SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

SAHAM PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI OBJEK JAMINAN GADAI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENANG LELANG TERKAIT KEPEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KSU.TUMBUH KEMBANG, PEMOGAN, DENPASAR SELATAN Oleh: Gde Dianta Yudi Pratama I Ketut Westra Ni Putu Purwanti

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

RISALAH LELANG SEBAGAI AKTA OTENTIK PENGGANTI AKTA JUAL BELI DALAM LELANG

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LESSEE DALAM HAL OBJEK LEASING MENGANDUNG CACAT TERSEMBUNYI

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN PADA SERTIFIKAT HAK MILIK DALAM PERIKATAN JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

ABSTRAK Pemberlakuan Klausula Buy Back Guarantee

KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG DALAM HAL PIHAK NASABAH WANPRESTASI

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

ASPEK HUKUM PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA (CESSIE) KARENA WANPRESTASI PT. BANK SRI PARTHA KEPADA PT. SRI PARTHA PUSAKA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

KETENTUAN PENANGGUHAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN OLEH KREDITUR SEPARATIS AKIBAT ADANYA PUTUSAN PAILIT. Oleh :

IMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

KEABSAHAN PERMEN DALAM TRANSAKSI PEMBAYARAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENETAPAN BUNGA TINGGI DAN ASAS KEPATUTAN DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

AKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR

DAFTAR ISI... HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... KATA PENGANTAR...

PERLINDUNGAN HUKUM PENYEWA TERHADAP OBJEK HAK TANGGUNGAN YANG DIBEBANI HAK SEWA

A. Latar Belakang Masalah

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN)

Journal Of Judicial Review

REVIEW OF THE LAW AGAINST DEBT ABSORPTION BANKING CREDIT AGREEMENT YUYUK HERLINA / D

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

Oleh: I Wayan Suatmaja Mimba Dewa Gede Rudy Suatra Putrawan Program Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

KEPASTIAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK PUTU EVI KOMALA DEWI NPM :

PENDAFTARAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT RAGA JAYATAMA DI BATUBULAN GIANYAR

SKRIPSI Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Program Reguler Mandiri Universitas Andalas

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP KERUSAKAN BARANG YANG DIANGKUT DALAM TRANSPORTASI LAUT

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR

UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH OLEH KREDITOR APABILA OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG AKAN DILELANG DIKUASAI OLEH PIHAK KETIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

FRENDY RISTIANTO NIM. C

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

Transkripsi:

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI Oleh Ni Komang Nopitayuni Ni Nyoman Sukerti Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper is titled subrogation as a legal effort to the rescue of a third parties collateral object in case the debtor defaults. The background of this paper is in debts agreement the debtor not infrequently to have forgotten the obligation to repay the debt, causing losses in addition to the creditor as well as to third parties for goods borrowed as collateral by the debtor's debts. The purpose of this paper is to determine what legal action can be performed by a third party to rescue the collateral object in case the debtor defaults. In this paper, it is used normative legal research which solving the problem based on the literature and statute. The conclusion of this paper is positions subrogation as a matter of law to the rescue of a third party guarantee in case the debtor defaults is legitimate because it has fulfilled the provisions of Article 1402 number 3 in the Burgelijke Wet Boek. Keywords : Subrogation, Collateral Object, Debt Agreements. ABSTRAK Tulisan ini berjudul subrogasi sebagai upaya hukum terhadap penyelamatan benda jaminan milik pihak ketiga dalam hal debitur wanprestasi. Latar belakang penulisan ini adalah dalam perjanjian utang-piutang tidak jarang pihak debitur telah melupakan kewajibannya untuk melunasi utangnya tersebut sehingga menimbulkan kerugian selain bagi kreditur juga terhadap pihak ketiga karena barangnya dipinjam sebagai jaminan utang-piutang oleh debitur. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kedudukan subrogasi sebagai upaya hukum terhadap penyelamatan benda jaminan milik pihak ketiga dalam hal debitur wanprestasi. Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang pemecahan masalahnya didasarkan pada literatur dan perundang-undangan. Kesimpulan dalam penulisan ini adalah Kedudukan subrogasi sebagai upaya hukum terhadap penyelamatan benda jaminan milik pihak ketiga dalam hal debitur wanprestasi adalah sah karena telah memenuhi ketentuan dalam pasal 1402 angka 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Kata Kunci : Subrogasi, Benda Jaminan, Perjanjian Utang-Piutang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat yang sering meminjam uang pada lembaga perbankan maupun nonbank adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah. Namun 1

