PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN DARI PERENGKAHAN AIR BERDASARKAN DISTRIBUSI KALOR RGTT-KOGENERASI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI

ANALISIS KINERJA SISTEM KONVERSI ENERGI KOGENERASI RGTT200K UNTUK PRODUKSI HIDROGEN

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K

ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL INTERMEDIATE HEAT EXCHANGER PADA RGTT200K

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE)

Efisiensi PLTU batubara

ANALISIS TERMODINAMIKA UNTUK OPTIMASI SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS RGTT200K.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

ANALISIS DAN OPTIMASI DESAIN SISTEM REAKTOR GAS TEMPERATUR TINGGI RGTT200K DAN RGTT200KT

ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK DESAIN KONSEPTUAL UNIT KONVERSI DAYA RGTT200K

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

PEMILIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

APLIKASI KOGENERASI NUKLIR UNTUK DEKOMPOSISI AIR PADA KONVERSI CO2 MENJADI PUPUK UREA

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

OPTIMASI PEMBENTUKAN HI DAN H2SO4 PADA REAKSI BUNSEN UNTUK MENDUKUNG PRODUKSI HIDROGEN

STUDI PEMANFAATAN BATUBARA DI PABRIK PUPUK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

LAPORAN TUGAS AKHIR PROTOTYPE POWER GENERATION

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA INDUSTRI PETROKIMIA

ANALISIS PERFORMA UNTUK SISTEM TURBIN DAN KOMPRESOR. Oleh Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN

PERBANDINGAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES ELEKTROLISIS DAN STEAM REFORMING

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

PEMODELAN SIKLUS TERMODINAMIK TURBIN GAS RGTT KOGENERASI. Oleh Abdul Hafid Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

DESAIN AWAL TURBIN UAP TIPE AKSIAL UNTUK KONSEP RGTT30 BERPENDINGIN HELIUM

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

ASPEK KESELAMATAN PADA APLIKASI REAKTOR NUKLIR SUHU TINGGI UNTUK PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI BERBASIS KOGENERASI REAKTOR TIPE RGTT UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PRODUKSI HIDROGEN

SIMULASI PRODUKSI HIDROGEN MELALUI CO2 METHANE REFORMING DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN TESIS IRA SANTRINA JC NIM:

BAB I PENDAHULUAN I.1

APLIKASI REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR TINGGI PADA PRODUKSI HIDROGEN DARI AIR PROSES HIBRIDA SIKLUS BELERANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

Bab I Pendahuluan - 1 -

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

ANALISIS PENGARUH WATER INGRESS TERHADAP PERTUMBUHAN GAS CO DAN H 2 DALAM PENDINGIN RGTT200K ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR)

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH JARAK ANTAR CELL ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO TIPE DRY CELL

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

KONSEP RANCANGAN SISTEM PEMURNIAN GAS PENDINGIN PRIMER PADA HIGH TEMPERATURE REACTOR (HTR)

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya

ANALISIS PENGARUH UKURAN BUTIR KARBON AKTIF TERHADAP ADSORPSI GAS N 2 DAN O 2 PADA KONDISI KRIOGENIK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS. Tulus Subagyo 1

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

Cellulose Nano Crystallines (CNC) yang merupakan salah satu biomaterial maju yang mempunyai

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

Transkripsi:

PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN DARI PERENGKAHAN AIR BERDASARKAN DISTRIBUSI KALOR RGTT-KOGENERASI Nurul Huda Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN DARI PERENGKAHAN AIR BERDASARKAN DISTRIBUSI KALOR RGTT-KOGENERASI. Hidrogen adalah molekul penting untuk energi dan pangan. Penggunaan hidrogen untuk energi dapat mengatasi sekaligus dua masalah, yaitu susutnya cadangan bahan bakar minyak dan pemanasan global. Di bidang pangan, hidrogen dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan amonia untuk pupuk nitrogen. Senyawa yang mengandung hidrogen dengan kelimpahan tinggi dan murah adalah air. Sumber energi primer diperlukan untuk merengkah molekul air dan menghasilkan hidrogen. Sumber energi potensial untuk tujuan tersebut adalah nuklir. Melalui sistem kogenerasi, reaktor nuklir gen-iv (generasi IV) merupakan sumber kalor strategis untuk produksi hidrogen dari air karena sifat gen-iv yang berkelanjutan dan mampu menghasilkan kalor temperatur tinggi dengan sistem keselamatan melekat yang andal. Tujuan makalah ini adalah menentukan kapasitas produksi hidrogen dari perengkahan air berdasarkan distribusi kalor RGTT (Reaktor berpendingin Gas Temperatur Tinggi) Kogenerasi. Dua teknik termokimia perengkahan air, yaitu siklus-si (Sulfur-Iodium) dan siklus-i (Iodium) disimulasikankan dengan Aspen HYSYS. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kalor 200 MW dari RGTT200K yang teralokasikan untuk produksi hidrogen adalah 59 MW. Daya kalor tersebut setara dengan laju produksi hidrogen 683 kg/jam (siklus-si) atau 1.054 kg/jam (siklus-i). Siklus-SI dan siklus-i berada pada tahap pengembangan skala laboratorium dan ditujukan untuk produksi hidrogen dari air dengan energi nuklir tanpa pasokan gas alam. Kata Kunci : hidrogen, energi, pangan, reaktor nuklir, kogenerasi ABSTRACT DETERMINING OF HYDROGEN PRODUCTION CAPACITY FROM WATER MOLECULES SPLITTING BASED ON HTGR-COGENERATION HEAT DISTRIBUTION. Hydrogen is an important molecule for energy and food. The use of hydrogen for energy can solve two problems at once, i.e. petroleum reserves shortening and global warming. In the food sector, hydrogen is needed as raw materials for the manufacture of ammonia nitrogen fertilizers. Hydrogen-containing compound with high abundance and low price is water. Primary energy source is required for water molecules splitting to produce hydrogen. Potential energy source for such purposes is nuclear. Through a cogeneration system, gen-iv (generation IV) nuclear reactor is a strategic heat source for hydrogen production from water because of its sustainability and ability to produce high temperature heat with inherent and reliable safety systems. The purpose of this paper is to determine the capacity of hydrogen production through water molecules splitting based on heat distribution from HTGR (High Temperature Gas-cooled Reactor)-Cogeneration. Two techniques of thermo chemical water splitting, i.e. SI-cycle (Sulphure-Iodine) and I-cycle (Iodine) were simulated with Aspen HYSYS. The simulation results show that 59 MW of 200 MW heat supplied from RGTT200K is allocated for hydrogen production. This amount of heat is equivalent to 683 kg/hour of hydrogen production rate (SI-cycle) and 1,054 kg / hr (I-cycle). SI-cycle and I-cycle are at the laboratory scale development stage and are intended for production of hydrogen from water with nuclear energy without supply of natural gas. Keywords : hydrogen, energy, food, nuclear reactor, cogeneration PENDAHULUAN Hidrogen adalah unsur kimia yang penting untuk energi dan pangan. Untuk energi, hidrogen ditujukan terutama sebagai bahan bakar alat transportasi. Saat ini konsumsi energi didominasi oleh bahan bakar fosil dengan rasio pemakaian bahan bakar fosil dan non fosil adalah 80 berbanding 20 (1). Untuk pangan, 54

