BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

ANDRI HERMAWAN YUSUF,

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Hasil pengolahan data ini meliputi perhitungan rata-rata, simpangan baku, uji

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dan memproses pengetahuan. Hal ini berarti Kondisi menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinovasi serta berkreasi untuk melakukan perubahan-perubahan. yang besar demi kemajuan bangsa serta negara.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Metsi Daud 1. Keywords: Emotional Intelligence, Academic Achievement

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(soleh, 1988).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Masa depan bangsa ini berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan olahraga perlu terus dilakukan untuk itu pembentukan sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan perusahaan, karena peran karyawan sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum pendidikan. Ciri-ciri yang unik dan khas, bila di tinjau dari tujuan yang ingin dicapai, tujuan pendidikan jasmani adalah menimbulkan perubahan perilaku yang relatif melekat. Lutan (2002 : 15) menyebutkan: secara sederhana, pendidikan jasmani itu tak lain adalah proses belajar untuk bergerak, mulai pengalaman gerak tersebutlah terbentuk perubahan aspek jasmani dan rohani. Guna meningkatkan kesegaran jasmani siswa dapat melakukan berbagai kegiatan olahraga seperti permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas rytmik, akuatik/aktivitas air, pendidikan luar sekolah. Tekanan psikologis diberikan oleh sekolah, lingkungan dan keluarga untuk mendorong siswa memenuhi target akademis dan hal itu dianggap sebagai satusatunya ukuran prestasi dan stempel identitas. Tidak ada ruang bagi peserta didikuntuk menggali potensi non akademik yang sesungguhanya berperan lebih besar terhadap pembentukan karakter sebagai manusia yang utuh. Anak merasa dibatasi gerak-geriknya dan merasa tertekan batinnya, kurang sekali kesempatan yang diberikan oleh sekolah untuk melakukan ekspresi bebas baik yang bersifat fisik maupun psikis sebab semuanya telah diatur dan dipastikan mengikuti buku, kurikulum dan stuan pelajaran yang baku. Hal tersebut sejalan

2 dengan penjelasan menurut Kartini (2003:124), sekolah kita sampai waktu sekarang masih berfungsi sebagai sekolah dengar dari pada memberikan kesempatan yang luas untuk membangun aktivitas, kreativitas dan iventitas anak. Karena sesuatu yang serba terbatas, pengajar hanya mampu melakukan orientasi sebatas prestasi akademik, suatu target yang terbentuk indeks prestasi fisik. Kreativitas dan inovasi dengan sendirinya terpasung, siswa hanya difokuskan pada penerimaan materi baku dan tidak ada yang peduli dengan perkembangan kepribadiaanya akibatnya produk pendidikan menengah hanya mampu memahami hal-hal yang bersifat umum/normative/tekstual siswa tidak memahami substansi dan korelasi serta tidak mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh kedunia nyata. Tidak heran bila generasi muda kita selalu mengalami masalah dalam pembentukan pribadi, selalu mencari jati diri dan kesulitan dalam mengekpresikan dirinya secara bebas. Pendidikan disekolah hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja seperti pengetahuan yang bersifat rasdional contohnya berhitung, membaca, menulis, dan lain sebagainya, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan siswa disekolah (Goleman 2002). Menurut Goleman (2002 : 512) yang diterjemahkan oleh T hermaya. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intellegensi (to manage our emotional life with intellegence): menjaga keselarasan empsi dan mengungkapkannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilabn sosial

3 Justru dunia pendidikan saat ini hanya berorientasi pada IQ sedangkan EQ yang seharusnya menjadi prioritas malah diabaikan, karena inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Goleman (2000 : 44) Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan fakor kekuatan-kekuatan yang lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotien (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerjasama. Menurut Goleman (2000 : 61) yang diterjemahkan oleh T. Hermaya, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosional, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional tinggi. Siswa yang memiliki IQ tinggi cenderung lebih tertutup dengan lingkungan sekitar dan kurang bisa menerima perbedaan. Hal ini terjadi karena kurang

4 berkembangnya kecerdasan emosional yang dapat menyebabkan siswa kurang bisa mengembangkan keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial mengontrol diri. Tak heran bila saat ini banyak anak yang pandai secara intelektual, tetapi gagal secara emosional. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa saat ini banyak terjadi tawuran, pemakain narkoba, kenakalan remaja bahkan tindak kriminal. Namun hal tersebut tidak akan terjadi apabila di sekolah terdapat wadah yang bisa menyalurkan bakat dan minat siswa. Kegiatan ekstrakurikuler salah satunya, sejak awal dikenal sebagai media yang mampu memberi ruang penyaluran bagi energi kreatif yang tidak diakui kegiatan ekstrakurikuler memberi banyak manfaat dalam pengembangan siswa selama berada dilingkungan sekolah seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna (1989:125) sebagai berikut: Keterlibatan remaja dalam kegiatan ekstrakurikuler memberi manfaat seperti pemanfaatan waktu senggang yang efektif, belajar berinteraksi dengan orang lain, mengembangkan tanggung jawab memupuk ikatan persaudaraan. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk lebih memantapkan pembentukan kepribadian, dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dan keadaan serta kebutuhan lingkungan. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan untuk siswa sebagai pengisi waktu luang yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Ekstrakurikuler dapat mencegah kegiatan siswa yang menjurus kepada hal-hal yang negatif atau kenakalan remaja.

5 Kebutuhan belajar siswa diharapkan terpenuhi melalui kegiatan ekstrakurikuler selain juga belajar dalam intrakurikuler. Bakat dan minat terhadap suatu kegiatan yang diprogramkan dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapakan dapat tersalurkan, sehingga potensi anak didik dapat dikembangkan secara maksimal. Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dapat memberi nilai positif bagi siswa dalam memanfaatkan waktu luang. Pada beberapa kasus yang dilakukan oleh siswa yang terjadi di kota Bandung diketahui bahwa siswa khusunya yang menginjak usia remaja sering memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai negatif antara lain minum-minuman keras, narkoba, dan perkelahian antara siswa satu sekolah dengan siswa sekolah lain. Kegiatan negatif yang dilakukan para siswa sekolah pada usia remaja dapat mempengaruhi perilaku siswa yang lainnya. Dalam upaya menekan angka terjadinya kegiatan negatif yang dilakukan para siswa, sewajarnyalah kegiatan ekstrakurikuler diprogramkan pada bentukbentuk kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan balajar siswa sehingga berdampak nilai positif dari kegiatan tesebut. Bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Nugraha adalah paskibra, sepak bola, basket, karate, dance, dan lain-lain. Khusus mengenai kegiatan ekstrakurikuler olahraga tidak lepas dari nilai-nilai yang berorientasi pendidikan yaitu keterampilan, kerjasama, saling menghargai, keperibadian serta tanggung jawab. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang tidak lepas dari nilai-nilai berorientasi pendidikan dalam kegiatannya juga menekankan pada pembentukan emosi siswa sehingga diharapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga ini

6 dapat menekan angka terjadinya kegiatan negatif yang dilakukan oleh para siswa dan siswi. Dalam hal ini pula olahraga merupakan kegiatan yang digemari oleh remaja putra maupun remaja putri. Dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga banyak sekali hal-hal yang bisa dikembangkan. Kegiatan olahraga memberi motivasi dan memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas dan dapat dikelola. Hurlock (1993) menyebutkan bahwa permainan yang mampu mengembangkan kecerdasan emosional adalah pola permaian yang bernuansa sosial seperti olahraga beregu karena didalam olahraga beregu melibatkan orang lain atau teman secara penuh. Selain itu juga Gunarsa (2004) mengatakan bahwa olahraga seperti bulu tangkis, tenis, tenis meja, voly dan basket dapat mengembangkan kecerdasan emosi. Sharon dan Kassin (dalam Gunarsa, 2004) juga memasukan olahraga sebagai cara melatih kecakapan emosi, dengan alasan kegiatan olahraga memberi motivasi dan memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas dan dapat dikelola. Dalam kaitan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler untuk tingkat kecerdasan emosional pada diri siswa, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam mengenai Hubungan kecerdasan emosional terhadap kemampuan bekerjasama dipermainan bola basket. Penulis merumuskannya dalam sebuah judul penelitian: Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Bekerjasama di Permainan Bola Basket. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

7 Seberapa besar hubungan kecerdasan emosional dengan kemampuan hasil bekerjasama di permainan bola basket. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan di atas, maka tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan kecerdasan emosional dengan kemampuan hasil bekerjasama di permainan bola basket. D Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat, baik secara praktis maupun teoritis sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Dalam tatanan praktis, penelitian ini diharapakan: a. Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk menjadikan bahan pemikiran dalam mengupayakan layanan yang dapat diberikan kepada para siswanya, khususnya dalam pengembangan kecerdasan emosional melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga. b. Memberi masukan kapada guru khususnya guru pendidikan jasmani dan kesehatan dalam mengembangkan program kegiatan ekstrakurikuler. c. Sebagai informasi kepada orang tua siswa pengembangan kecerdasan emosional mengikut sertakan upaya mencegah terjadinya kenakalan remaja. d. Serta bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi mereka untuk mengembangkan kecerdasan emosional.

8 2. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai hubungan kegiatan ektrakurikuler terhadap kecerdasan emosional siswa. E Pembatasan Penelitian Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah maka diperlukan batasan masalah. Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut: 1. Penelitian ini tentang hubungan kecerdasan emosional terhadap kemampuan bekerjasama di permainan bola basket. 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Nugraha Kota Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga basket dan yang tidak mengikuti kegiata ekstrakurikuler olahraga basket. Sedangkan sampel penelitian adalah sebanyak 30 orang siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga basket. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket tertutup. 4. Lokasi penelitian di SMA Nugraha Jln. Pln dalam No. 4 Kota Bandung. F Penjelasan Istilah Untuk menghindari salah tafsir tentang istilah yang digunakan, berikut ini diberikan penjelasan beberapa istilah penting dalam penelitian ini. 1. Kecerdasan emosional Menurut Goleman (2002:512), adalah kemempuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intellegensi (to manage our emotional life with intelligence): menjaga keselarasan emosi dan

9 mengungkapkannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. 2. Olahraga menurut Mucthamadji (2005:30) adalah serangkain gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang atau individu debgab sadar dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan fungsional (fungsi-fungsi) tubuh sesuai dengan tujuan melakukan olahraga. 3. Permainan bola basket menurut Muhajir (2003:32) merupakan suatu permainan yang dimainkan dua regu, baik putra maupun putri yang masingmasing regu terdiri dari lima orang pemain. Permainan ini bertujuan untuk mencari nilai atau angka sebanyak-banyaknya dengan cara memasukan bola ke keranjang? basket pada papan pantul lawan dan mencegah lawan unutk mendapatkan angka/nilai Bola dapat dimainkan dengan cara mendorong bola, memukul bola dengan telapak tangan yang terbuka, dan melempar bola atau menggiring bola ke segala penjuru di dalam lapangan permainan. 4. Siswa menurut Lukman Ali (1995:431) adalah murid yang terdaftar disalah satu lembaga. Kaitannya dalam penelitian ini adalah siswa SMA Nugraha Bandung. G Anggapan Dasar Menurut Sugiyono (2000: 13) Anggapan dasar penelitian adalah anggapananggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan dalam melakukan penelitian. Anggapan dasar yang mendasari penelitian ini antara lain:

10 1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan social (Goleman 2002:512). 2. Orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah (Goleman 2000 : 61). 3. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai media yang mampu memberi ruang penyaluran bagi energi kreatif yang tidak diakui yang bertujuan mengembangkan kearah positif agar memiliki inisiatif dan rasa tanggung jawab serta mampu merealisasikan dalam wujud prilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya (Oteng Sutisna 1989). 4. Permainan yang mampu mengembangkan kecerdasan emosional adalah pola permainan yang bernuansa sosial seperti olahraga beregu karena didalam olahraga beregu melibatkan orang lain atau teman secara penuh (Hurlock 1993).

11 5. Olahraga sebagai cara melatih kecakapan emosi, dengan alasan kegiatan olahraga memberi motivasi dan memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas dan dapat dikelola (Sharon & Kassin, dalam Gunarsa, 2004). H Hipotesis Menurut Sugiono (2008:96) hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, perumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan pernyataan di atas maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Terdapat hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan kemampuan hasil bekerjasama di permainan bola basket.

12