DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 137 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Personel fasilitas keamanan penerbangan yang telah memiliki lisensi

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telp PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP 260 Tahun 2012

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 139 TAHUN 2018 TENTANG PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN OPERASI FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Lembaga Penyelenggaraan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan

2015, No Peraturan Pemerintah 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Ind

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 330 Undang-Undang

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBllK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5884); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 626 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lemba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Pemerintah 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

butir 7.12, dan butir 7.13 Peraturan Menteri Perhubungan

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 2 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran

2015, No Antara Pemerintah Dengan Badan Usaha Pelabuhan di Bidang Kepelabuhanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pela

Menimbang : a. bahwa ketentuan persyaratan sertifikasi dan operasi

2018, No Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 273/KMK.05/2017 tanggal 13 Maret

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 546 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 No

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

2017, No Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam N

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan.

2017, No Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035) 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan (Lembaran N

Transkripsi:

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 94 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 137 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa ketentuan tentang Program Pendidikan dan Pe1atihan Keamanan Penerbangan Nasiona1 te1ah diatur da1am Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 137 tahun 2015 tentang Program Pendidikan dan Pe1atihan Keamanan Penerbangan Nasiona1; b. bahwa da1am perkembangan pe1aksanaan pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan diperlukan penyempurnaan terhadap Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 137 Tahun 2015 tentang Program Pendidikan dan Pe1atihan Keamanan Penerbangan Nasiona1; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da1am huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 137 Tahun 2015 tentang Program Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Penerbangan Nasiona1;

-2- Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 59 Tahun 2015 tentang Kriteria, Tugas, Dan Wewenang Inspektur Penerbangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 409); 5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 92 Tahun 2015 tentang Program Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 765); 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 127 Tahun 2015 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1288); 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 137 Tahun 2015 tentang Program Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Penerbangan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1349); 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012); Menetapkan : MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN TENTANG MENTERI

- 3 - PERHUBUNGAN NOMOR PM 137 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PELATIHAN DAN PENDIDIKAN KEAMANAN PENERBANGAN NAS10NAL. PasalI Beberapa ketentuan dalam Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 137 Tahun 2015 tentang Program Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Penerbangan Nasional, diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Butir 4.3.1 pada Bab IV diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 4.3.1 Personel Keamanan Penerbangan a. Kualifikasi 1. Personel Keamanan Penerbangan terdiri dari: a) Pengamanan Penerbangan (Basic/ Guard Aviation Security); b) Pemeriksa Keamanan Penerbangan (Junior/ Screening Aviation Security); dan c) Pengawas Keamanan Penerbangan (Senior/ Supervisor Aviation Security). 2. Kriteria calon personel keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud angka 1 meliputi: a) Kriteria umum personel keamanan penerbangan 1) pendidikan formal minimal lulusan sekolah menengah lanjutan atas dan/ atau sederajat; 2) memenuhi persyaratan kesehatan (jasmani dan rohani); 3) tingkat emosi stabil;

- 4-4) berkelakuan baik; 5) tidak pernah terlibat tindak pidana; 6) memiliki sertifikat kompetensi pendidikan dan latihan di bidang keamanan; 7) tinggi badan pria minimal 165 em dan berat badan proporsional; 8) tinggi badan wanita minimal 160 em dan berat badan proporsional; 9) bahasa inggris minimal pasif; 10) kemampuan penglihatan dan pendengaran baik; 11) dapat membedakan warna sesuai pada tampilan mesin x ray (tidak buta warna); 12) keterampilan komunikasi baik seeara lisan dan tulis serta memiliki kemampuan interpersonal yang baik untuk mempertahankan layanan pelanggan sehingga dapat memastikan bahwa fungsi keamanan dapat dilakukan seeara efektif; memiliki integritas dan loyalitas; dan 13) bebas dari alkohol atau zat terlarang. b) Kriteria khusus personel pengamanan penerbangan (basic/guard aviation security) meliputi: 1) usia minimal 18 tahun; 2) mengikuti pelatihan basic avsec; dan

