 tahun per provinsi, jumlah perokok di Sulawesi Tengah adalah 42,2 % dengan jumlah perokok setiap hari yaitu 22,1 % dan perokok kadang-kadang berjumlah 4,5%, prevalensi umur 10 tahun yang memiliki kebiasaan merokok rata-rata 1-10 batang per hari yaitu 61,0%, yang memiliki kebiasaan merokok rata-rata 9-12 batang per hari 3,8%, yang memiliki kebiasaan merokok rata-rata > 20 batang per hari 3,0% [5]. Berdasarkan data di Kota Palu, didapatkan data perokok Tahun 2011 dari 6.779 siswa smp di kota palu 31,3% tidak merokok, 61,7% merokok, dan 7,7% merokok di luar ruangan. Tahun 2011 dari 6.779 siswa smp di kota palu didapatkan 41,1% tidak merokok, 55,8% merokok, dan 3,1% merokok di luar ruangan. Tahun 2012 dan Pada tahun 2013 siswa smp di kota palu dari 6.779 didapatkan 50,95% tidak merokok, 69,70% merokok [6]. Berdasarkan data yang diperoleh dari SMP Negeri 5 Palu, bahwa jumlah siswa yang merokok pada tahun 2011 dari 205 siswa laki-laki terdapat 45 siswa (22%). Pada tahun 2012 dari 205 siswa laki-laki terdapat 55 siswa (26%) yang merokok. Pada tahun 2013 dari 210 siswa laki-laki terdapat 65 siswa (30%) yang merokok. Sedangkan pada tahun 2014 dari siswa laki-laki terdapat Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 19

77 siswa (36%) yang merokok. Dari data yang diperoleh pada tahun 2011 sampai 2014 mengalami peningkatan siswa yang merokok, inilah yang merupakan masalah karena siswa SMP Negeri 5 Palu tidak mematuhi aturan yang telah dibuat dengan adanya larangan dari pihak sekolah [7]. Perilaku merokok telah menjadi suatu hal yang biasa dilakukan di berbagai tempat bahkan di tempat umum. Rokok pun dapat dengan mudah dalam hal pembelian rokok. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2003 menyatakan perlunya tercipta kawasan bebas rokok. Kawasan yang di maksud adalah tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat belajar mengajar. Namun dalam pelaksanaanya larangan merokok ditempat belajar mengajar memberikan pengaruh yang besar, hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah terhadap aturan larangan merokok [8]. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena rokok itu terjadi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Palu pada tanggal 07-23 Mei2015. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII yang berjumlah 153 orangdan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII dan VIII yang berjumlah 60 orang. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua data yaitu data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi langsung ke siswa laki-laki terhadap pertanyaanpertanyaan yang dicantumkan dalam kuesioner mengenai variabel pengetahuan, sikap, tindakan dan kebijakan siswa di SMP Negeri 5 Palu, sedangkan diperoleh dari penelusuran literatur yang erat kaitannya dengan penelitian ini dan data-data siswa di SMP Negeri 5 Palu dan Dinas Pendidikan Kota Palu. Pengolahan data ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat C. HASIL Pengetahuan Terhadap Kebiasaan Merokok Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang rendah terbanyak adalah memiliki kebiasaan merokok sebesar 86,84% dibanding yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebesar 13,15%, sedangkan pengetahuan responden yang tinggi terbanyak adalah tidak memiliki kebiasaan merokok sebesar 68,19% dibanding dengan responden yang pengetahuan tinggi yang memiliki kebiasaan merokok sebesar 31,81%. Hasil analisis menggunakan uji Chi Square yang dilakukan terhadap pengetahuan dengan kebiasaan merokok, didapatkan hasil nilai ρ = 0,000 sehingga ρ < 0,05 maka Ho pada penelitian ini ditolak, artinya bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kebiasaan merokok pada siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 20

