BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

SKRIPSI PENGARUH ZAKAT YANG DIKELOLA BAZDA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa,dan haji. Melaksanakan zakat adalah wajib,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAB V PEMBAHASAN. A. Konsep Strategi Peningkatan Pengumpulan ZIS di BAZNAS Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima Rukun Islam yang wajib dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. dengan persoalan-persoalan ritual saja tapi juga menyentuh aspek-aspek. kehidupan yang lain, seperti ekonomi, politik, dan hukum.

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

Sambutan Presiden RI pada Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang, 8 Januari 2010 Jumat, 08 Januari 2010

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH PADA LEMBAGA ZIS AL-IHSAN DAN SOLO PEDULI DI SURAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya lembaga filantropi di dalam memberdayakan usaha mikro agar dapat menjadikan manusia yang produktif melalui peran penyaluran dana ZIS yang telah dikumpulkan. Hal ini penting untuk digerakkan, karena perintah di dalam Al-Quran bahwa kekayaan seseorang harus didistribusikan kepada yang berhak menerimanya. Dalam hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin dan menjadikan manusia itu tidak memiliki sifat yang konsumtif. Pengentasan kemiskinan harus terus digerakkan dan ditindak lanjuti untuk terciptanya keadilan sosial dan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi menjawab atas pertanyaan bahwa negara memiliki tanggung jawab untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua orang, maksud dari pertanyaan tersebut adalah apa saja yang termasuk kebutuhan dasar yang dimaksudkan (Siddiqi, 1986 : 258 dalam Haneef, 2010:49) menyatakan : Bahwa kebutuhan dasar mencakup apa saja yang diperlukan untuk menjaga agama, kehidupan, akal, keturunan, dan harta. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa praktik, kebutuhan dasar itu akan berupa cukup makan, pakaian, perumahan, jaminan kesehatan, pendidikan dan juga perlu, hal-hal seperti peralatan, transpor, bahan bakar dan sebagainya(siddiqi, 1986 : 261-4 dalam Haneef, 2010:49). Salah satu fungsi zakat adalah fungsi ekonomi yang mana zakat dapat merubah mustahiq (penerima zakat) menjadi muzakki (pembayar zakat). Dalam

Al-Quran Allah SWT menurunkan 37 ayat tentang zakat, perintah zakat juga hampir selalu disandingkan dengan kewajiban shalat. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya zakat dalam kehidupan manusia. Khususnya dalam penegakan keadilan ekonomi dan peredaran harta benda. Meninggalkan zakat sama halnya dengan meninggalkan ibadah sholat yang apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa. Banyak kalangan di Tanah Air, khususnya ahli hukum zakat dan ekonom muslim yang memprediksi bahwa, jika zakat dikelola dengan baik dan optimal, maka zakat akan menjadi salah satu solusi dari sasaran akhir perekonomian negara yakni mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat(asnaini, 2010: 19). Potensi zakat, infak, dan sedekah di Indonesia pada khususnya dana zakat cukup besar dengan mayoritas umat beragama Islam.Berdasarkan hasil riset BAZNAS dan IDB (Islamic Development Bank), potensi zakat di Indonesia cukup besar(http://alirsyady.blogspot.com). Mari kita lihat sebaran Potensi Zakat tersebut, yaitu : Tabel 1.1 Potensi Dana Zakat yang Dihimpun di Indonesia Tahun Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Potensi Zakat yang Dihimpun Rp. 100 triliun Rp. 217 triliun Rp.300 triliun Sedangkan dana zakat yang dihimpun oleh BAZNAS tiap tahunnya tidak pernah mencapai potensi yang telah dihitung atau diperkirakan. Atas dasar ini

