NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JANGKA MENENGAH (PJM) TAHUN BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DEPARTEMEN SOSIAL RI JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT TLP.

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

BUPATI WONOGIRI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

TUGAS AKHIR PANCASILA Dan PERKEMBANGAN EKONOMI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

PLEASE BE PATIENT!!!

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

1 ( atau

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

SEPUTAR MANAJEMEN BENCANA [BERBASIS HAK]

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gilang Wiryanu Murti. DO NOT COPY.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

2018, No.2-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah

2018, No.2-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia. Selly Rahmawati, M.Pd.

Transkripsi:

1 NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN (Sebagai Tindak Lanjut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2010 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga) DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Tujuan & Kegunaan D. Metode Penyusunan BAB II ASAS-ASAS DAN PRINSIP NASKAH AKADEMIS A. Asas-asas B. Prinsip-prinsip BAB III MATERI MUATAN NASKAH AKADEMIS SEBAGAI BAHAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN HUKUM POSITIF A. Materi Muatan B. Keterkaitannya dengan Hukum Positif BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran/Rekomendasi

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga akan memperbaiki segala aspek dan dimensi pembangunan dan kehidupan masyarakat untuk lebih maju, mandiri, dan dapat berdampingan dengan bangsa lain dan dapat mempercepat terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas dilakukan upaya pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu bersaing dengan bangsa lain, dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata.

3 B. Identifikasi Masalah 1. Pengendalian Kuantitas penduduk meliputi jumlah, struktur, komposisi, pertumbuhan, persebaran, kelahiran, kematian, penduduk rentan dan miskin serta penduduk yang dianggap hampir punah; 2. Pengembangan Kualitas penduduk melalui peningkatan kesehatan, pendidikan, nilai agama, perekonomian, dan nilai sosial budaya; 3. Pengarahan Mobilitas peduduk mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, dan internasioanal serta dampak mobilitas terhadap pemafaatan Sumber Daya Alam, potensi antar daerah, potensi konflik di daerah; 4. Peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam kependudukan berkaitan dengan fungsi keluarga, memfasilitasi kelompok-kelompok kegiatan kependudukan, tokoh-tokoh agama dan masyarakat serta memfasilitasi data kependudukan. 5. Pendidikan kependudukan meliputi pelaksanaan pendidikan kependudukan pada jenis pendidikan formal, non formal, dan in formal. 6. Pelembagaan dan pembudayaan melalui pemfaatan potensi wilayah dengan pendekatan kearifan lokal. 7. Tanggung jawab dan pelaksanaan pengelolaan perkembangan kependudukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan partisipasi masyarakat. 8. Penyediaan sarana dan prasarana oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam rangka pengelolaan perkembangan kependudukan. C. Tujuan Tujuan disusunnya naskah akademis dalam rangka perumusan rancangan Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan sebagai Tindak Lanjut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2010 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

4 D. Metode Penyusunan Penyusunan naskah akademis dalam rangka perumusan rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan dengan menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan filosofis, yuridis, sosiologis dan politis, serta harmonisasi. 1. Pendekatan filosofis Secara filosofis, pembangunan perkembangan kependudkan merupakan hakikat perwujudan dan pengamalan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang diamanatkan dalam UUD 45 dan Pancasila Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pada pasal 20, pasal 26 ayat (2), pasal 26 ayat (3), pasal 28 b ( ayat 1 dan 2 ) pasal 28 c (ayat 1 ) pasal 28 J ayat ( 1 ). Untuk menciptakan situasi dan kondisi yang berkeadilan sosial maka urusan kepemerintahan sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 45 dalam alinea IV Pembukaaan UUD 45 yaitu : melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Agar keadilan dan kesejahteraan umum ini dapat dicapai, maka setiap warga Negara Indonesia memiliki hak dan tanggung jawab sesuai kemampuannya masing-masing untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam memajukan kesejahteraanya `. Oleh karena itu diperlukan adanya kepastian hukum dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Gagasan yang tertuang di dalam UUD 1945 merupakan salah satu alasan paling penting bagi kelahiran sebuah negara. Negara-bangsa Indonesia didirikan dengan perjuangan para pahlawan yang sangat berat, penuh darah dan air mata. Tujuan utama pendirian negara ini adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang lebih baik, lebih manusiawi dan bermartabat. Maka penciptaan kesejahteraan keluarga merupakan alasan paling mendasar bagi kelahiran bangsa ini. Hakikat pembangunan nasional sebagai pemngamalan Pncasila dan Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 adalah pembangunan manusia