Sikap Terhadap Kebiasaan Merokok Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel menunjukkan bahwa sikap responden yang kurang baik terbanyak adalah memiliki kebiasaan merokok sebesar 58,07% dibanding yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebesar 41,93%, sedangkan sikap responden yang baikadalah memiliki kebiasaan merokok sebanyak sebesar 75,87% dibanding dengan responden baik yang tidak memiliki kebiasaanmerokok sebesar 24,13%. Hasil analisis menggunakan uji Chi Squareyang dilakukan terhadap sikap dengan kebiasaan merokok, didapatkan hasil nilai ρ = 0,235 0,05, maka H0 pada penelitian ini diterima, artinya bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kebiasaan merokok pada siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu Tabel 1 Hubungan Perilaku Dan Kebijakan Dengan Kebiasaan Merokok Siswa Kelas VII dan VIII Kebiasaan Merokok Variabel Memiliki Kebiasaan Tidak Memiliki Kebiasaan Total n % n % Pengetahuan Rendah 33 86,84 5 13,15 38 Tinggi 7 31,81 15 68,19 22 (0,000) Sikap Kurang baik 18 58,07 13 41,93 31 Baik 22 75,87 7 24,13 29 (0,235) Tindakan Kurang Baik 33 78,58 9 40,7 42 Baik 7 38,89 11 61,11 18 (0,007) Kebijakan Tidak mematuhi aturan 35 81,40 8 18,60 43 Mematuhi aturan 5 29,42 12 70,58 17 (0,000) Total 40 100 20 100 60 Data Primer, 2015 (ρ) Tindakan Terhadap Kebiasaan Merokok Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel menunjukkan bahwa tindakan responden yang kurang baik terbanyak adalah memiliki kebiasaan merokoksebesar 78,58% dibanding yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebesar 21,42%, sedangkan tindakan responden yang baik, terbanyak adalah tidak memiliki kebiasaan sebesar 61,11% dibanding yang memiliki kebiasaan sebesar 38,89%. Hasil analisis menggunakan uji Chi Squareyang dilakukan terhadap tindakan dengan kebiasaan merokok, didapatkan hasil nilai ρ = 0,007< 0,05, maka H0 pada penelitian ini ditolak, artinya bahwa ada hubungan antara tindakan dengan kebiasaan merokok pada siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 21

Kebijakan Terhadap Kebiasaan Merokok Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel menunjukkan bahwa kebijakan responden yang tidak mematuhi aturan terbanyak adalah memiliki kebiasaan merokok sebesar 81,40% dibanding yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebesar 18,60%, sedangkan kebijakan responden yang mematuhi aturan terbanyak adalah tidak memiliki kebiasaansebesar 70,58% dibanding yang memiliki kebiasaan merokok sebesar 29,42%. Hasil analisis menggunakan uji Chi Square yang dilakukan terhadap kebijakan dengan kebiasaan merokok, didapatkan hasil nilai ρ = 0,000 <0,05, maka H0 pada penelitian ini ditolak, artinya bahwa ada hubungan antara kebijakan dengan kebiasaan merokok pada siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu. D. PEMBAHASAN Hubungan pengetahuan dengan kebiasaan merokok Tabel 1 menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang rendah, lebih banyak memiliki kebiasaan sebesar 86,84%. Hal ini disebabkan karena pengetahuan merokok yang rendah, sehingga membuat siswa merokok dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang bahaya rokok maka siswa tidak mengetahui dampak dari rokok yang menganggu kesehatan. Adapun responden pengetahuan dalam kategori tinggi, lebih banyak yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebesar 68,19%,karena responden yang memiliki kebiasaan merokok, memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya rokok, maka semakin baik pengetahuannya, maka responden yang memiliki perilaku merokok yang baik sehingga kebiasaan merokok akan jarang dilakukan. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Lawrence Green sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan faktor predisposisi, termasuk diantaranya adalah pengetahuan. Sementara itu, WHO dalam Notoatmodjo (2012) menganalisis bahwa pengetahuan merupakan salah satu alasan pokok yang menyebabkan seseorang berperilaku. Dalam hal merokok, dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang cukup terkait rokok cenderung untuk tidak merokok, sebaliknya responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang merokok cenderung berperilaku merokok [9]. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Adisti (2009) yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok terutama pada remaja. Hasil penelitian mereka memperlihatkan bahwa dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok maka kebiasaan merokok akan jarang dilakukan. Begitu pula sebaliknya, nilai p-value 0,001 (p = 0,05) [10]. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sabri (2007), pada Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 22