tidak jarang juga mereka tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pelunasan terhadap hutang-hutangnya sehingga satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan oleh pihak kreditur selain melakukan somasi kepada nasabah, tindakan lain yang dilakukan yaitu melakukan eksekusi terhadap benda yang dijadikan jaminan. Jaminan kebendaan selain dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya juga dapat diadakan antara kreditur dengan seorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari si berutang (debitur). Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya benda tertentu yang dijadikan jaminan (zakelijk). Ilmu hukum tidak membatasi kebendaan yang dapat dijadikan jaminan hanya saja kebendaan yang dijaminkan tersebut haruslah milik dari pihak yang memberikan jaminan kebendaan tersebut. 1 Rendahnya keinginan debitur untuk membayar hutang-hutangnya ini salah satunya disebabkan karena jaminan yang digunakan oleh mereka adalah benda milik orang lain (pihak ketiga). 2 Walaupun atas persetujuan pihak ketiga namun hal ini tentu saja merugikan pihak ketiga sebagai pemilik benda jaminan. Maka dari itu berbagai upaya perlu dilakukan pihak ketiga untuk menyelamatkan benda miliknya yang dijadikan sita jaminan. 1.2. Tujuan Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kedudukan subrogasi sebagai upaya hukum terhadap penyelamatan benda jaminan milik pihak ketiga dalam hal debitur wanprestasi. II. ISI MAKALAH 2.1. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian dengan cara meneliti bahan hukum dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Jenis pendekatan yang digunakan dalam makalah 1 Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, 2005, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotik, Seri Hukum Harta Kekayaan, Kencana, Jakarta, h.66 2 Salim HS,2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, h.270-275 2

ini yaitu pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach) yaitu dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum. 2.2. Hasil dan Pembahasan Kedudukan Subrogasi Sebagai Upaya Hukum Terhadap Penyelamatan Benda Jaminan Milik Pihak Ketiga Dalam Hal Debitur Wanprestasi Subrogasi adalah pengalihan kreditur kepada pihak ketiga yang telah melakukan pembayaran atas utang debitur sehingga pihak ketiga tersebut menggantikan kedudukan sebagai kreditur, dengan demikian segala hak dan kewajiban debitur beralih kepadanya, sehingga subrogasi dapat dilakukan oleh pihak ketiga untuk menghindari terjadinya eksekusi terhadap benda jaminan milik pihak ketiga sebagai akibat dari debitur wanprestasi, dengan cara membayar lunas hutang-hutang debitur sehingga jaminan yang melekat pada benda tersebut hapus karena hapusnya hutang piutang. Pelunasan tersebut bukan melunasi atas nama debitur melainkan atas nama sendiri, maka di sini pihak ketiga akan menggantikan kedudukan kreditur lama sebagai kreditur baru. Menurut ketentuan pasal 1400 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), subrogasi dapat terjadi karena perjanjian dan karena undang-undang. Untuk subrogasi yang terjadi karena perjanjian, pasal 1401 KUHPerdata membedakan lagi menjadi : 1. Subrogasi yang diprakarsai oleh kreditur Hal ini terjadi apabila kreditur lama yang menerima pembayaran dari pihak ketiga (kreditur baru) menentukan bahwa kreditur baru yang akan menggantikan hak-haknya, gugatan-gugatannya, hak-hak istimewanya dan hipotik-hipotik yang ia miliki terhadap debitur. Subrogasi yang diprakarsai oleh kreditur harus dinyatakan dengan tegas pada saat pihak ketiga melakukan pembayaran 2. Subrogasi yang diprakarsai oleh debitur Hal ini terjadi apabila debitur meminjam uang dari pihak ketiga (debitur baru) untuk melunasi utangnya kepada kreditur lama. Dalam hal ini debitur menentukan bahwa kreditur baru akan menggantikan hak-hak yang dimiliki oleh kreditur lama. Subrogasi yang diprakarsai oleh debitur sah apabila dilakukan dengan akta otentik untuk perjanjian yang berisi ketentuan mengenai perjanjian pinjam uang antara debitur dengan kreditur baru. Perjanjian ini berisi keterangan bahwa uang tersebut digunakan untuk melunasi utang debitur kepada kreditur lama dan surat tanda pelunasan utang debitur kepada kreditur lama menyebutkan bahwa pembayaran tersebut dilakukan dengan uang yang dipinjam dari kreditur baru. 3

Sehingga dalam subrogasi yang diprakarsai oleh debitur, terdapat dua hubungan hukum yang berbeda, yaitu pinjam meminjam uang antara debitur dengan kreditur baru dan pelunasan utang debitur kepada kreditur lama. 3 Sedangkan pada subrogasi yang terjadi karena undang-undang, pembayaran dilakukan oleh pihak ketiga (kreditur baru) kepada kreditur lama tanpa diperjanjikan oleh para pihak. Menurut ketentuan pasal 1402 KUHPerdata, hal ini terjadi apabila : 1. Seorang kreditur melunasi orang berpiutang lain yang berdasarkan hak istimewa atau hak tanggungan mempunyai suatu hak yang lebih tinggi 2. Seorang pembeli benda tetap yang telah memakai uang harga benda tersebut untuk melunasi orang berpiutang kepada siapa benda itu diperikatkan dengan hak tanggungan 3. Orang yang bersama-sama dengan orang lain atau untuk orang lain diwajibkan membayar utang, berkepentingan untuk melunasi utang itu, seperti pada pembayaran oleh salah seorang kreditur pada utang dengan tanggung renteng atau pembayaran yang dilakukan oleh penanggung 4. Seorang ahli waris yang menerima dengan hak istimewa, tetapi telah membayar seluruh utang pewaris. 4 Mengenai pelunasan utang yang dilakukan pihak ketiga ini, merupakan sebagai subrogasi yang terjadi karena undang-undang, pihak ketiga di sini membayar hutang debitur karena ada kepentingan untuk melunasinya tanpa perlu adanya persetujuan antara para pihak baik itu antara pihak ketiga dengan kreditur maupun antara pihak ketiga dengan debitur, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1402 angka 3 KUHPerdata: untuk seorang yang bersama-sama dengan orang lain atau untuk orang lain, diwajibkan membayar suatu utang, berkepentingan untuk membayar suatu utang, berkepentingan untuk melunasi utang itu. Subrogasi yang dilakukan pihak ketiga di sini bukan untuk membebaskan debitur dari hutang-hutangnya dan kewajibannya melainkan pihak ketiga menggantikan kedudukan kreditur lama menjadi kreditur baru sehingga debitur mempunyai kewajiban untuk membayar hutangnya kepada pihak ketiga sebagai kreditur baru. III. KESIMPULAN 3 Herlien Budiono,2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian Dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya, Bandung, h. 176 4 Ibid,h.176-177 4

Kedudukan subrogasi sebagai upaya hukum terhadap penyelamatan benda jaminan milik pihak ketiga dalam hal debitur wanprestasi adalah sah karena telah memenuhi ketentuan dalam pasal 1402 angka 3 KUHPerdata. DAFTAR PUSTAKA BUKU Budiono, Herlien, 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian Dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya, Bandung. HS, Salim, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. Mulyadi,Kartini, dan Gunawan Widjaja 2005, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotik, Seri Hukum Harta Kekayaan, kencana, Jakarta. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh Soedharyo Soimin, 2014, Cet. XIII, Sinar Grafika, Jakarta. 5