BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

OLEH : AHMAD NASRULLOH NPM : Dibimbing oleh: 1. ABDUL AZIZ HUNAIFI, S.S, M.A 2. Dr. SUBARDI AGAN, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

ARTIKEL ILMIAH OLEH: HERMIN NOVITA INGGAR SARI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana penting untuk membangun dan membentuk potensi-potensi alamiah yang ada dibenak setiap individu. Pendidikan juga merupakan sesuatu yang universal dan berlangsung secara terus-menerus dan tak terputus dari generasi kegenerasi lainnya dimanapun dan kapanpun. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilainilai luhur sosial kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan satu-satunya aset untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Lewat pendidikan yang bermutu, bangsa dan negara akan terjunjung tinggi harkat dan martabatnya dimata dunia. Serentak dengan itu, melalui pendidikan juga diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan. Dan akhirnya, melalui pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang dipilih masa kini sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan dimasa depan. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mendefinisikan pendidikan, yakni pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 2 adalah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan 1 Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama, Yogyakarta, 2009, hlm.10. 1

2 kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga dan negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Maka, sudah sepatutnya seluruh warga negara Indonesia agar dapat mengenyam pendidikan yang nantinya bisa dijadikan sebagai bekal bagi kehidupannya agar dapat bersaing dikancah internasional. Abad 21 merupakan era dimana kita harus berbenah diri untuk menjadi yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Saat ini pemerintah juga telah mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang seutuhnya yaitu dengan adanya gerakan Revolusi Mental. Revolusi Mental dalam lingkup pendidikan diharapkan dapat melahirkan guru emas, kepala sekolah emas, dan pengawas emas yang dapat menghasilkan generasigenerasi emas bangsa. Proses pendidikan seharusnya tidak lagi seperti yang terjadi di abad 20, yang hanya sekedar untuk memenuhi kepentingan politik para penguasa (totaliter), memenuhi kehendak para industrialis (robotic), bahkan hanya memenuhi kehendak para penjajah yang hanya melahirkan mental kuli (kolonialistik). 3 Oleh karena itu, pendidikan harus membebaskan, membuka pintu bagi peserta didik dalam mewujudkan cita-citanya sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing secara optimal, sehingga diharapkan bisa menjadi pribadi yang siap bersaing dikancah global. Salah satu pendidik yang paling berpengaruh pada abad kedua puluh adalah seorang filsuf, John Dewey. Dewey meyakini bahwa pendidikan memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan minat peserta didik, memperluas dan mengembangkan horizon keilmuan mereka, dan membantu mereka agar mampu menjawab tantangan dan gagasan baru dimasa yang akan 2 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Utara, 2011, hlm.268. 3 E. Mulyasa, Revolusi Mental dalam Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2015, hlm.05.

3 datang. 4 Maka, sekolah/madrasah harus mampu menumbuh kembangkan setiap potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik agar mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang dunia pendidikan, yang pada akhirnya mereka dapat bersaing didunia global ini. Berhasil tidaknya suatu proses pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama, baik stakeholder yang ada disekolah, orang tua siswa maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Pendidik juga harus mampu untuk mempersiapkan sebuah pendekatan dan strategi pembelajaran yang mutakhir agar setiap peserta didik memiliki patokan dan memahami setiap materi yang diberikan oleh pendidik. Sebenarnya, proses belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh emosi. Apabila peserta didik merasa terpaksa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran, mereka akan kesulitan untuk menerima pelajaran atau materimateri yang diberikan oleh pendidik. Maka dari itu, pendidik harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan. Agar pembelajaran menyenangkan, perlu adanya perubahan cara mengajar dari model pembelajaran tradisional menuju model pembelajaran modern dan inovatif. Model pembelajaran inovatif yaitu mengajak peserta didik untuk terlibat secara aktif dan bukan hanya dijadikan sebagai objek. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada pendidik, akan tetapi lebih ditekankan kepada peserta didik. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk belajar sehingga mereka lebih leluasa untuk belajar. 5 Seorang pendidik juga harus memiliki kemauan dan kemampuan dalam menggali setiap pendekatan ataupun model pembelajaran. Tentu dengan adanya sebuah inovasi pembelajaran yang demikian, tentu akan membuat peserta didik tidak jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran. Pendidik hendaknya menuntun peserta didiknya dalam proses pembelajaran, dalam hal ini pendidik tidak sepenuhnya menjadi sumber ilmu 4 Miftahul Huda, Cooperative Learning, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm.03. 5 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, Bandung, 2014, hlm.18.

4 yang utama bagi mereka, melainkan peran pendidik hanya sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping dan lain sebagainya. Peran tersebut dilakukan agar peserta didiknya memiliki keberanian untuk mengeksplor setiap kemampuan yang dimilikinya. Tentunya menjadi peserta didik yang diidam-idamkan oleh negara dan agamanya. Generasi yang demikian itu, tentu akan memberikan kontribusi yang positif bagi negara Indonesia ini. MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara merupakan salah satu lembaga pendidikan tingkat Madrasah Tsanawiyah di kabupaten Jepara. Madrasah tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu Madrasah yang menerapkan model atau pendekatan pembelajaran aktif dan kreatif terhadap peserta didiknya. Sebagai contohnya adalah dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Jepara, para pendidiknya telah mengadakan inovasi dan kreasi dalam proses pembelajaran yaitu dengan memperkenalkan kepada para peserta didiknya dengan suatu pendekatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat secara mudah untuk mencerna materi pembelajaran yang diberikan oleh pendidik. Selain itu, dengan adanya pendekatan tersebut, tentu peserta didik lebih berpartisipasi aktif dan mereka cenderung tidak akan bosan dan jenuh ketika menerima materi pelajaran, karena pembelajaran yang bermutu merupakan jantungnya pendidikan secara umum. Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus dimiliki atau dilakukan oleh pendidik. Hal ini disebabkan karena dapat membuat pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Kemauan pendidik untuk mencoba menemukan, menggali, dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang munculnya berbagai inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran. 6 Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah/madrasah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Untuk meningkatkan motivasi peserta didik secara aktif dalam proses belajar (student centered) dan merubah paradigma peserta 6 Aris Shoimin, Op.Cit., hlm.21.