siswa laki-laki di SMA Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kebiasaan merokok, nilai p-value 0,000 (p = 0,253) [11]. Hubungan sikap dengan kebiasaan merokok Tabel 1 menunjukkan bahwa sikap responden yang kurang baik, lebih banyak memiliki kebiasaan sebesar 58,07%, karena kebiasaan merokok responden yang dipengaruhi banyak hal, baik dari dalam diri sendiri maupun karena faktor luar, misalnya tekanan sosial, sehingga sikap yang ditimbulkan terhadap kebiasaan merokok akan mempengaruhi individu tersebut dalam mengambil keputusan untuk berperilaku. Adapun sikap responden dalam kategori baik, lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok sebesar 75,87%. Menurut peneliti, bahwa sikap responden yang menyukai rokok, karena memiliki sikap percaya diri dan ingin bebas merokok dimana saja, sehingga responden memiliki kebiasaan merokok. Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Menurut Sumarwan (2003) sikap mempunyai tiga unsur yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (emosi, perasaan) dan konaktif (tindakan). Dari unsur emosi atau perasaan, remaja dapat di terpicu untuk bersikap negatif terhadap rokok karena melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour walaupun sebenarnya dia mempunyai pengetahuan yang baik tentang rokok, dimana pengetahuan yang tinggi ataupun rendah tidak mempengaruhi seseorang dalam kebiasaan merokok [12]. Penelitian ini sejalan dengan Nugroho (2008) tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kebiasaan merokok pada mahasiswa. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan responden yang bersikap positif dengan kebiasaan merokok, nilai p-value 0,003 (p < 0,01) [13]. Hasil ini penelitian berbeda dengan Noor (2004) pada siswa SMP Kudus menyatakan adanya hubungan sikap dengan perilaku merokok. Penelitian ini didapatkan proporsi siswa dengan kebiasaan merokok yang rendah mempunyai sikap negatif lebih tinggi (50%) dibandingkan siswa yang mempunyai sikap negatif siswa dengan kebiasaan merokok siswa yang tinggi (5,8%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan kebiasaan merokok dengan sikap terhadap rokok, nilai p- value 0,0155(p < 0,05) [14]. Hubungan tindakan dengan kebiasaan merokok Hasil penelitian yang terdapat pada tabel 2.3 menunjukkan bahwa tindakan responden yang kurang baik, lebih banyak memiliki kebiasaan merokok 78,58%. Hal ini terjadi karena tindakan yang dialami oleh remaja akan perubahan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 23

Perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak saja oleh orang tua dan lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan sekolah maupun temanteman pergaulan di luar sekolah. Adapun responden yang memiliki tindakan dalam kategori baik, lebih banyak yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebesar 61,11%, karena responden memiliki dan memahami perilaku yang baik seperti tidak merokok dilingkungan sekolah maupun dirumah, sehingga responden terhindar dari kebiasaan merokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Rahmadi (2011), Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tindakan dengan kebiasaan merokok seseorang ada hubungan Nilai p-value yang diperoleh adalah p = 0,000 (p < 0,05). Dari hasil yang didapatkan, terlihat bahwa ada sebagian siswa yang cenderung ingin diberi kebebasan untuk merokok [15]. Hal ini sesuai dengan teori Richmond dan Sklansky dalam Sarwono (2011) yang mengatakan bahwa inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan. Dalam hal ini, siswa SMP menginginkan guru memberikan mereka kebebasan untuk merokok di lingkungan sekolah [16]. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Ratih Perwitasari (2006), tentang hubungan tindakan dengan kebiasaan merokok. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tindakan yang buruk mempengaruhi kebiasaan merokok seseorang dalam berperilaku, terutama perilaku merokok. Nilai p- value yang diperoleh adalah p = 0,0425 (p < 0,01) [17]. Hubungan kebijakan dengan kebiasaan merokok Tabel 2.4 menunjukkan bahwa kebijakan sekolah yang tidak mematuhi aturan, lebih banyak memiliki kebiasaan merokok sebesar 81,40%. Hal ini disebabkan karena responden tidak mengetahui adanya larangan merokok di area sekolah, karena tidak mengetahui adanya sanksi/hukuman yang diberikan kepada siswa yang merokok disekolah, sehingga terjadinya kebiasaan merokok pada siswa. Adapun responden di lihat dari kebijakan sekolah dalam kategori mamatuhi aturan, lebih banyak yang tidak memiliki kebiasaan sebesar 70,58%, karena sebagian responden mengetahui adanya larangan merokok di lingkungan, dan pihak sekolah juga membuat larangan menjual rokok di kantin, koperasi atau bentuk penjualan lain di lingkungan sekolah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Riana (2013), pada faktor lingkungan dan pendidikan, orangtua dengan kebiasaan merokok remaja di kabupaten, Penelitian ini didapatkan ada hubungan antara peraturan sekolah dengan kebiasaan merokok remaja. Hasil uji statistik nilai p-value 0,009 (p < 0,05) [18]. Hasil penelitian ini berbeda dengan Kusumaning (2010), Bahwa Hasil Uji Korelasi Rank S pearman didapatkan tidak ada hubungan antara persepsi tentang kebijakan dengan kebiasaan merokok karyawan dan perilaku teman Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 24