- 5-3) mampu melaksanakan pemeriksaan keamanan penerbangan secara manual dan menggunakan peralatan pendeteksi metal. c) Kriteria khusus personel pemeriksa keamanan penerbangan ijunior/screening aviation security) meliputi: 1) mengikuti pendidikan dan pelatihan junior avsec; 2) usia minimal 19 tahun; 3) mampu melaksanakan pemeriksaan keamanan penerbangan secara manual dan menggunakan peralatan pendeteksi metal; 4) mampu melaksanakan pemeriksaan keamanan penerbangan dengan menggunakan peralatan antara lain mesm X - Ray, pendeteksi bahan peledak, pendeteksi cairan dan pemindai tubuh dengan teknologi milimeter wave (body inspection machine); 5) Mampu mengoperasikan peralatan penunda upaya kejahatan dan menganalisa obyek;dan 6) mampu melakukan pengujian kinerja operasl peralatan keamanan penerbangan. d) Kriteria khusus personel pengawas keamanan penerbangan

- 6 - (senior/supervisor aviation security) meliputi: 1) mengikuti pendidikan dan pelatihan senior avsec; 2) usia minimal 22 tahun; 3) memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) ; 4) mampu menilai dan mengoreksi pelaksanaan pemeriksaan keamanan penerbangan secara manual dan menggunakan peralatan pemeriksaan keamanan; 5) Mampu menilai dan mengoreksi pelaksanaan pengoperasian peralatan penunda upaya kejahatan dan menganalisa obyek; 6) Mampu melakukan penilaian kinerja operas! peralatan keamanan penerbangan; 7) mampu mengelola dan mengendalikan kesiapan serta pelaksanaan pemeriksaan dan pengendalian keamanan penerbangan di security check point dan/atau posisi-posisi lainnya; dan 8) mampu menangani permasalahan dan insiden yang terjadi dalam pelaksanaan pemeriksaan dan pengendalian keamanan penerbangan di security check point dan/atau posisi-posisi lainnya.

- 7 - b. Pendidikan dan Pelatihan 1. setiap personel keamanan penerbangan wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan awal (initian sesuai dengan kewenangannya. 2. Pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan sebagaimana angka 1 terdiri dari: a) keamanan penerbangan tingkat dasar (basic aviation security); b) keamanan penerbangan tingkat junior ijunior aviation security); dan c) keamanan penerbangan tingkat senior (senior aviation security). 3. Pendidikan dan pelatihan awal (initial) sebagaimana dimaksud butir angka 1 diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan. 4. Lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud angka 3 harus menerbitkan sertifikat kompetensi bagi personel keamanan penerbangan setelah melaksanakan: a) praktek kerja lapangan (on the job training); b) ujian teori; dan c) ujian praktek. 5. Pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan tingkat juruor sebagaimana dimaksud butir angka 2 huruf b) harus dilengkapi dengan materi x-ray berbasis komputer (Computer Based Training). ~.

- 8-6. Praktek kerja lapangan (On the job training) sebagaimana dimaksud angka 4 huruf a) sekurang kurangnya 40 jam pelajaran 7. Praktek kerja lapangan sebagaimana dimaksud angka 6 harus didampingi oleh instruktur yang memberikan materi ajar dan personel keamanan penerbangan yang berlisensi. 8. Peserta yang telah mengikuti praktek kerja lapangan (on the job training) diberikan surat keterangan dari instansi tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan (on the job training). 9. Nilai minimum kelulusan untuk uj1an teori dan ujian praktek sebagaimana dimaksud angka 4 huruf a) dan b) adalah: a) keamanan penerbangan tingkat dasar (basic aviation security) teori 80 dan praktek 90; b) keamanan penerbangan tingkat junior (junior aviation security) teori 80 dan praktek CBT 80; dan c) keamanan penerbangan tingkat senior (senior aviation security) teori 80 dan praktek 90. 10. Personel keamanan penerbangan yang dinyatakan tidak lulus ujian sertifikat kompetensi awal (initial) dapat mengikuti ujian ulang (re-check) satu kali. 11. Apabila setelah dilakukan ujian ulang (re-check) sebagaimana dimaksud angka 10 masih belum memperoleh nilai minimal kelulusan, maka personel keamanan penerbangan harus

