BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rakyat, untuk rakyat. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dan telah memberi manfaat bagi kehidupan umat manusia. Pendidikan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya politik dimaknai sebagai sikap, nilai, informasi, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam fungsi,platform (program partai) dan dasar pemikiran. Fungsi Partai

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN BPD DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN DI DESA BARATAKU KECAMATAN LOLODA KABUPATEN HALMAHERA BARAT 1. Oleh : Merson 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

Konsep Hukum dan Demokrasi dilahirkan untuk membendung adanya kesewenang wenangan dari kekuasaan yang mempraktekkan sistem yang absolut dan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat indonesia di Kabupaten/Kota se-indonesia berdasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Artinya. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JUMAPOLO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

yang sangat prinsipiil, karena dalam pelaksanaan hak asasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGGUNAKAN HAK PILIH PADA PEMILU LEGISLATIF BAGI PARA PEMILIH PEMULA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggara desa berdasarkan

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi dimana sistem pemerintahan dilaksanakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan- tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang- orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat (Mirriam Budiardjo, 2008: 368). Partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakkan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct action nya. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurangkurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Hal ini berarti mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik (political efficacy). Jadi, jelaslah bahwa partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah. 1

2 Perasaan kesadaran untuk berpartisipasi politik seperti ini dimulai dari orang yang berpendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang- orang terkemuka, karena pada dasarnya partisipasi politik warga negara dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: (1) kesadaran politik, (2) kepercayaan pada pemerintah, (3) status sosial, (4) status ekonomi, (5) afiliasi politik, (6) pengalaman berorganisasi (Sudijono Sastroadmodjo, 1995: 15). Salah satu faktor penting yang berkaitan dengan partisipasi politik adalah status sosial. Status sosial berarti kedudukan seseorang dalam kelompoknya yang disebabkan baik oleh tingkat pendidikan maupun oleh pekerjaan. Hal ini berarti dengan memiliki tingkat status sosial yang tinggi memungkinkan partisipasi politik warga negara lebih berkualitas daripada seseorang yang berada dalam status sosial dibawahnya. Menurut Hoogerwerf (1979: 191) bahwa orang- orang dengan pendapatan yang lebih tinggi, pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan dengan status yang lebih tinggi banyak berpartisipasi daripada yang lainnya. Dengan demikian tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kesadaran seseorang untuk berpartisipasi politik. Perspektif kewarganegaraan terhadap permasalahan ini adalah bahwa partisipasi politik merupakan hak sekaligus kewajiban yang harus dilakukan warga negara. Partisipasi politik merupakan perbuatan yang harus dilaksanakan sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab warga negara terhadap kebijakankebijakan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan negara yamg diwujudkan melalui kebijakan di bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, dan bidang pertahanan keamanan. Pentingnya partisipasi politik warga negara menjadikan partisipasi politik sebagai hak sekaligus kewajiban warga negara yang harus dilakukan tanpa ada perbedaan status sosial yang dimiliki seseorang khususnya tingkat pendidikan maupun pekerjaan tertentu karena pada dasarnya setiap orang memiliki hak politik yang sama yang dilindungi undang- undang. Namun, pada kenyataanya tidak semua warga negara berpartisipasi politik walaupun didukung oleh tingkat pendidikan yang tinggi dan pekerjaan dengan status yang tinggi, seperti fenomena yang terjadi di Perumahan Joho Baru

3 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo dimana rata- rata penduduk di perumahan ini memiliki status sosial yang tinggi. Tingkat pendidikan warga di perumahan ini bervariasi mulai dari pendidikan dasar terdiri atas: SD, MI, SMP, MTs. Pendidikan menengah terdiri atas: SMA, MA, SMK, MAK dan pendidikan tinggi terdiri atas: Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis dan Doktor. Sebagian dari masyarakat dengan status sosial yang tinggi ini cenderung pasif berpartisipasi politik karena beranggapan bahwa partisipasi politik tidak berpengaruh pada kehidupan mereka. Fenomena semacam ini dapat ditemukan saat pemilihan umum legislatif 9 April 2009 dimana dari total 1050 daftar pemilih tetap yang berada di perumahan Joho Baru, jumlah pemilih yang hadir 760 orang, 2 orang pemilih meninggal dan 288 pemilih tidak hadir (Data DPT TPS Joho Baru pada Pemilu Legislatif 9 April 2009). Fenomena semacam ini diperkuat oleh pendapat salah satu warga di Perumahan Joho Baru yaitu Bapak Teguh P dimana beliau memiliki status sosial yang tinggi. Beliau mengatakan bahwa Saya pasif berpartisipasi politik karena saya sibuk dengan pekerjaan dan usaha yang saya jalankan. Saya lebih mementingkan pekerjaan dan usaha saya daripada berpartisipasi politik. Bukannya saya tidak mau, tetapi waktunya saja yang tidak ada. Wujud partisipasi yang sering saya lakukan yaitu sebatas mengikuti pemilihan umum namun pemilu legislatif kemarin saya tidak hadir, tetapi saya tetap mematuhi peraturan pemerintah seperti menjadi warga negara yang baik dan membayar pajak (Wawancara Minggu, 17 Mei 2009). Adanya kedua fenomena tersebut menunjukkan bahwa tidak semua warga Joho Baru yang memiliki status sosial tinggi khususnya tingkat pendidikan dan pekerjaan memiliki kesadaran dan aktif untuk berpartisipasi politik. Sesungguhnya keterlibatan masyarakat dalam memberikan suara pada pemilihan umum tidak dapat semata- mata menjadi ukuran partisipasi politik. Rendahnya kesadaran politik sebagian warga di Perumahan Joho Baru untuk berpartisipasi politik bertentangan dengan beberapa teori yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran politik (Sudijono Sastroatmodjo, 1995: 27). Dengan demikian apabila warga negara memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan semakin