dengan, nilai ρ = value (0,653) (p < 0,05) [19]. E. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan pengetahuan dengan kebiasaan merokok siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu, hasil uji statistik didapatkan nilai ρ = 0,000 sehingga ρ < 0,05. 2. Tidak ada hubungan sikap dengan kebiasaan merokok siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu., hasil uji statistik didapatkan nilai ρ = 0,234 sehingga ρ > 0,05, 3. Ada hubungan tindakan dengan kebiasaan merokok siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu, hasil uji statistik didapatkan nilai ρ = 0,007 sehingga ρ < 0,05. 4. Ada hubungan kebijakan dengan kebiasaan merokok siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5 Palu, hasil uji statistik didapatkan nilai ρ = 0,000 atau ρ < 0,05. Adapun saran dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa yang merokok diharapkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa mengenai bahaya rokok, serta mencari kegiatan yang lebih positif daripada rokok. 2. Bagi orang tua di rumah sangat berperan dalam memberikan contoh perilaku sehat kepada anak-anaknya, dengan cara tidak merokok dihadapan mereka, memberikan nasehat, serta sanksi yang tegas kepada anak-anaknya yang merokok. 3. Bagi sekolah diharapkan agar meningkatkan disiplin kepada muridnya dan bagi pihak sekolah untuk lebih mengontrol siswa agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi siswa. 4. Bagi Pemerintah Khususnya Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Palu dan Dinas Kesehatan untuk menjadikan referensi dalam perencanaan program sekolah kawasan bebas rokok. 5. Diharapkan jika ada penelitian selanjutnya perilaku dengan kebiasaan merokok, untuk menggunakan metode penelitian mix method yaitu wawancara secara mendalam orang tua dan gurunya dan siswa/siswi di bagikan kuesioner agar jawaban dari responden bervariasi DAFTAR PUSTAKA 1. Kemenkes RI. 2011. Bahaya Rokok. Kemenkes RI : Jakarta 2. Amri, Faisal. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Bau-bau Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010. (Skripsi). Makassar : Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. 3. Endrawanch. 2009. Indonesia dan Rokok. Jakarta : Grasindo. 4. Ormachea, dkk. (2004). Gender and Gender Role Orientation Differences on Adolescent s Coping with Peer Stressors. Journal of Youth & Adolesce. New York. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 25

5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2011), Kementrian Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta. 6. Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2013. Data Merokok Siswa. Palu 7. SMP Negeri 5 Palu. 2015. Data Siswa Merokok. Palu 8. World Health Organization (WHO), 2008. The WHO report on the global tobacco epidemic, The MPOWER package. Geneva, Switzerland: World Health Organization. 9. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 10. Adisti, Amelia. 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja Laki-laki. Skripsi Psikologi. USU 11. Sabri, FP. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Merokok Dengan Kebiasaan Merokok Siswa SMA Laki-Laki Di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar [Skripsi].Padang : FK UNAND. 2007. 12. Suwarman, U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia. 13. Nugroho, M. Aji Bayu. 2008. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SLTP Di Kecamatan Sukoharjo. Skripsi UMS 14. Noor F. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Merokok pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kudus [Tesis]. Semarang: FKM UNDIP. 2004. 15. Rahmadi, A. 2013. Hubungan Sikap dan Tindakan Terhadap Rokok Dengan Kebiasaan Merokok Siswa SMP di Kota Padang. Jurnal kesehatan andalas Volume 02 No 01 2013. 16. Sarwono, SW. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. 17. Perwitasari, R. 2006. Kebiasaan Merokok Pasa Remaja SMA Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013.Skripsi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh 18. Riana,M. 2013. Hubungan Faktor Lingkungan Dan Pendidikan Orangtua Dengan Kebiasaan Merokok Remaja Di Kabupaten Madiun. (Tesis). Surakarta : Universitas Sebelas Maret 2013. 19. Kusumaning, Pratiwi, 2010. Kebiasaan Merokok Pada Karyawan Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun 2010. Jurnal Volume 01 No 02. Semarang Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 26