5 didik terhadap pembelajaran Akidah Akhlak bukanlah suatu hal yang mudah, salah satu upaya menjadikan peserta didik agar tidak jenuh dan bosan ketika pembelajaran Akidah Akhlak adalah dengan adanya sebuah inovasi pembelajaran yaitu dengan adanya pendekatan AIR. Pendekatan ini singkatan dari auditory, intellectually, repetition atau sebagian orang menyebutnya dengan pendekatan AIR karena untuk mempersingkatnya. Pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang menuntun peserta didik agar berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran dan tentunya peserta didik juga akan memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya secara komprehensif. Pendekatan ini terdiri dari tiga komponen yaitu: auditory (belajar dengan mendengar), intellectually (belajar dengan berfikir) dan repetition (pengulangan) agar belajar menjadi efektif dan bermakna. Pada tahapan auditory, seorang pendidik tidak hanya menyampaikan materi yang ada kepada peserta didik, akan tetapi peserta didik juga dilatih untuk mendiskusikan materi pelajaran dan kemudian menyampaikan hasilnya. Ini berarti peserta didik dilatih untuk mendengarkan materi yang diterimanya dan kemudian mereka diberi kesempatan untuk berbicara atau menyampaikan materi yang diterimanya. Tahap intellectually, peserta didik harus berkonsentarasi penuh dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan kemampuan berfikir (mindon) untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, permasalahan-permasalahan yang ada harus dipecahkan oleh peserta didik agar mereka memiliki kemampuan untuk menganalisis materi pembelajaran. Sedangkan pada tahap repetition, yaitu sebuah pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman peserta didik melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. Terkadang tidak semua peserta didik ingat secara betul materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Maka dari itu, tahapan repetition dianggap penting karena dengan adanya tahapan tersebut dapat meningkatkan daya ingat masing-masing peserta didik. Adanya tahapan

6 repetition seperti ini, tentu guru akan dengan mudah mengetahui seberapa besar kemampuan kognitif yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pendekatan pembelajaran auditory, intellectually, repetition (AIR) ini memang mirip dengan pendekatan somatic, auditory, visualization, intellectually (SAVI) dan visualization, auditory, kinestetic (VAK). Akan tetapi, perbedaannya terletak pada repetition yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara peserta didik dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. 7 Materi pembelajaran Akidah Akhlak memang sangat berkaitan dengan kehidupan sekitar, karena menyangkut mengenai akhlak atau sikap yang harus dimiliki oleh masing-masing orang. Akhlak yang baik adalah cerminan dari pribadi yang baik pula. Maka dari itu, pendidik memang harus menerapakan pendekatan pembelajaran yang bermakna yaitu dengan pendekatan AIR (auditory, intellectually, repetition) agar materi pembelajaran yang disampaikan dapat dijadikan acuan oleh peserta didik dalam aspek kehidupan. Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang terfokus pada Penerapan Pendekatan Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Analisa Siswa pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah gejala suatu objek itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti antara lain hlm.168. 7 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2012,

7 meliputi, aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. 8 Maka dari itu, peneliti akan memfokuskan dan membatasi penelitian ini mengenai penerapan pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan analisa siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara tahun pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman dan analisa siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara tahun pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana penerapan pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan analisa siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara tahun pelajaran 2015/2016? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang disebutkan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara tahun pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dan analisa siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara tahun pelajaran 2015/2016. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm.285.

8 3. Untuk mengetahui penerapan pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan analisa siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Pecangaan di Bawu Batealit Jepara tahun pelajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang bisa diambil, baik secara teoritis maupun secara praktis antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi khasanah keilmuan, terutama yang berkaitan dengan penerapan pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) pada proses pembelajaran Akidah Akhlak. Selain itu, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan cakrawala berfikir bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca yang budiman. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas atau mutu output madrasah, khususnya pada mata pelajaran Akidah Akhlak. b. Bagi Guru PAI Dapat menambah khasanah keilmuan baru, karena guru dapat termotivasi untuk menciptakan pendekatan-pendekatan yang baru agar proses pembelajaran dapat tercapai secara maksimal sesuai yang diharapkan. c. Bagi Peserta Didik Dengan pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR), diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan memotivasi setiap peserta didik agar lebih rajin dan giat untuk belajar, terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

9 d. Bagi Peneliti Dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai penerapan pendekatan auditory, intellectually, repetition (AIR) dalam meningkatkan kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Selain itu, sebagai motivasi untuk melakukan inovasi-inovasi dalam setiap proses pembelajaran terutama dalam rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI).