Satriyo Krido Wahono, Andi Febrisiantosa, Roni Maryana

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF UNTUK UMKM INDUSTRI TAHU DI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Satriyo Krido Wahono, Roni Maryana, M. Kismurtono

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

Abstrak. Kata Kunci : Kotoran Sapi, Biogas, Energi, Lahan marginal

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI CV. KEDIRI BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

OLEH: YULFINA HAYATI

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

POTENSI GANYONG SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT DALAM UPAYA MENUNJANG KETAHANAN PANGAN

Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

Satriyo Krido Wahono dan Ervika Rahayu Novita Herawati *)

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

PROSES PENGOLAHAN TAHU di UD. SUMBER JAYA KENJERAN-SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

SKRIPSI PERFORMANSI DIGESTER BIOGAS DENGAN CO SUBSTRAT LIMBAH KELAPA MUDA DAN INOKULUM KOTORAN SAPI. Oleh : Kadek Leo Adi Guna

UJI PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN GAJAH DENGAN VARIASI PENAMBAHAN URINE GAJAH DAN AIR

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI UD. LUMINTU JALAN BOGOWONTO TIMUR BLITAR

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas. REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) 4/2/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENERAPAN SISTEM PERTANIAN TERPADU BERBASIS SAPI POTONG DI DELAPAN LOKASI DENGAN LETAK GEOGRAFIS YANG BERBEDA

EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

SNTMUT ISBN:

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

KAJIAN POTENSI LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KOTA PARE-PARE

IKAN PINDANG AIR GARAM

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

SELAI DAN JELI BUAH 1. PENDAHULUAN

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

Potensi Biogas dari Pemanfaatan Janur dengan Penambahan Inokulum Kotoran Sapi

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

Dari Pengusaha Tepung Tapioka Jadi Konsultan Biogas

PENERAPAN IPTEKS. Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti Wijaya

PROSES PEMBUATAN TAHU DI U.D. SUMBER JAYA KENJERAN-SURABAYA

PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN AMPAS TAHU TERHADAP KECERNAAN PAKAN PADA BABI RAS

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

GANYONG DAN SPIRULINA SEBAGAI PRODUK PANGAN ALTERNATIF

PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BAHAN BAKAR DALAM PROSES PENGERINGAN RAMBAK DI DAERAH BOYOLALI UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP MINYAK TANAH

Roni Maryana dan Satriyo Krido Wahono

Transkripsi:

Pemanfaatan Teknologi Biogas Terintegrasi dengan Pengelolaaan UMKM Industri Tahu dan Peternakan Sapi di Gunungkidul Yogyakarta Satriyo Krido Wahono, Andi Febrisiantosa, Roni Maryana Staf peneliti UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI Desa Gading Kecamatan Playen Kab. Gunungkidul Yogyakarta Email : dna_tqim@yahoo.com, satr002@lipi.go.id; Telp/Fax : (0274) 392570 Abstrak Dengan adanya isu global tentang keterbatasan dan mahalnya energi, keberadaan biogas dapat menjadi salah satu alternatif sumber energi dan penghematan energi dunia. Salah satu daerah yang dianggap sebagai daerah marginal di Indonesia adalah Gunungkidul. Gunungkidul memiliki potensi sumber energi alternatif yang cukup melimpah berupa kotoran ternak sapi yang merupakan hewan ternak dengan populasi terbesar di propinsi DI Yogyakarta. Salah satu UMKM industri tahu yang ada di Sumbermulyo, Kepek, Wonosari, Gunungkidul telah berhasil memanfaatkan potensi energi alternatif biogas tersebut untuk menjalankan proses produksi tahu. UMKM tahu tersebut berproduksi dengan kapasitas 600 kg bahan baku kedelai per hari, sedangkan limbah tahu yang dihasilkan sebanyak 750 kg basah per hari yang dipergunakan sebagai campuran pakan ternak untuk 25 ekor sapi dan campuran bahan baku biogas. Instalasi biogas yang dibangun adalah reaktor dengan tipe fixed dome dengan kapasitas 21 m 3. Hasil penelitian menunjukkan kadar metana dalam biogas yang dihasilkan adalah 64,1% yang dapat menggantikan peran bahan bakar untuk kegiatan UMKM setara dengan 90 kg LPG per bulan. Berdasarkan sistem yang telah dikembangkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi biogas di UMKM tersebut telah terintegrasi dengan UMKM industri tahu dan pengelolaan peternakan sapi, namun sistem integrasi tersebut masih dapat dioptimalkan lebih lanjut dengan penambahan beberapa peralatan. Kata kunci : industri tahu, peternakan sapi, teknologi biogas, integrasi Integration System of Biogas Technology with Tofu Industry and Cow Farm at Gunungkidul - Yogyakarta Abstract Because of global isue about limited energy, biogas was one of alternative energy and save energy in the world. One of rural area in Indonesia was Gunungkidul which has big number of manure as alternative energy resourches potent because Gunungkidul s cow was the biggest population at Yogyakarta. One of tofu industry at Sumbermulyo, Kepek, Wonosari, Gunungkidul has been used energy from biogas integrated with tofu production industry. The industry produces tofu using 600 kgs soy bean per day and resulting 750 kgs wet tofu waste that used for feed suplement of 25 cows and the other side converted for biogas. Reactor of biogas instalation type was fixed dome reactor with 21 m 3 capacity. The research result showed that methane content of the biogas was 64,1% that has replaced of 90 kgs LPG per month. Based on the developed system, it can be concluded that integrated system of biogas technology, tofu industry and cow farm has integrated at Gunungkidul Yogyakarta, but the integrated system can be optimized by adding some installation. Kata kunci : Tofu industry, cow farm, biogas technology, integration Pendahuluan Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa YogyAkarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 EL62-1

km (www.gunungkidulkab.go.id). Kondisi topologi Kabupaten Gunungkidul adalah bergunung-gunung dengan pola penggunaan lahan pada tahun 2006 terbanyak berupa tegalan (52% dari luas keseluruhan wilayah Gunungkidul) sedangkan sawah hanya 6%. Topografi yang bergunung-gunung, dominasi batuan gamping, solum tanah tipis, miskin unsur hara serta sumber air permukaan terbatas, membuat kondisi fisik tanah bersifat marginal, kondisi tersebut mengakibatkan hasil produksi pertanian yang cocok ditanam adalah palawija (jagung, kacang, kedelai, ganyong, singkong) (Subiantoro, 2007). Dengan kondisi marginal tersebut, Kabupaten Gunungkidul memiliki beberapa potensi hasil pertanian diantaranya potensi kedelai dengan jumlah 21.306,04 kwintal pada tahun 2007 (www.gunungkidulkab.go.id). Selain itu, potensi peternakan di Gunungkidul, khususnya peternakan sapi juga sangat besar bahkan merupakan potensi ternak sapi terbesar di Propinsi Yogyakarta yaitu 114.670 ekor pada tahun 2007 (www.gunungkidulkab.go.id). Dalam rangka pemanfaatan dan menambah nilai ekonomi potensi kedelai dan ternak sapi tersebut maka di Sumbermulyo, Kepek, Wonosari, Gunungkidul telah berdiri UMKM yang mengolah potensi kedelai tersebut menjadi produk tahu dengan kebutuhan bahan baku kedelai per hari mencapai 600 kg serta dilakukan juga pengelolaan peternakan sapi potong dengan jumlah sapi sebanyak 25 ekor. Setiap harinya hewan ternak sapi potong mengeluarkan kotoran segar sebanyak 5-8% dari berat tubuhnya. Kotoran dalam bentuk bahan kering yang dihasilkan setiap harinya 0,6 sampai 1,7% dari berat tubuh (Bewick, 1980). Oleh karena itu, potensi sapi selain dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, juga berpotensi sebagai sumber energi dengan menghasilkan biogas dari kotorannya. Dengan adanya berbagai potensi di UMKM, maka tujuan dari penulisan ini adalah melakukan pengkajian terhadap sistem integrasi antara teknologi biogas sebagai sumber energi alternatif, pengelolaaan UMKM industri tahu dan peternakan sapi di kawasan tersebut. Metode Proses pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara studi pustaka atau literatur yaitu dengan melakukan pencarian sumber-sumber data atau informasi dari buku, laporan penelitian, jurnal, dan internet khususnya mengenai industri tahu, peternakan sapi dan teknologi biogas. Observasi langsung di lapangan dilakukan melalui pengamatan terhadap keterpaduan antara industri tahu, peternakan sapi dan instalasi biogas yang ada di Sumbermulyo, Kepek, Wonosari, Gunungkidul serta dilakukan wawancara dengan pihak pengelola UMKM tersebut. Metode metode pengumpulan data tersebut dilakukan dengan mengacu pada kebutuhan data dan informasi yang menunjang penulisan ini. Selain itu juga dilakukan proses analisa terhadap biogas untuk mengetahui tingkat kemurnian metana di instalasi biogas tersebut. Hasil dan Pembahasan Kawasan yang ditempati oleh UMKM tahu, peternakan sapi dan instalasi biogas memiliki luas lahan total sebesar 4000 m 2. Lahan yang tersedia terbagi menjadi berbagai fungsi keruangan yaitu EL62-2

pabrik tahu 150 m 2, kandang penggemukan sapi 400 m 2, gudang bahan bakar (limbah minyak kayu putih) 36 m 2, gudang bahan baku (kedelai) 20 m 2, lahan hijauan 1500 m 2. Tata Ruang kawasan tersebut seperti pada gambar 1. Kandang Penggemukan Sapi Pabrik Tahu Lahan Hijauan Gudang Bahan Bakar Kandang Penggemukan Sapi Gudang Bahan Baku Biogas Gambar 1. Tata Ruang Kawasan UMKM Tahu UMKM tahu tersebut berproduksi dengan kapasitas 600 kg bahan baku kedelai per hari dan menghasilkan 300 lembaran tahu yang kemudian dipotong potong sesuai kebutuhan pasar. Sumber bahan bakar industri tahu ini berupa limbah penyulingan minyak kayu putih dengan kebutuhan ratarata 4 m 3 per hari atau sebelumnya menggunakan kayu bakar dengan kebutuhan rata rata 3 m 3 per hari. Perubahan sumber bahan bakar ini dilandasi oleh penghematan biaya pengoperasian ketel tahu dengan bahan bakar limbah kayu putih dapat menghemat biaya bahan bakar sebesar Rp 130.000,- per hari (Suharto dkk, 2007). Tahap dalam proses produksi tahu yang melibatkan ketel uap sebagai salah satu alat produksi sebagai penghasil steam (Margono, 1993) adalah sebagai berikut : Memilih kedelai yang bersih, kemudian dicuci; Melakukan perendaman dalam air bersih selama 8 jam (paling sedikit 3 liter air untuk 1 kg kedelai). Kedelai akan mengembang jika direndam; Mencuci berkali-kali kedelai yang telah direndam. Apabila kurang bersih maka tahu yang dihasilkan akan cepat menjadi asam; Menumbuk kedelai dan tambahkan air hangat sedikit demi sedikit hingga berbentuk bubur; Memasak bubur tersebut, jangan sampai mengental pada suhu 70 ~ 80 O C (ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil); Menyaring bubur kedelai dan endapkan airnya dengan menggunakan batu tahu (Kalsium Sulfat = CaSO4) sebanyak 1 gram atau 3 ml asam cuka untuk 1 liter sari kedelai, sedikit demi sedikit sambil diadauk perlahan-lahan. EL62-3

Mencetak dan melakukan pengepresan endapan tersebut. Diagram alir proses pembuatan tahu secara ringkas ditunjukkan pada Gambar 2. Steam Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu Dalam prosesnya industri tahu tersebut mempergunakan air dalam jumlah besar untuk menjalankan proses produksi tahu, sehingga di sisi lain juga menghasilkan ampas tahu sebanyak 750 kg basah per hari. Ampas tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu dapat dipergunakan menjadi bahan baku pakan, ampas tahu ini memiliki nilai gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, air serta komponen nutrisi lain (Sulistyaningtyas, 2003). Oleh karena itu, ampas tahu di UMKM tersebut juga dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi melalui pencampuran rumput gajah dengan formula tertentu. Selain itu limbah tahu (padat atau cair) juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas, namun di UMKM tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga baru terjadi sistem integrasi antara industri tahu dengan peternakan sapi saja. Peternakan sapi potong yang dikembangkan di kawasan UMKM ini memiliki 25 ekor sapi dan menempati 2 area kandang terpisah. Dengan potensi sapi yang cukup besar, diperoleh juga potensi kotoran sapi yang melimpah. Dari kedua kandang sapi tersebut, baru satu kandang yang terhubung dengan instalasi biogas dan hanya 6 sapi yang kotorannya dimanfaatkan untuk bahan baku biogas. Instalasi biogas yang dibangun adalah reaktor konstruksi beton dengan tipe fixed dome berkapasitas 21 m 3. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan kadar metana dari biogas yang dihasilkan adalah 64,1% dan telah dimanfaatkan sebagai sub energi bagi industri tahu khususnya untuk EL62-4

mengolah tahu mentah menjadi produk tahu goreng. Pemanfaatan biogas tersebut telah dapat menggantikan peran bahan bakar untuk kegiatan UMKM setara dengan 90 kg LPG per bulan. Berdasarkan pemanfaatan yang sudah dilakukan terhadap potensi kotoran sapi, potensi energi yang dipergunakan baru sekitar 25% dari potensi energi optimal sebanding dengan jumlah sapi yang kotorannya dimanfaatkan untuk biogas. Selain itu, dengan kemurnian kadar metana tersebut, biogas yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi listrik melalui co-generator/genset. Syarat yang perlu dipenuhi untuk dapat menggerakkan genset adalah kadar metana minimal 60% (Febrisiantosa dan Julendra, 2008). Dengan mengubah biogas menjadi listrik, pemanfaatannya menjadi beragam sehingga bisa lebih terintegrasikan lagi dengan bagian yang lain seperti untuk menghidupkan pompa air untuk kegiatan pembersihan kandang dan kegiatan industri tahu serta untuk lampu penerangan kandang dan area industri tahu. Berdasarkan uraian tersebut di atas telah dilakukan berbagai integrasi antara industri tahu, peternakan sapi potong dan instalasi biogas di kawasan UMKM. Namun masih terdapat beberapa potensi yang belum terintegrasikan dan teroptimalkan manfaatnya yaitu limbah tahu sebagai biogas, 75% sapi dimanfaatkan sebagai biogas dan biogas untuk listrik. Skema sistem integrasi yang telah terlaksana di UMKM dan potensi optimasi sistem integrasi seperti pada gambar 3. POMPA AIR LAMPU, dll Penerangan,Air dll Penerangan,Air dll GENSET LimbahTahu INDUSTRI TAHU TAHU MENTAH TAHU GORENG Penggorengan LimbahTahu Biogas > 60 % CH 4 KOMPOR PAKAN Biogas INSTALASI BIOGAS Kotoran Sapi (25 %) Kotoran Sapi (75 %) Formulasi PETERNAKAN SAPI Keterangan : = Alur sistem telah terintegrasi = Alur potensi optimasi sistem integrasi Gambar 3. Skema sistem terintegrasi dan potensi optimasi sistem integrasi di UMKM Tahu Kesimpulan Berdasarkan sistem yang telah dikembangkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi biogas di UMKM tersebut telah terintegrasi dengan UMKM industri tahu dan pengelolaan peternakan sapi, namun sistem integrasi tersebut masih dapat dioptimalkan lebih lanjut dengan penambahan beberapa peralatan. EL62-5

STEAM Seminar Nasional 2008 Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan ini, khususnya kepada Tim Pengembangan Energi Alternatif UPT BPPTK LIPI Yogyakarta dan Tim Sistem Pertanian Terpadu UPT BPPTK LIPI Yogyakarta. Daftar Pustaka Anonim. Kondisi Umum. www.gunungkidulkab.go.id Anonim. Potensi Daerah. www.gunungkidulkab.go.id Febrisiantosa, Andi dan Hardi Julendra. 2008. Konversi Limbah Ternak Sapi Bali Bos Javanicus Menjadi Biogas di UPT Kapitan Meo Kab. Belu Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2008 ISSN : 1411 4216. Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang Bewick, M.W.M. 1980. Handbook Of Organic Waste Conversion. Van Nostrand Reinhold. New York Margono, Tri, Detty Suryati, Sri Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation. Subiantoro, E. 2007. Usulan Calon Penerima Krenova Masyarakat 2007. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gunungkidul. Yogyakarta Suharto, Satriyo Krido Wahono dan Hardi Julendra. 2007. Kajian Pemanfaatan Limbah Penyulingan Minyak Kayu Putih Sebagai Sumber Energi Alternatif untuk UMKM Industri Tahu di Gunungkidul Yogyakarta. Prosiding Seminar Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Bahan Baku Lokal. ISBN : 978-979-799-147-0Yogyakarta Sulistyaningtyas, Erwin. 2003. Pengaruh Penambahan Amonium Sulfat (NH 4 ) 2 SO 4 dan Waktu Penundaan Bahan Baku Limbah Cair Tahu Terhadap Kualitas Nata De Soya. digilib.itb.ac.id EL62-6