5 Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indoensia yang mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. 2. Pendekatan Yuridis Permasalahan yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada sebagian warga negara yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri karena kondisinya yang mengalami hambatan, dan akibatnya mereka mengalami kesulitan serta tidak dapat menikmati kehidupan yang layak. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Negara memelihara fakir miskin dan anak-anak yang telantar, bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, serta bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan yang layak yang diatur dengan per-undang-undang-an. dalam menjamin terpenuhinya hak dasar dasar warganya yang tidak mampu, miskin atau marginal. Dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat 2 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, khususnya yang tertuang dalam Pasal 5 ayat (3) yang menyatakan "setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenan dengan kekhususannya". Sementara itu, komitmen dunia tentang pembangunan kependudukan, telah disepakati oleh berbagai negara termasuk Indonesia, membawa konsekuensi bahwa permasalahan kependudukan dan penanganannya di setiap negara dipantau sekaligus didukung oleh masyarakat internasional. Sebagai perwujudan dari komitmen dimaksud, setiap negara diharapkan melaporkan hasil yang telah dicapai.bagikomitmen global dan regional dalam pembangunan kesejahteraan sosial hams diupayakan pencapaiannya meliputi antara lain konvensi-konvensi

6 tentang HAM, hak anak, hak wanita, hak penyadang cacat/ orang yang memiliki kemampuan yang berbeda, pelayanan sosial bagi korban NAPZA, dan berbagai protokol tambahan yang terkait, antara lain : Single Convention on Drugs Tahun 1961 beserta Protokol 1972 (Dasar Hukum Narkotika Internasional); Convention on Psychotropic Substances 1971; Deklarasi Menlu ASEAN tentang Narkotika di Manila tahun 1976; Resolusi PBB No. 44/1982 tanggal 20 Desember 1989, Penetapan Tahun 1994 sebagai Tahun Keluarga Internasional; UN-World Programme of Action Concerning Disabled Persons, 1980; Convention on the Right of the Child (Konvensi Hak Anak), 1990; Resolusi PBB No. 047/237 tanggal 8 Desember 1993, Penetapan tanggal 15 Mei 1993 sebagai Hari Keluarga Internasional; Konferensi Dunia tentang Hak Azasi Manusia (HAM), Wina 1993, (Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan Adalah Pelanggaran HAM); KTT Dunia Pembangunan Sosial (WSSD) 1995; Konferensi Dunia ke IV tentang Perempuan, di Beijing 1995; Sidang Khusus ke 24 Majelis Umum PBB mengenai hasil KTT Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Copenhagen + 5 di Jeneva) Tahun 2000; Asia Pacific Decade of Disabled Persons. Berdasarkan landasan yuridis formal dan konvensi-konvensi international yang telah menjadi komitment nasional, maka dalam pelaksanan Pembangunan perkembangan kepebndudukan hams didukung oleh peraturan perundangundangan yang berfungsi sebagai: (1) landasan/dasar hukum bagi pelaksanaan pembangunan kependudukan (2) pemberi arah kepada pemerintah dalam menetapkan kebijakan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan tugas pembangunan di bidang kependudukan (3) alat kontrol/kendali pelaksanaan pembangunan perkembangan kependudukan. Didalam Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 27 ayat (2) menyatakan : " Tiap-tiap warga Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan ". a. Pasal 28 huruf C ayat (1) menyatakan :" Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan

7 umat manusia" b. Pasal 28 huruf H ayat (2) menyatakan : "Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan" c. Pasal 34 ayat (1) menyatakan : " Fakir miskin dan anak-anak yang telantar dipelihara oleh negara ". d. Pasal 34 ayat (2) menyatakan : " Negara mengembangkan sistem jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan ". Berbagai peraturan perundang-undangan yang dimaksud yang telah melandasi berbagai kegiatan di bidang kependudukan sangat berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, khususnya yang tertuang dalam Pasal 5 ayat (3), Pasal 8, Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan : Pasal 5 ayat (3) : Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perbandingan lebih berkenan dengan kekhususannya. Pasal 8 : Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak azasi manusia merupakan tanggung jawab pemerintah disamping juga masyarakat. Perkembangan kependudukan merupakan komponen dalam hak-hak asasi manusia yang berlaku universal bagi seluruh warga Negara, dan diarahkan untuk memberikan perlindungan terhadap upaya pemenuhan hak atas kebutuhan dasar. Eksistensi pembangunan perkembangan kependudukan semakin relevan karena dalam kehidupan masyarakat, baik perorangan, kelompok, keluarga maupun komunitas tertentu, seringkali terjadi ketidak pastian. Dalam kondisi seperti ini, disfungsi sosial atau dalam keadaan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar mereka (kehilangan penghasilan ketika tidak bekerja, resiko kerja, pendidikan dasar untuk anak, pelayanan kesehatan dasar, dan kebutuhan dasar lainnya). Untuk itulah peran Pemerintah samgat pemting Mengingat perkembangan kependudukan merupakan salah satu faktor yang berfungsi sebagai sistem dasar bagi pemerintah dan masyarakat dalam

8 menentukan kebijakannya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, maka perkembangan kependudukan pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan makro pembangunan keluarga sejahtera dan dilaksanakan berlandaskan komponen hak asasi manusia yang berdimensi luas bagi hak dan martabat manusia. Dengan demikian, erat kaitannya dengan kewajiban Negara untuk melindungi warga negaranya sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi Universal HAM PBB tanggal 10 Desember 1948. Sampai saat ini deklarasi tersebut masih dijadikan sebagai referensi bagi setiap Negara anggota PBB untuk menaruh komitmennya dalam pelaksanaan HAM. 3. Pendekatan Sosiologis Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, diketahui bahwa, jumlah penduduk di Indonesia 237,6 juta jiwa. Secara sosiologis, hal ini akan menimbulkan kemiskinan struktural, ketelantaran, kondisi disharmoni, kerawanan keluarga dan tindak kejahatan yang akan menjadi pemicu terjadinya disintegrasi di masyarakat Pada akhirnya akan menjadi beban pemerintah yang membutuhkan biaya pembangunan yang lebih besar. Hal ini, secara potensial akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Untuk menjamin terpenuhinya hak penduduk dan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan pada tingkat lokal, nasional, dan global, maka perlu dilakukan pembaruan pembangunan perkembangunan kependudukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Dengan adanya pengaturan tentang pembangunan perkembangan kependudukan dalam bentuk [eraturan pemerintah berarti negara telah memberikan perlindungan jangka menengah dan jangka panjang yang berpihak kepada rakyat, sehingga kue pembangunan dapat dirasakan oleh semua warga tanpa terkecuali sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

9 4. Pendekatan politis Secara politis pengelolaan perkembangan kependudukan diperlukan sebuah produk hukum sebagai kebijakan publik. RPP pengelolaan perkembangan kependudukan sejatinya menekankan pada peran negara yang responsif dalam mengelola dan mengorganisasikan kinerjanya sehingga mampu menjalankan kewajiban dan tanggungjawabnya untuk menjamin ketersediaan pelayanan dalam tingkat tertentu bagi warganya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya RPP pengelolaan perkembangan kependudukan juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama antara pelbagai pilar usaha, yang mencakup negara (pemerintah daerah), masyarakat madani (civil society), sektor swasta, dan lembaga lembaga kemanusiaan internasional. 5. Pendekatan Harmonisasi Berdasarkan UU nomor 10 tahun 2004 tentang penyusunan peraturan perundang-undangan, bahwa setiap peraturan perundang-undangan yang disampaikan/disusun oleh kementerian/lembaga Pemerintah Non Kementerian harus dilakukan sinkronisasi (harmonisasi) antar kementerian/lpnk yang berkaitan melalui Kementerian Hukum dan HAM untuk mendapatkan pembulatan secara yuridis.