- 9 - mengikuti pendidikan dan pelatihan awal (initial) personel keamanan penerbangan. 12. Setiap personel keamanan penerbangan harus mengikuti pendidikan dan pelatihan perpanjangan (recurrent training) minimal setiap 2 (dual tahun scsuai dengan tugas dan kewenangannya. 13. Pendidikan dan pelatihan perpanjangan (recurrent training) sebagaimana dimaksud angka 12 dilakukan selama 24 jam pelajaran dan dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan yang telah mendapat persetujuan Direktur Jenderal. 14. Setiap personel keamanan penerbangan yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan perpanjangan (recurrent training) harus diberikan surat keterangan. 15. Pendidikan dan pelatihan perpanjangan (recurrent training) harus didokumentasikan (record) oleh instansi tempat personel bekerja. 2. Ketentuan Bab IV setelah Butir 4.2.12 ditambahkan Butir 4.2.13 dan Butir 4.2.14 yang berbunyi sebagai berikut: 4.2.13 Calon personel di bidang keamanan penerbangan dinyatakan tidak lulus seleksi apabila gagal dalam pemeriksaan latar belakang (background check) sebagaimana dimaksud pada butir 4.2.10.

- 10-4.2. 14 Calon personel di bidang keamanan penerbangan dinyatakan gagal dalam pemeriksaan latar belakang - (background check] sebagaimana dimaksud pada butir 4.2.13 antara lain: a. terlibat criminal; b. melakukan pemalsuan dokumen; c. memberikan informasi / data palsu; atau d. terlibat organisasi terlarang. 3. Ketentuan Butir 5.2.3 pada Bab V diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 5.2.3 Pelatihan keamanan penerbangan perpanjangan sebagaimana dimaksud butir 5.2.2 huruf b diberikan setiap 2 (dua) tahun. 4. Ketentuan bab VI ditambah Butir 6.2.7 dan Butir 6.2.8 yang berbunyi sebagai berikut: 6.2.7 Permohonan pengujian lisensi personel keamanan penerbangan dilaksanakan dengan aplikasi berbasis teknoiogi informasi (sistem online). 6.2.8 Tata cara permohonan pengujlan lisensi personel keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud butir 6.2.7 diatur lebih Ianjut daiam peraturan Direktur Jenderal. 5. Ketentuan Butir 7.2.3 pada Bab VII diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 7.2.3 Materi pendidikan dan peiatihan keamanan penerbangan tingkat dasar (basic aviation security) sebagaimana dimaksud butir 7.2.2 huruf a angka 1 sekurang-kurangnya mencakup:

- 11 - a. Materi pendidikan dan pelatihan awal (initian 1. Materi Pendidikan dan Pelatihan Umum a) Gambaran Umum tentang program pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan (Overview ofthe Training Program); b) Kesamaptaan (Pembentukan Mental, Fisik dan Disiplin); c) Pengenalan, Pemeriksaan, dan Perlindungan Keamanan Pesawat Udara; d) Pemeriksaan Keamanan Katering Pesawat Udara; e) Pengenalan Bandar Udara; f) Peraturan-peraturan Keamanan Penerbangan; g) Pengenalan Peralatan Security; h) Pengenalan identifikasi perilaku (behavior recognition and profiling); i) Pemeriksaan penurnpang/orang perorangan (screening of passengers and persons); j) Pemeriksaan manual bagasi/barang (manual search procedures); k) Pemeriksaan kargo dan pos; 1) Penyisiran dan pengamanan daerah steril; m) Pengawasan pintu masuk orang; n) Pengawasan pintu masuk dan pemeriksaan kendaraan; 0) Pengendalian orang dan barang; p) Patroli dan penjagaan; q) Pengenalan barang dilarang (prohibited items);