4 menimbulkan kesadaran dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat dan memungkinkan untuk turut berperan aktif dalam berpartisipasi politik. Sedangkan menurut Hoogerwerf (1979: 191) bahwa orang- orang dengan pendapatan lebih tinggi, pendidikan lebih tinggi, pekerjaan dengan status yang lebih tinggi lebih banyak berpartisipasi politik daripada yang lainnnya. Dengan demikian keadaan sosial ekonomi yang baik dan kedudukan sosial yang makin tinggi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi politik warga negara. Dengan status sosial yang tinggi seseorang cenderung memiliki tingkat pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan yang tinggi pada pemerintah. Kesadaran warga negara untuk berpartisipasi politik dapat menegakkan tatanan politik yang demokratis. Dalam negara- negara demokratis umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat lebih baik. Dalam hal ini tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga negara mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan- kegiatan tersebut. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena diartikan bahwa banyak warga negara tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan. Lagipula, dikhawatirkan bahwa kurangnya masukan atau kritik dan pendapat yang dikemukakan warga negara, pemimpin negara akan menjadi kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat dan cenderung untuk melayani kepentingan beberapa kelompok saja. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Terhadap Partisipasi Politik Dalam Pemilihan Umum Studi Korelasi di Perumahan Joho Baru Kabupaten Sukoharjo.

5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Apakah dengan tingkat pendidikan yang tinggi seorang warga negara dapat memiliki kesadaran yang tinggi pula untuk berpartisipasi politik? 2. Apakah pekerjaan yang dimiliki seorang warga negara dapat mempengaruhi perilaku mereka untuk berpartisipasi politik? 3. Apakah dengan status sosial tinggi perilaku politik seseorang lebih berkualitas daripada seseorang yang memiliki status sosial di bawahnya? 4. Apakah dengan memiliki pengetahuan politik dapat berpengaruh pada partisipasi politik seseorang? 5. Apakah partisipasi politik seorang warga negara dapat timbul dengan sendirinya? 6. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi politik? 7. Apakah tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat berpengaruh terhadap partisipasi politik seseorang? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini selanjutnya akan dibatasi mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga. Dalam hal ini penulis membatasi masalah yaitu apakah tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat berpengaruh terhadap partisipasi politik. Adapun ruang lingkup masalah yang akan penulis teliti adalah sebagai berikut: 1. Obyek Penelitian a. Variabel bebas : Tingkat Pendidikan ( X 1 ) Pekerjaan ( X 2 ) b. Variabel Terikat : Partisipasi Politik ( y )

6 2. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat di Perumahan Joho Baru yang berada di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo yang terdaftar sebagai pemilih pada Pemilu Legislatif 9 April 2009. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik warga Joho Baru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo? 2. Adakah pengaruh pekerjaan terhadap partisipasi politik warga Joho Baru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo? 3. Adakah pengaruh tingkat pendidikan dan pekerjaan terhadap partisipasi politik warga Joho Baru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo? E. Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dengan tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik warga Joho Baru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 2. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap partisipasi politik warga Joho Baru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan pekerjaan terhadap partisipasi politik warga Joho Baru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

7 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi perkembangan ilmu pengetahuan sosial khususnya ilmu kewarganegaraan yang berkaitan dengan bidang politik yaitu partisipasi politik warga negara sebagai hak dan kewajiban yang harus dijalankan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Partisispasi merupakan wujud kepedulian warga negara terhadap masalah kenegaraan. Dengan tingginya partisipasi poltik dapat berpengaruh pada banyaknya masukan saran dan kritik terhadap pemerintah sehingga pemerintah menjadi lebih tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding, pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian yang selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Memberi informasi tentang pentingnya pendidikan bagi masyarakat yang dapat berdampak perkembangan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sendiri dan agar tanggap dan turun berperan aktif dalam memikirkan dan memperbaiki nasib bangsanya. b. Dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pentingnya partisipasi politik warga negara sebagai wujud perhatian warga negara terhadap kebijakan pemerintah menuju tujuan yang dicita- citakan negara di luar kehidupan pribadi mereka.