10 BAB II ASAS-ASAS DAN PRINSIP NASKAH AKADEMIS A. Asas-asas 1. norma agama; 2. perikemanusiaan; 3. keseimbangan; 4. manfaat. B. Prinsip Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga berdasarkan prinsip pembangunan kependudukan yang terdiri atas: 1. kependudukan sebagai titik sentral kegiatan pembangunan; 2. pengintegrasian kebijakan kependudukan ke dalam pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup; 3. partisipasi semua pihak dan gotong royong; 4. perlindungan dan pemberdayaan terhadap keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat; 5. kesamaan hak dan kewajiban antara pendatang dan penduduk setempat; 6. perlindungan terhadap budaya dan identitas penduduk lokal; dan 7. keadilan dan kesetaraan gender. 8. pembangunan berwawasan kependudukan

11 BAB III MATERI NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN A. Materi Muatan 1. Kuantitas, meliputi : pengendalian (jumlah, struktur, komposisi, pertumbuhan, persebaran, kelahiran, kematian), termasuk penduduk rentan dan miskin (Pasal 39 43 UU 52/2009) Catatan : Pasal 39 ayat (2) huruf e, termasuk penduduk hampir punah 2. Kualitas, meliputi : pengembangan, termasuk penduduk rentan dan miskin (Pasal 39 43 UU 52/2009) 3. Mobilitas, meliputi : pengarahan, dampak mobilitas terhadap pemafaatan SDA, perbedaan potensi antar daerah, potensi konflik di daerah, mobilitas nasional, internasioanal, regional, lokal. 4. Peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam kependudukan berkaitan dengan fungsi keluarga, memfasilitasi kelompok-kelompok kegiatan kependudukan, tokoh-tokoh agama dan masyarakat, memfasilitasi data kependudukan) Pasal 10 UU 52/2009 5. Pendidikan kependudukan 6. Pelembagaan dan Pembudayaan (kearifan lokal) 7. Tanggung Jawab pelaksanaan : pemerintah (pertemuan dari tingkat desa hingga tingkat nasional yang melibatkan toga, toma) 8. Sarana dan prasarana B. Peraturan Perundang-undangan Terkait Peraturan perundang-undangan terkait dengan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, khususnya yang berkaitan dengan rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan yaitu:

12 Pasal-pasal dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 yang berkaitan dengan pengendalian penduduk 1. Kebijakan dan Program jangka menengah dan panjang pengelolaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. (Pasal 7) 2. Pedoman pelaksanaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. (Pasal 12) 3. Tata Cara Penetapan pengendalian kuantitas penduduk (Pasal 19) 4. Tata cara pengumpulan data dan proyeksi kependudukan tentang angka kematian (Pasal 32) 5. Pengarahan mobilitas penduduk (Pasal 33) 6. Tata cara pengumpulan data, analisis, mobilitas dan persebaran penduduk (Pasal 37) 7. Pengembangan kualitas penduduk (Pasal 38) 8. Kriteria penduduk miskin dan tata cara perlindungannya (Pasal 41) 9. Penyelenggaraan sistem informasi kependudukan dan keluarga (Pasal 50)

13 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA perlu ditindak dengan Peraturan Pemeritah. Berdasarkan hasil diskusi dalam workshop Naskah Akademis yang melibatkan unsur-unsur BKKBN, Perguruan Tinggi dan UNFPA disetujui 2 (dua) judul rancangan peraturan pemerintah bidang kependudukan sebagai berikut : 1. RPP tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan 2. RPP tentang Pembangunan Kependudukan B. Saran/Rekomendasi Setelah mempertimbangkan hasil diskusi yang telah menghasilkan Naskah Akademis sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, direkomendasikan judul RPP TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN dengan mendasarkan pada pasal-pasal sebagai berikut : 1. Pasal 7 (Kebijakan dan Program jangka menengah dan panjang pengelolaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga). 2. Pasal 12 (Pedoman pelaksanaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga). 3. Pasal 19 (Tata Cara Penetapan pengendalian kuantitas penduduk). 4. Pasal 32 (Tata cara pengumpulan data dan proyeksi kependudukan tentang angka kematian). 5. Pasal 33 (Pengarahan mobilitas penduduk). 6. Pasal 37 (Tata cara pengumpulan data, analisis, mobilitas dan persebaran penduduk). 7. Pasal 38 (Pengembangan kualitas penduduk). 8. Pasal 41 (Kriteria penduduk miskin dan tata cara perlindungannya). 9. Pasal 50 (Penyelenggaraan sistem informasi kependudukan dan keluarga)

14