diperlukan energi yang lebih dalam penggerakan demi kesejahteraan para mustahiq. Data jumlah dana zakat yang telah dihimpun oleh BAZNAS adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Pertumbuhan Penghimpunan Zakat Nasional di Indonesia Setiap Tahunnya Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah (Milyar Rupiah) 68,39 85,28 150,09 295,52 373,17 740,00 920,00 1.200,00 1.500,00 1.730,00 2.200,00 Pertumbuhan Tahunan(%) - 24,70 76,00 96,90 26,28 98,30 24,32 30,43 25,00 15,33 27,17 Sumber :http://ekonomrabbani29.blogspot. Banyak faktor yang dapat dijelaskan atas realita yang terjadi atas penghimpunan dana zakat ini. Salah satu faktor tersebut, menurut salah seorang intelektual Muhammadiyah sebagai pengamat filantropi ini menjelaskan : Pasalnya, pelaksanaan zakat di Indonesia, bahkan di pelbagai dunia Islam lainnya, masih bersifat kerelaan alias berdasarkan kesadaran individu masing-masing. Seorang muslim yang tidak membayar zakat tidak akan mendapat konsekuensi sosiologis, politis, ataupun hukum, misalnya dalam bentuk sanksi. Tidak membayar zakat, dalam konteks negara Indonesia, dianggap bukan sebuah pelanggaran hukum normatif yang mengharuskan adanya sanksi. Dengan demikian, praktik zakat di Indonesia sangat berbeda bila dibandingkan dengan zaman Rasulullah SAW ataupun masa sahabat, ketika zakat merupakan salah satu bentuk instrumen fiskal paling awal. Perlu dicatat pula bahwa pelaksanaan zakat yang bersifat kerelaan dan kesadaran juga diterapkan di negara-negara muslim lainnya.

Bentuk praktik zakat yang berbasis kerelaan seperti di atas berbeda dengan pelaksanaan pajak. Tidak membayar pajak berarti tidak taat hukum dan otomatis melanggar perundang-undangan yang berlaku. Seseorang yang tidak membayar pajak atau diketahui menggelapkan pajak, secara normatif dapat dikenai sanksi oleh negara. Untuk itulah, dalam dua dekade terakhir, keinginan untuk mengompromikan praktik zakat dan pajak di Indonesia sudah dikampanyekan oleh beberapa kalangan, meskipun gagasan tersebut masih mengundang kontroversi. Dari sisi ekonomi, pajak dan zakat memang tidak jauh berbeda tapi dari sisi teologis jelas tidak sama (latif, 2010 ; 53-54). Zakat di Indonesia akan berdampak dapat mengurangi bahkan mengentaskan kemiskinan bila saja antar lembaga zakat di Indonesia bisa berkoordinasi dengan baik. Sedangkan dana ZIS yang dikumpulkan (Laporan global penerimaan dan penyaluran/pendayagunaan ZIS BAZDA Kota Jambi) adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Laporan Keuangan Penerimaan Dana ZIS Pada BAZDA Kota Jambi Tahun Dana Masuk 2009 Rp. 902.822.488,20 2010 Rp.854.012.742,38 2011 Rp. 1.072.573.665,66 2012 Rp. 1.152.568.374,41 2013 Rp. 1.113.015.001,27 Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2013 mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 sebanyak 28,59 juta orang (11,66 persen). Perkembangan penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini (http://www.bps.go.id).

Gambar 1.1 Perkembangan Penduduk Miskin Penting dan besarnya fungsi zakat menurut ajaran Islam belum teratasinya persoalan kemiskinan di Indonesia, seharusnya menjadi motivasi bagi pengelola ZIS yang dapat diandalkan menjadi salah satu pendekatan solusi bagi persoalan bangsa.persoalan pengentasan kemiskinan terhadap pengelolaan dana ZIS pada saat ini kurang maksimal, namun cukup memberikan dampak yang signifikan dalam pengurangan kemiskinan.hal ini dikarenakan dikalangan muslim misalnya tradisi Filantropi identik dengan praktik memberi (giving practices) baik dengan motivasi kamanusiaan, keagamaan, maupun keduanya. Kampanye untuk menggiatkan pembayaran zakat dan pemberian sedekah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pengelola dana filantropi Islam saat ini tengah menjadi tren. Hal ini diindikasikan diantaranya oleh semakin banyaknya lembaga-lembaga filantropi Islam yang mampu mengelola dana masyarakat dalam jumlah besar (Latief, 2013:166).

Penelitian oleh Lembaga Riset dan IRTI(Islamic Research and TrainingInstitute)serta ThomsonReuters,memperkirakan bahwa donasi zakat dapat menyumbang secara signifikan pada pengentasan kemiskinan di negaranegara dengan populasi muslim besar seperti Indonesia, India, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Singapura dan Brunei. Penelitian yang dilaporkan oleh IRTI dilansir Reuters menemukan bahwa aset-aset ini termasuk portofolio real estate yang sangat besar dan seringkali tidak dikelola dengan baik, yang seharusnya dapat mengurangi kemiskinan di seluruh masyarakat muslim (http://akarpadinews.com diakses 27 maret 2014). Menurut Azmi Omar Direktur Jenderal IRTI, unit dari Bank Pembangunan Islam yang berbasis di Jeddah mengatakan dalam penelitiannya bahwa pada tingkat mikro, lembaga-lembaga di sektor ini perlu membahas masalah keberlanjutan pasokan dana. Masih menurut penelitian tersebut, ternyata sulit memobilisasi sumber-sumber daya ini karena kurangnya standar dan definisi yang diterima secara global mengenai aset apa yang bisa dijadikan zakat dan bagaimana memperkirakan donasi zakat. Padahal ini dapat melibatkan para profesional yang cukup terlatih tidak hanya dalam ekonomi syariah, namun juga dalam teknik-teknik manajemen finansial modern untuk lembaga amal dan nirlaba (http://akarpadinews.com diakses 27 maret 2014). Menurut Yusuf Qardawi pada dasarnya kemiskinan juga menjadi perhatian setiap agama yang memperhatikan dari segi sosial, tanpa itu persaudaraan dan kehidupan sentosa tidak akan terwujud.beberapa catatan

