2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemeri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 57 / HUK / 2010 TENTANG PENDIRIAN TAMAN ANAK SEJAHTERA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENERBITAN KARTU PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

2016, No Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86); 5. Per

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110 / HUK /2009 TENTANG PERSYARATAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Re

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

2017, No menetapkan Peraturan Presiden tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang D

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERKAWINAN USIA ANAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 26 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PASUNG DI PROVINSI JAWA TENGAH

2016, No mengalihkan Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota menjadi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kelautan dan Peri

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

2 Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran N

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SEKOLAH RAMAH ANAK

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1410, 2015 KEMENSOS. Anak Penyandang Disabilitas. Pelayanan Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak penyandang disabilitas merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama dengan masyarakat Indonesia lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan; b. bahwa untuk mewujudkan kesamaan kedudukan, hak, kewajiban, dan peran anak penyandang disabilitas diperlukan sarana prasarana dan upaya yang optimal, terpadu, dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan menciptakan kemandirian dan kesejahteraan anak penyandang disabilitas; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Pelayanan Sosial Bagi Anak Penyandang Disabilitas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3670); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251); 6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 7. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86); 8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kcrja Kementerian Sosial; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK PENYANDANG DISABILITAS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal l Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2. Anak Penyandang Disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. 3. Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan

3 penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 4. Pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas adalah semua layanan untuk anak penyandang disabilitas yang mencakup pemenuhan hak hidup, pemenuhan kebutuhan dasar, pemenuhan hak identitas, perlindungan, pengasuhan, pemenuhan partisipasi, pemenuhan aksesibilitas, pemenuhan pengembangan potensi, serta minat dan bakat anak. 5. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga. 6. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, badan hukum atau usaha, dan lembaga kesejahteraan sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang sosial. 7. Penyelenggara pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas adalah perseorangan, keluarga, kelompok masyarakat, atau instansi/lembaga yang melaksanakan pelayanan sosial anak penyandang disabilitas. Pasal 2 Pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan sosial untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan Anak Penyandang Disabilitas. Pasal 3 Penyelenggaraan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas yang utama dilakukan oleh keluarga. Pasal 4 Pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas bertujuan: a. memenuhi hak Anak Penyandang Disabilitas; b. meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan Anak; c. meningkatnya tanggung jawab keluarga dan masyarakat atas kesejahteraan Anak Penyandang Disabilitas melalui perawatan dan pengasuhan, dengan tidak memberikan stigma dan diskriminasi; dan d. meningkatkan perlindungan Anak Penyandang Disabilitas dari ketelantaran, kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan salah. Pasal 5 Sasaran pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas ditujukan kepada: a. Anak Penyandang Disabilitas; b. keluarga; dan c. masyarakat.

4 Pasal 6 Dalam memberikan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas perlu memperhatikan: a. penghormatan pada martabat Anak; b. kepentingan terbaik untuk Anak; c. nondiskriminasi; d. kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak; e. menghargai pandangan dan pendapat Anak; dan f. perlindungan dari penelantaran, kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan salah. Pasal 7 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan masyarakat bertanggung jawab atas pemenuhan hak Anak Penyandang Disabilitas. BAB II PELAKSANAAN PELAYANAN SOSIAL ANAK PENYANDANG DISABILITAS Pasal 8 (1) Pengasuhan terbaik bagi Anak Penyandang Disabilitas berada dalam keluarga. (2) Dalam hal Anak Penyandang Disabilitas tidak memiliki keluarga, telantar, atau tidak diketahui keluarganya, Anak dapat diasuh oleh keluarga pengganti atau melalui orang tua asuh, perwalian, dan/atau pengangkatan anak. (3) Dalam hal pengasuhan Anak Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dimungkinkan, Anak dapat diasuh oleh lembaga sebagai alternatif terakhir. Pasal 9 Jenis disabilitas Anak terdiri atas: a. fisik; b. mental; c. intelektual; dan/atau d. sensorik. Pasal 10 Pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas dilakukan dengan cara: a. pemenuhan hak hidup Anak; b. pemenuhan kebutuhan dasar Anak; c. pemenuhan hak identitas Anak; d. perlindungan Anak; e. pengasuhan Anak; f. pemenuhan partisipasi Anak; g. penyediaan aksesibilitas Anak; dan h. pemenuhan pengembangan potensi, minat, dan bakat Anak.

5 Pasal 11 Pemenuhan hak hidup Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi: a. penerimaan atas Anak Penyandang Disabilitas apa adanya; b. merawat dan mengasuh Anak sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan Anak; c. tidak menelantarkan Anak; dan/atau d. tidak melakukan pengguguran terhadap calon Anak yang dideteksi mengalami disabilitas. Pasal 12 Pemenuhan kebutuhan dasar Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi: a. kebutuhan nutrisi, sandang, pangan, dan papan; b. pendidikan; c. kesehatan; dan d. terapi dan pemeriksaaan awal. Pasal 13 Pemenuhan hak identitas Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c meliputi akta kelahiran, kartu tanda penduduk, dan/atau kartu keluarga. Pasal 14 (1) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d meliputi perlindungan dari ketelantaran, kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan salah bagi Anak Penyandang Disabilitas. (2) Dalam hal Anak Penyandang Disabilitas telantar, miskin, dan/atau tidak mampu, mengalami kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan salah, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dapat memberikan bantuan sosial. Pasal 15 (1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) berupa: a. uang tunai; dan/atau b. terapi psikososial. (2) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan kemampuan keuangan negara. Pasal 16 Pemenuhan pengasuhan Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e meliputi: a. pemberian perhatian dan kasih sayang; b. bimbingan aktivitas sehari-hari Anak berdasarkan jenis disabilitas; c. deteksi dini; dan d. bimbingan terapi untuk mengoptimalkan tumbuh kembang Anak.

6 Pasal 17 Pemenuhan partisipasi Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf f meliputi hak berpendapat dan pengambilan keputusan berkaitan dengan kehidupannya. Pasal 18 Penyediaan aksesibilitas anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g, dilakukan dengan kegiatan: a. melakukan rujukan; b. mengadakan jejaring kemitraan; c. menyediakan fasilitas; dan/atau d. menyediakan informasi. Pasal 19 Pemenuhan pengembangan potensi, minat, dan bakat Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf h meliputi: a. penggalian potensi; b. pengembangan kemampuan yang dimiliki; dan c. peningkatan potensi sesuai dengan minat dan bakat. Pasal 20 (1) Pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. (2) Pelaksanaan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas dilakukan oleh Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan/atau masyarakat. Pasal 21 Sumber daya manusia penyelenggara pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas terdiri atas: a. pekerja sosial profesional; b. tenaga kesejahteraan sosial; c. relawan sosial; dan d. penyuluh sosial. Pasal 22 Penyelenggara pelayanan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan cara: a. identifikasi kebutuhan; b. asesmen; c. merencanakan pelayanan sosial yang dibutuhkan; d. mengakses pelayanan sosial; e. melaksanakan program pelayanan sosial; f. evaluasi pelayanan yang sudah dilakukan; g. pengakhiran pelayanan sosial; dan h. membuat laporan.

7 BAB III METODE DAN TEKNIK PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK PENYANDANG DISABILITAS Pasal 23 Metode pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas meliputi: a. bimbingan sosial individu; b. bimbingan sosial kelompok; dan c. bimbingan pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Pasal 24 Bimbingan sosial individu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a berupa bimbingan kepada Anak Penyandang Disabilitas dan keluarganya secara langsung dan tatap muka. Pasal 25 Bimbingan sosial kelompok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b berupa kegiatan yang dilakukan melalui kelompok agar Anak Penyandang Disabilitas dan keluarga dapat mengatasi permasalahannya. Pasal 26 Bimbingan sosial pengorganisasian dan pengembangan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c berupa pendekatan yang digunakan untuk mengorganisasi masyarakat serta memanfaatkan sistem sumber yang tersedia dalam masyarakat yang dibutuhkan oleh Anak Penyandang Disabilitas. Pasal 27 Teknik yang digunakan dalam pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas meliputi: a. komunikasi; b. wawancara; c. pemantauan dan evaluasi; d. supervisi; e. pendayagunaan sumber; dan/atau f. penyuluhan sosial. Pasal 28 Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan teknik pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas berbasis keluarga dan masyarakat diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal. BAB IV PERAN MASYARAKAT Pasal 29 (1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas luasnya untuk berperan dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial Anak Penyandang Disabilitas. (2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh:

8 a. perseorangan; b. keluarga; c. organisasi keagamaan; d. organisasi sosial kemasyarakatan; e. lembaga swadaya masyarakat; f. organisasi profesi; g. badan usaha; h. lembaga kesejahteraan sosial; dan i. lembaga kesejahteraan sosial asing. (3) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk mendukung keberhasilan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas; (4) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam bentuk: a. pembentukan forum keluarga yang memiliki Anak Penyandang Disabilitas; b. penguatan kapasitas keluarga dalam mengasuh Anak Penyandang Disabilitas; c. rujukan pada akses pelayanan sosial; d. aksesibilitas di lingkungan masyarakat; e. penyadaran masyarakat terhadap keberadaan Anak Penyandang Disabilitas; f. advokasi terhadap Anak dan keluarga; g. pemanfaatan dan pendayagunaan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat; h. pengembangan jejaring kerja; i. pendampingan pemberian saran dan pertimbangan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyusunan peraturan perundang-undangan; dan j. pemberian bantuan berupa material, finansial, dan pelayanan bagi Anak Penyandang Disabilitas. BAB V KOORDINASI Pasal 30 (1) Koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas dilaksanakan oleh Kementerian Sosial bekerja sama dengan Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota serta bekerja sama dengan pihak lainnya. (2) Koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berjenjang dan berkelanjutan sesuai dengan tahapan pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas.

9 Pasal 31 Koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas dilaksanakan melalui pengembangan jaringan kemitraan secara lintassektor baik dengan intansi, masyarakat, maupun dunia usaha. BAB VI TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG Pasal 32 (1) Penyelenggaraan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. (2) Pemerintah Pusat membuat kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria. (3) Pemerintah Daerah provinsi berwenang melaksanakan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas dalam panti. (4) Pemerintah Daerah kabupaten/kota berwenang melaksanakan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas luar panti. BAB VII PENDANAAN Pasal 33 Pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas meliputi: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah; dan c. sumber pendanaan lain yang sah berdasarkan ketentuan perundangundangan. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 34 (1) Menteri Sosial melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas kepada Pemerintah Daerah provinsi. (2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota. (3) Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas di wilayahnya.

10 BAB IX PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN Pasal 35 Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota melalui instansi/dinas yang menyelenggarakan urusan di bidang sosial secara berjenjang. Pasal 36 (1) Evaluasi pelaksanaan pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas dilakukan oleh Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota melalui instansi/dinas yang menyelenggarakan urusan di bidang sosial. (2) Hasil evaluasi pelaksanaan pelayanan sosial Anak Penyandang Disabilitas digunakan sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan untuk tahun berikutnya. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 37 (1) Bupati/walikota menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas di wilayahnya kepada gubernur. (2) Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan pelaksanaan pelayanan sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas di wilayahnya kepada Menteri Sosial dan Menteri Dalam Negeri. (3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan setiap tahun anggaran. (4) Bentuk dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

11 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Agustus 2015 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, KHOFIFAH INDAR PARAWANSA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 September 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY