GAMBARAN PASIEN GERIATRI MELAKUKAN SWAMEDIKASI DI KABUPATEN SLEMAN DISCRIPTION OF GERIATRIC PATIENTS IN DOING THE SELF MEDICATION IN SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK KIMIA FARMA NO.61 VETERAN

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

INTISARI. Ahmad Rajidin 1 ; Riza Alfian 2 ; Erna Prihandiwati 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Obat herbal

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAKSANAAN KONSELING KEPADA PASIEN DENGAN EVALUASI PELAKSANAAN KONSELING DI APOTEK-APOTEK KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

EVALUASI PELAYANAN APOTEK BERDASARKAN INDIKATOR PELAYANAN PRIMA DI KOTA MAGELANG PERIODE 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

INTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RASIONALITAS PASIEN DALAM MELAKUKAN SWAMEDIKASI DI APOTEK WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

Ulfa Miftachur Rochmah. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : Medication Error, skrining resep, persentase ketidaklengkapan administrasi resep

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

DANIEL ADIARTHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Pemberian Informasi Obat...(Stefy Muliyani Muljabar, dkk) 143

Farmaka Volume 15 Nomor 3 96

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

SWAMEDIKASI PADA PASIEN GERIATRI DI APOTEK AFINA DAN FARMARIN KOTA YOGYAKARTA PERIODE MEI-JULI 2014

HUBUNGAN RINITIS ALERGI DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIAL PADA SISWA/I SMPN 1 MEDAN. Oleh: JUNIUS F.A. SIMARMATA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

EVALUASI IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 35/MENKES/SK/2014 TENTANG PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SLEMAN

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELLITUS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA KELOMPOK LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN KINILOW KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON TAHUN

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

PEMETAAN PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN TERKAIT FREKUENSI KEHADIRAN APOTEKER DI APOTEK DI SURABAYA TIMUR. Rendy Ricky Kwando, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI PERUSDA ANEKA USAHA UNIT APOTEK SIDOWAYAH FARMA KLATEN

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

KEPUASAN PASIEN DIABETES MELITUS RUJUK BALIK PESERTA BPJS KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK DAN APOTEK KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

ABSTRAK FAKTOR SOSIODEMOGRAFI PADA KEJADIAN LUAR BIASA CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN SUNGAI GELAM, KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

EVALUASI TINGKAT KESALAHAN PENGOBATAN SENDIRI (SWAMEDIKASI) DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Transkripsi:

Gambaran Pasien Geriatri Melakukan Swamedikasi di Kabupaten... (Woro Supadmi, dkk) 45 GAMBARAN PASIEN GERIATRI MELAKUKAN SWAMEDIKASI DI KABUPATEN SLEMAN DISCRIPTION OF GERIATRIC PATIENTS IN DOING THE SELF MEDICATION IN SLEMAN Woro Supadmi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Jl. Prof. Dr. Supomo, Telp. (074) 37948 Email : wsupadmi@yahoo.com Abstrak Meningkatnya umur harapan hidup menyebabkan populasi geriatri juga meningkat. Pasien geriatri identik dengan penurunan fungsi fisiologis yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit. Swamedikasi pada geriatri membutuhkan perhatian khusus dari apoteker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran geriatri yang melakukan swamedikasi di apotek Kabupaten Sleman dan alasan pasien geriatri melakukan swamedikasi di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui keberadaan apotek di Kabupaten Sleman. Penentuan apotek dilakukan dengan teknik area sampling pruporsive dan penentuan subyek penelitian atau responden dengan accidental sampling. Subjek penelitian adalah pasien geriatri dengan usia lebih dari 60 tahun yang melakukan swamedikasi di apotek. Data dianalisis statistik chisquare untuk mengetahui factor yang berhubungan dengan alasan pasien geriatri melakukan swamedikasi dan dilanjutkan dengan uji binary logistic untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan. :Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 38 responden. Pola penyakit yang terjadi pada pasien geriatri yang melakukan swamedikasi adalah kronis responden, non-kronis 0 responden dan 6 tidak diketahui. Faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien geriatri melakukan swamedikasi adalah kepemilikan asuransi kesehatan. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa jenis kelamin dengan nilai OR adalah, ( p >0,05), kepemilikan asuransi (OR =,84,p < 0,05,CI :,84,84) merupakan factor yang paling berhubungan dengan perilaku pasien geriatri melakukan swamedikasi di apotek Kabupaten Sleman. Kata kunci : Gambaran, pasien geriatri, swamedikasi

46, Vol. 3, No., 03 : 45-50 Abstract The increase in life expectancy caused geriatric population is also increasing. Geriatric patient is identical to the decline in physiological function that can lead to various diseases. Self medication in geriatric require special attention from the pharmacist. The purpose of this study was to determine the description of geriatric that does self medication and assosation factors in geriatric patients doing the self medication in Sleman. This research was conducted using a survey to determine the presence of pharmacy in Sleman. Determination of pharmacies conducted with a purposive sampling technique and determination of areas of research subjects or respondents with accidental sampling. Subjects were geriatric patients with age> 60 years who did self medication in pharmacies. The data were analyzed by using chi-square statistic to determine which are the most influential association factors. The research subjects in this study was 38 respondents. The pattern of disease that occur in geriatric patients who performs a self-medication is a chronic respondens, non-respondens and 6 non chronic respondens ten respondens is unknown. Factors that association geriatric patients that is doing self medication is own of health insurance. The results of the chi square test showed that the sex factor with OR, ( p >0,05), ownership asurance (OR =,84,p < 0,05,CI :,84,84) is a factor of self association with geriatric patients medications at the pharmacy of district Sleman. Key word : Discription, geriatrics, self medication PENDAHULUAN Sejak tahun 000, harapan hidup orang Indonesia mencapai usia 70 tahun. Pada 00, orang usia lanjut di tanah air diproyeksikan mencapai,34 % (BPS, 99). Indonesia antara tahun 990-05, menurut data biro sensus Amerika Serikat diperkirakan mengalami pertambahan orang usia lanjut terbesar di dunia, yakni sebesar 44 % (Anonim, 005). Berdasarkan sisi demografi peningkatan umur harapan hidup akan berpengaruh terhadap bertambahnya populasi geriatri. Hal ini secara tidak langsung dan secara epidemiologi memberi kontribusi terhadap penyakit degenaratif, penyakit kronik dan penyakit tidak menular termasuk penyakit yang belum bisa disembuhkan (terminal) dan membutuhkan perawatan yang lama. Kondisi ini berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan (Megawati, 004). Penelitian sebelumnya di Di Jakarta menyatakan bahwa minat masyarakat untuk melakukan swamedikasi di apotek semakin meningkat, namun dari masyarakat yang melakukan swamedikasi tersebut, sebagian besar pemilihan obat dilayani oleh asisten apoteker (95%) dan oleh apoteker (5%) (Purwanti dkk, 004). Fenomena ini menunjukkan kurangnya kesadaran dari apoteker untuk melakukan asuhan kefarmasian di apotek. Populasi geriatri merupakan populasi yang sudah mengalami penurunan fungsi fisiologis. Dengan penurunan fungsi fisiologis tersebut, proses absorbsi, distribusi, metabolism, dan ekskresi obat juga akan berubah (Prest, 003). Pemilihan obat yang sesuai dengan kondisi tersebut memerlukan pengetahuan yang hanya dimiliki oleh apoteker. Pemilihan obat tersebut juga diikuti oleh penentuan dosis yang tepat, cara penggunaan obat yang tepat, monitoring efek terapi dan efek samping obat. Swamedikasi dipertimbangkan oleh World Health Organisation (WHO) untuk menjadi kebijakan kesehatan internasional, karena swamedikasi tidak hanya dapat mengurangi beban biaya pada pelayanan kesehatan namun juga mampu meningkatkan ketaatan pasien dan meningkatkan outcome pengobatan (You et al, 0). Dengan pertimbangan tersebut, maka peran apoteker di Indonesia dalam swamedikasi terutama untuk populasi geriatri sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit terjadi pada pasien geriatri yang melakukan swamedikasi dan hal - hal yang yang berhubungan dengan pasien geriatri melakukan swamedikasi. Selain itu penelitian juga ditujukan untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan terhadap pasien geriatri melakukan swamedikasi METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasi dengan metode survai. Pengambilan data dilakukan secara prospektif pada bulan April Mei 0 di apotek Kabupaten Sleman..Subjek penelitian adalah semua pasien usia 60 tahun yang datang ke apotek dan membeli untuk keluhan yang dialaminya. Kriteria inklusi adalah pasien bersedia mengikuti penelitian dan mengisi lembar survai data. Metode

Gambaran Pasien Geriatri Melakukan Swamedikasi di Kabupaten... (Woro Supadmi, dkk) 47 sampling wilayah digunakan untuk menentukan jumlah apotek yang dijadikan tempat penelitian secara proporsional. Apotek di Kabupaten Sleman dikelompokkan berdasarkan wilayah utara, selatan, barat, timur, dan tengah. Apotek akan dieksklusi apabila tidak bersedia dijadikan tempat penelitian. Analisis statistik untuk menentukan prevalensi pasien geriatri yang dinyatakan dalam persentase antara jumlah pasien pasien yang melakukan swamedikasi dibandingkan pasien geriatri yang melakukan swamedikasi. Analisis statistik Chi Square digunakan untuk mengetahui faktor yang berhubungan terhadap perilaku swamedikasi. Analisis statistik multiple logistik digunakan untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan terhadap perilaku swamedikasi. HASIL PENELITIAN Data demografi pasien sangat penting untuk diketahui sebagai gambaran latar belakang dan distribusi tingkat sosial masyarakat yang ada didaerah Kabupaten Sleman yang dapat mempengaruhi prilaku dan tingkat pengetahuan. Pada penelitian ini diperoleh 38 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh data demografi responden seperti pada Tabel I. Pasien geriatri laki-laki di Kabupaten Sleman melakukan swamedikasi lebih tinggi (65,8 %) dibandingkan dengan pasien geriatri perempuan (34, %). Menurut Pandji (0) pada lansia, depresi dan emosi dapat melemahkan sistem imun, dan akhirnya mempengaruhi kesehatan sehingga mudah terserang penyakit. Pada lansia pria, depresi dikaitkan dengan berkurangnya respon imun. Hal tersebut di atas dapat diasumsikan sebagai salah satu alasan mengapa lansia laki-laki lebih mudah terserang penyakit dan terbukti dalam penelitian ini persentase tertinggi geriatri yang melakukan swamedikasi adalah pasien geriatri lakilaki. Persentase responden terbesar adalah kelompok usia =70 tahun yaitu sebanyak 73,7 %, pada hal ini menunjukkan pada usia tersebut responden mempunyai semangat untuk melakukan usaha penyembuhan terhadap dirinya sendiri. Jumlah responden yang melakukan swamedikasi dengan pekerjaan petani adalah 55,3%. Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi perilaku dan kemungkinan penyakit yang terjadi. Swamedikasi dapat membantu upaya penyembuhan penyakit ringan pada pasien dengan penghasilan rendah, karena biaya yang relatif murah. Data responden melakukan swamedikasi dapat digunakan sebagai evaluasi dan dokumentasi pemerintah dalam mengambil kebijakan pelayanan kesehatan. Berikut data hasil wawancara tentang hal-hal yang diperoleh responden selama melakukan swamedikasi, dapat dilihat pada Tabel II. Berdasarkan Tabel II tindakan responden pada saat mengalami sakit adalah melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri) lebih dari kali sebanyak 76,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pasien geriatri banyak yang memanfaatkan upaya pengobatan sendiri untuk menyembuhkan penyakitnya. Peran apoteker dalam pelayanan swamedikasi kepada pasien geriatri sangat dibutuhkan untuk membantu dalam memilihkan dan memberikan informasi obat yang lengkap. Responden menyatakan mendapatkan informasi pada saat swamedikasi sebanyak 84,%, hal ini mengambarkan bahwa responden merasakan Tabel I. Karakteristik responden Karakteristik Frekuensi Persen (%) Jenis kelamin Laki-laki 5 65,8 Perempuan 3 34, Total 38 00,0 Klasifikasi Umur =< 70 Tahun 8 73,7 >70 tahun 0 6,3 Total 38 00,0 Jenis Pekerjaan Tidak bekerja 0 6,3 Petani 55,3 Tidak mengisi 7 8,4 Total 38 00,0 Pendapatan < Rp..000.000 8 47,4 = Rp..000.000 5, Tidak mengisi 8 47,4 38 00,0

48, Vol. 3, No., 03 : 45-50 Tabel II. Data swamedikasi pasien geriatri di apotek Pola Swamedikasi N = 38 Jumlah Persen (%). Frekuensi swamedikasi Lebih dari kali 9 76,3 yang dilakukan tiap bulan kali 7 8,4 Tidak mengisi 5,6. Ada tidaknya informasi Ya 3 84, obat saat swamedikasi Tidak 6 5,8 3. Perlu tidaknya informasi Penting 36 94,7 obat pada swamedikasi Tidak Penting 5,3 4. Kepuasan saat Puas 3 84, swamedikasi Tidak puas 6 5,8 Tabel III. Alasan responden melakukan swamedikasi Alasan pengobatan sendiri Jumlah Presentase Murah / ekonomis 6 7,3 % Mudah / praktis 6 5,8 % Dekat dengan rumah 3 3,6 % Penyakit ringan 7 3,8 % Tidak mengisi 6 4,% manfaat informasi obat, dan sebanyak 94,7% responden menyatakan bahwa pemberian informasi obat sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan. Data kepuasan responden pada saat swamedikasi 84, merasa puas. Hal ini perlu dipertahankan untuk membantu pemerintah dalam upaya penanganan penyakit yang murah, aman dan efektif. Alasan responden melakukan swamedikasi pada saat sakit merupakan hal yang penting untuk diketahui, karena kita dapat mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan swamedikasi sesuai dengan apa yang dikehendaki pasien. Alasan responden melakukan swamedikasi jika sakit, pada Tabel III. Swamedikasi dilakukan untuk penanganan penyakit ringan. Secara umum WHO menglasifikasi jenis pe- nyakit yang diderita oleh pasien geriatri. Murah dan mudah menjadi alasan responden melakukan swamedikasi, karena responden langsung mendapatkan obat tanpa biaya periksa dokter. Pelayanan swamedikasi diharapkan menjadi pelayanan utama dalam pengobatan penyakit ringan pada masyarakat. Jenis penyakit yang terjadi pada responden yang melakukan swamedikasi di Apotek Kabupaten Sleman diketahui sebagai gambaran penyakit dan prevalensinya. Jenis penyakit pada responden pada Tabel IV. Faktor faktor yang berhubungan dengan pasien melakukan swamedikasi perlu diketahui untuk evaluasi kebijakan dalam pelayanan kepada pasien. Beberapa faktor yang berhubungan dengan praktik perawatan sendiri dan swamedikasi menurut Djunarko (0) adalah kondisi ekonomi, berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan, promosi obat bebas dan obat bebas terbatas, semakin tersebarnya distribusi obat, kampanye swamedikasi, banyak beredar OTR (OWA, obat bebas terbatas, dan obat bebas). Hal - hal yang dapat berhubungan perilaku atau tindakan pada saat pasien sakit sangat penting untuk diketahui, sehingga kita dapat memperbaiki dan meningkatkan faktor yang berhubungan tersebut. Faktor yang berhubungan dengan pasien geriatri yang melakukan swamedikasi tergantung pada latar belakang ekonomi dan status sosial pasien, pada penelitian ini di analisis dengan uji chi square untuk mengetahui faktor yang behubungan dengan perilaku swamedikasi. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh hasil analisis seperti pada Tabel V. Hasil analisi diperoleh jenis kelamin mempunyai nilai OR,, hal ini menunjukkan bahwa bahwa peluang pasien geriatri dengan jenis kelamin laki laki melakukan swamedikasi,x lebih besar dibandingkan jenis kelamin perempuan. Kepemilikan asuransi mempunyai nilai OR,8, hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan asuransi berhubungan dengan perilaku pasien melakukan swamedikasi. Hasil

Gambaran Pasien Geriatri Melakukan Swamedikasi di Kabupaten... (Woro Supadmi, dkk) 49 Kronis : Asam urat Hipertensi Rematik DM Lebih dari penyakit Non kronis : Maag Asma Jamuran/ gatal Pegal- pegal Vertigo Kembung Tidak mengisi Tabel IV. Jenis penyakit yang diderita responden Jenis penyakit Jumlah Presentase 3 5 3,6 %,7 % 4,% penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien yang tidak memiliki asuransi kesehatan lebih banyak melakukan swamedikasi dibandingkan dengan pasien yang memiliki asuransi kesehatan. Faktor pendapatan, pelayanan kesehatan terdekat, jenis penyakit, jarak dan kelengkapan fasilitas apotek tidak bisa dianalisis karena tidak semua responden menjawab kuisioner. Hal ini menjadi kelemahan dalam penelitian ini, sehingga tidak dapat dianalisis. Pemberian informasi pada saat swamedikasi memberi hasil yang kurang baik, hal ini kemungkinan menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan apoteker kepada pasien kurang lengkap dan tidak jelas sehingga tidak merasakan manfaat dari informasi obat. Pasien dapat memeperoleh informasi obat dari kemasan obat meskipun sangat kurang dan perlu penjelasan dari tenaga farmasi.informasi obat dapat meningkat- kan pengetahuan masyarakat yang sangat penting mendukung keberhasilan terapi.peran apoteker dalam pemberian informasi obat sangat diperlukan oleh masyarakat dalam penggunaan obat untuk tujuan penyembuhan penyakit. Kepuasan sangat menentukan perilaku atau pilihan tindakan untuk selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pasien geriatri pada saat melakukan swamedikasi belum baik, hal ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan kebijakan dalam peningkatan kualitas pelayanan swamedikasi untuk pasien. Peningkatan pelayanan apoteker di apotek pada saat swamedikasi akan sangat membantu pemerintah dalam mewujudkan program tercapainya pelayanan kesehatan masyarakat yang optimal. Hasil analisis menunjukkan kepemilikan asuransi kesehatan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pengobatan. Faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien geriatri Tabel V. Hasil uji analisis chi square faktor - faktor berhubungan dengan perilaku pasien geriatri melakukan swamedikasi di apotek Kabupaten Sleman CL 95 % Faktor Pendukung OR Nilai p Lower Upper Jenis kelamin,4 0,64,03 0,75 Pendapatan - - - 0,87 Pekerjaan - - - 0,0 Pelayanan Kesehatan Terdekat - - - 0,068 Kepemilikan Asuransi,84,84,84 0,03* Kesehatan Jenis Penyakit - - - 0,84 Jarak - - - 0,09* Asal biaya obat untuk penyakit 0,405 0,74 0,599 0,35 selama ini Kelengkapan Fasilitas apotek - - - 0,475 Pemberian informasi oleh 0,638 0,393,034 0,69 petugas Kepuasan dengan swamedikasi 0,844 0,444,605 0,635

50, Vol. 3, No., 03 : 45-50 Tabel VI. Faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien geriatri melakukan swamedikasi 95,0% C.I.for Exp (B) Faktor OR Nilai p Lower Upper Asuransi_Kesehatan,84 0,03,84,84 melakukan swamedikasi di Apotek Kabupaten Sleman pada Tabel VI. KESIMPULAN Pola penyakit yang terjadi pada pasien geriatri yang melakukan swamedikasi adalah kronis responden, non kronis 0 responden dan 6 tidak diketahui. Faktor yang mendukung pasien geriatri melakukan swamedikasi adalah kepemilikan asuransi kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 004. SK Nomor 07/ MENKES/SK/ IX/004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Kefarmasian di Apotek. Anonim, 008a, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 008b, Pengetahuan dan Ketrampilan Memilih Obat, Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 00a, Profil Kesehatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta : DinKes Kabupaten Sleman, Diakses pada tanggal 5 Februari 03, Halaman 5. Anoim, 00, Daftar Sarana Dan Penunjang Pelayanan Kesehatan Kabupaten Sleman, DINKES, Sleman, Yogyakarta. Anonim, 0, http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uplo ads/0/07/profil-00-kab-sleman-.pdf diakses tanggal 30 Januari 03. Darmojo dan Boedhi, R. 006. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : FK-UI. pp&-8. Djunarko, Ipang., Hendrawati.,0, Swamedikasi yang Baik dan Benar, Intan Sejati, hal. 7-8, Yogyakarta. Kristina, S.A, Yayi S.P., Riswaka S., 008, Perilaku Pengobatan Sendiri yangrasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman, Majalah Farmasi Indonesia, 9 ()., 3-40. Prest, M., 003, Penggunaan Obat Pada Lanjut Usia, dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, editor: Mohamed Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno, Elex Media Komputindo, Jakarta.