tentang sikap agama-agama terhadap kemiskinan antara lain(qardawi, 2002: 15) : 1. Perhatian itu tidak lebih dari pada sekedar anjuran supaya manusia berbuat baik dan kasih kepada orang-orang miskin. 2. Perhatian itu belum sampai pada tingkat wajib, dimana orang yang tidak melakukannya dipandang tidak melakukan kewajiban. 3. Realisasi perbuatan baik terserah kepada kemurahan hati pribadipribadi, sedangkan negara tidak berwenang mengumpulkan dan mendistribusikannya. Permasalahan sosial selalu menjadi bahan perbincangan karena menyangkut kehidupan masyarakat. Belajar dari pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dengan memberikan subsidi bagi yang tidak mampu hanya akan membuat masyarakat tidak mandiri dan selalu bergantung pada orang lain. Program ini mampu mengurangi kemiskinan tetapi tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan bahkan akan menimbulkan permasalahan yang baru yaitu mendidik masyarakat menjadi masyarakat yang lemah dan pemalas. Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang pengentasannya dengan mendidik mereka hidup secara mandiri dengan memaksa mereka untuk bekerja dengan memberikan modal kepada mereka kemudian mereka diminta untuk mengelola usaha mereka. Menurut Yusuf Qardawi, untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan memberikan zakat kepada yang berhak, karena zakat bisa menanggulangi kemiskinan jika dibayar oleh mereka yang mampu. Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya agar bersifat dermawan, membantu yang lemah, saling menghargai satu sama lain dan mempersaudarakan sesama manusia.

Zakat, Infaq, Sedekah adalah bentuk kedermawanan yang diajarkan oleh Islam kepada umatnya. Jika diamati dan dipikir secara mendalam manfaat zakat itu sungguh sangat besar. Pada permulaan Islam zakat dimafaatkan untuk pembangunan bangsa dan negara, pemungutan dan pengelolaannya ditangani oleh pemerintah, siapa yang melalaikan kewajiban itu akan ditindak oleh pemerintah(syaltout, 1963: 108-109). Potensi zakat cukup besar karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, mengingat hal tersebut perlu untuk dikembangkan. Menurut pandangan Islam, salah satu cara untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah melalui zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Dengan adanya UU. NO. 23 Tahun 2011 yang telah direvisi dari UU Zakat sebelumnya dan atas perintah Presiden Susilo Bambang Yudoyono selaku Presiden RI Nomor 8 tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001, sehingga BAZNAS terbentuk dengan mencakup beberapa BAZ Daerah se-indonesia. BAZ Daerah Kota Jambi berdiri tahun 2001 hingga sampai dengan sekarang. Dalam penelitian ini akan mencermati peran penyaluran dana ZIS pada program produktif terhadap perkembangan usaha mikro di daerah Kota Jambi, yaitu Zakat diberikan dalam bentuk bantuan modal usaha. Dengan adanya bantuan modal usaha diharapkan pendapatan penerima Zakat (mustahiq) dapat meningkat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kesejahteraan mustahiq. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka menjadi hal yang sangat penting untuk mengetahui sejauh mana program

BAZDA pada penyaluran dana ZIS yang telah dikumpulkan pada Kota Jambi dapat memberdayakan usaha mikro dalam kesejahteran mustahiq, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk pengelolaan dana ZIS pada BAZDA Kota Jambi dalam penyaluran dana secara produktif terhadap peningkatan kesejahteraan mustahiq? 2. Bagaimana perandana ZIS secara produktif dapat membantu usaha mikro di Kota Jambi? 3. Apasaja peran dana ZIS pada BAZDA Kota Jambi dalam penyaluran dana secara produktif agar dapat mengentaskan kemiskinan di Kota Jambi?