- 12 - r) Pemeriksaan penumpang khusus (special categories ofpassengers); s) Perlindungan terhadap bagasi tercatat yang telah diperiksa (protection of screened hold baggage); t) Pengendalian jalan masuk ke dan dari daerah keamanan terbatas pada area penanganan bagasi tercatat (access control to security restricted areas where hold baggage is handled); u) Rekonsiliasi penumpang dan bagasi (passenger and baggage reconciliation) 2. Materi pendidikan dan pelatihan khusus (specialized) a) Pengenalan barang berbahaya; b) Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan (contingency plan); dan c) Pencegahan kebakaran. b. Materi pendidikan dan pelatihan perpanjangan (recurrent) 1. Pemeriksaan dan perlindungan keamanan pesawat udara; 2. Pemeriksaan penumpang/orang perorangan; 3. pemeriksaan manual bagasi/ barang; 4. perubahan atau amandemen peraturan nasional dan internasional tentang keamanan penerbangan; 5. Rekomendasi dari hasil inspeksi kendali mutu (quality contro~ keamanan penerbangan;

- 13-6. Pengena1an peralatan baru atau teknologi terbaru; dan 7. Penanganan risiko keamanan penerbangan meningkat. 6. Ketentuan Butir 7.2.4 pada Bab VII diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 7.2.4 Materi pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan tingkat junior (junior aviation security) sebagaimana dimaksud Butir 7.2.2 huruf a angka 2 sekurang-kurangnya mencakup: a. Materi pendidikan dan pelatihan awal (initiaij 1. Materi Pendidikan dan Pelatihan Umum a) Gambaran Umum tentang program pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan (Course Introduction) ; b) Peraturan Keamanan Penerbangan; c) Program Keamanan Penerbangan Nasional; d) Identifikasi Perilaku (behavior recognition and profiling); e) Pengenalan bahan peledak, senjata, peralatan berbahaya; f) Barang Berbahaya (Dangerous Goods); g) Pengoperasian Fasilitas Keamanan Penerbangan (utilization of security equipment); dan h) Praktek kerja fasilitas keamanan penerbangan, pemeriksaan orang dan barang.

- 14-2. Materi pendidikan dan pe1atihan khusus (specialized) a) Pengetahuan nuklir, biologi, kimia dan radiasi (Nubilcara); dan b) Program Penanggulangan Keadaan Darurat (National Contingency Plan). b. Materi pendidikan dan pelatihan perpanjangan (recurrent training) yaitu : 1. Pemeriksaan dan perlindungan keamanan pesawat udara; 2. Pemeriksaan penumpang/orang perorangan; 3. Pemeriksaan manual bagasi/barang; 4. Perubahan atau amandemen peraturan nasional dan internasional tentang keamanan penerbangan; 5. Pengetahuan terkait pelaksanaan kendali mutu keamanan penerbangan; 6. Pengenalan peralatan baru atau teknologi terbaru; dan 7. Penanganan risiko keamanan penerbangan meningkat. 7. Ketentuan Butir 7.2.5 pada Bab VII diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 7.2.5 Materi pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan tingkat seruor (senior aviation security) sebagaimana dimaksud butir butir 7.2.2 huruf a angka 3 sekurang-kurangnya mencakup: a. Materi pendidikan dan pelatihan awal (initial) 1. Materi Pelatihan Umum

- 15 - a) Gambaran Umum tentang program pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan (Course Introduction) ; b) Peraturan Keamanan Penerbangan; c) Program Keamanan Penerbangan Nasional; d) Penilaian identifikasi perilaku (assessment of behavior recognition and profiling); e) Pengenalan bahan peledak, senjata, peralatan berbahaya; f) Barang Berbahaya (Dangerous Goods); g) Pengoperasian Peralatan Keamanan Penerbangan (utilization of security equipment) h) Analisa tampilan peralatan keamanan penerbangan antara lain mesin x-ray dan CCTV; dan i) Praktek kerja fasilitas keamanan penerbangan, pemeriksaan orang dan barang. 2. Materi pendidikan dan pelatihan khusus (specialized) a) Pengetahuan nuklir, biologi, kimia dan radiasi (Nubikara); dan b) Program Penanggulangan Keadaan Darurat (National Contingency Plan). b. Materi pendidikan dan pelatihan perpanjangan (recurrent training) yaitu:

- 16-1. Profiling dalam situasi yang membutuhkan pertimbangan pemeriksaan khusus (Situations requirtnq special screerunq considerations); 2. Manajemen risiko keamanan penerbangan (aviation security risk management); 3. Manajemen krisis keamanan penerbangan (aviation security cnszs management); 4. perubahan atau amandemen peraturan nasional dan internasional tentang keamanan penerbangan; 5. Penanganan terhadap rekomendasi dari hasil pengawasan kendali mutu (quality contron keamanan penerbangan; 6. Pengenalan peralatan baru atau teknologi terbaru; 7. Penanganan risiko keamanan penerbangan meningkat; 8. Informasi tentang trend ancaman terbaru di dunia penerbangan; dan 9. Permasalahan di keamanan penerbangan. 8. Ketentuan Butir 7.2.12 huruf b pada Bab VII diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 7.2.12 Materi pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan bagi instruktur keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Butir 7.2.11 sekurang-kurangnya mencakup: a. Materi pendidikan dan pelatihan awal (initian

- 17-1. Materi Pendidikan dan Pelatihan Umum a) Gambaran Umum tentang tujuan pe1atihan instruktur keamanan penerbangan; b) Peran dan tanggungjawab instruktur keamanan penerbangan; c) Prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran; d) Persiapan dan penyusunan pelaksanaan kegiatan pelatihan; e) Penilaian cara mengajar; f) Pengenalan program pendidikan dan pelatihan keamanan penerbangan dan praktek mengajar dengan menggunakan materi keamanan penerbangan; g) Peraturan keamanan penerbangan nasional dan internasional; h) Sistem keamanan penerbangan dan pengendalian jalan masuk; i) Keamanan penerbangan di darat dan saat terbang; j) Pemeriksaan sebelum boarding; k) Keamanan bagasi, kargo dan pos; 1) Penyisiran dan pemeriksaan pesawat udara; m) Barang-barang yang dibatasi dan dilarang untuk dibawa; n) Prosedur keadaan darurat; 0) Pengetahuan umum tentang terorisme; p) q) Langkah-langkah meningkatkan untuk kepedulian keamanan; dan Peningkatan resiko keamanan penerbangan.

- 18-2. Materi Pendidikan dan Pelatihan Khusus a) Penyajian materi pengajaran; dan b) Praktek mengajar (teaching demo). b. Materi pendidikan dan pelatihan perpanjangan (recurrent) dan/atau penyegaran (refreshing) 1. Peran instruktur keamanan penerbangan dan pengenalan terhadap program keamanan penerbangan nasional; 2. Prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran; 3. Organisasi; 4. Fasilitas dan peralatan; 5. Teknologi terbaru mengenai fasilitas dan peralatan; 6. Gambaran umum mengenat pengembangan pelatihan; 7. Tes dan proses sertifikasi; 8. Penyajian materi; 9. Penilaian kinerja. 10. perubahan atau amandemen peraturan nasional dan internasional tentang keamanan penerbangan; 11. Penanganan terhadap rekomendasi dari hasil pengawasan (quality contron; 12. Penanganan resiko keamanan penerbangan meningkat; 13. Informasi tentang trend ancaman terbaru di dunia penerbangan; dan 14. Permasalahan di keamanan penerbangan.

- 19 - Pasal II Peraturan Menteri mi mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri mi dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Juli 2016 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd IGNASIUS JONAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1072 Salinan sesuai dengan aslinya o HUKUM, f SRILESTARIRAHAY Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19620620 1989032001