hidrogen bersama nitrogen merupakan bahan baku pembuatan amonia dan pupuk. Separo produksi hidrogen saat ini digunakan untuk pembuatan ammonia (1). Hidrogen adalah unsur dengan kelimpahan terbanyak ketiga di permukaan bumi, namun hidrogen tidak terdapat bebas sebagai unsur murni melainkan dalam bentuk senyawa, terutama dalam bentuk air dan senyawa organik (1). Dengan demikian, teknik produksi hidrogen pada dasarnya adalah pemisahan hidrogen dari senyawanya. Teknik produksi hidrogen yang sudah umum saat ini adalah SMR (Steam Methane Reforming) yang bahan bakunya adalah air dan gas alam, namun harga gas alam yang mahal dan pasokannya yang menurun menuntut ditemukannya teknik baru produksi hidrogen yang bahan bakunya hanya air saja. Cara baru yang saat ini dikembangkan di berbagai negara adalah perengkahan air dengan energi nuklir melalui siklus-si (Sulfur-Iodium) (2). Sejak tahun 1980 penelitian terhadap siklus- SI di JAERI (Japan Atomic Energy Research Institute; saat ini bernama Japan Atomic Energy Agency, JAEA) terfokus pada tiga hal, yaitu pengembangan sistem dengan siklus tertutup, pengembangan proses untuk meningkatkan efisiensi dan pengembangan material untuk konstruksi (3). Penelitian di JAEA dengan fasilitas eksperimen berbahan gelas dan resin fluorin menunjukkan keberhasilan operasi siklus-si tertutup untuk produksi hidrogen secara kontinyu dengan laju produksi 32 L per jam selama 20 jam (2). Reaksi Bunsen dijalankan pada temperatur sekitar 70 o C, sedangkan reaksi perengkahan H 2 SO 4 dan HI dijalankan masingmasing pada temperatur sekitar 850 o C dan 500 o C (2). Di INET (Institute of Nuclear and New Energy Technology) China, penelitian proses produksi hidrogen dengan energi nuklir melalui siklus-si telah dilakukan intensif sejak tahun 2005. INET telah membangun fasilitas terintegrasi skala laboratorium untuk siklus-si yang diberi nama SI-10 pada tahun 2007. Fasilitas ini mampu menghasilkan hidrogen dengan laju produksi 10 NL/jam. SI-10 di INET dipasang secara kogenerasi dengan reaktor nuklir HTR-10 (High Temperature Reactor - 10) yang telah selesai dibangun dan telah berhasil mencapai kritikalitas. Selain untuk pembangkitan listrik, aplikasi penting HTR-10 memang ditujukan untuk produksi hydrogen (4). Pada makalah ini dibahas kapasitas produksi hidrogen dengan merengkah air berdasarkan distribusi kalor pada sistem RGTT-Kogenerasi (Reaktor berpendingin Gas Temperatur Tinggi). Teknik produksi hidrogen dibatasi pada sistem termokimia dan tidak elektrokimia karena teknik elektrokimia membutuhkan listrik yang dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya. TEORI Hidrogen adalah komoditas penting yang digunakan dalam industri pupuk nitrogen, pengolahan minyak, dan juga sebagai bahan bakar. Konsumsi hidrogen dunia terus meningkat dan mencapai 70 juta ton per tahun dengan pertumbuhan sekitar 7% (5). Lebih dari 55

90% kebutuhan hidrogen saat ini dipasok oleh hidrogen yang dibuat dari bahan fosil baik berupa gas alam, hidrokarbon cair, maupun batubara. Proses yang digunakan adalah SMR atau oksidasi parsial gas alam (5). Untuk energi, hidrogen bersifat terbarukan. Teknik-teknik konversi energi saat ini menunjukkan bahwa semua sumber energi dapat dikonversi menjadi hidrogen. Nuklir adalah sumber energi primer potensial yang dapat dikonversi menjadi hidrogen karena reaktor nuklir mampu menghasilkan kalor melimpah yang selain dapat menghasilkan listrik juga dapat dimanfaatkan untuk produksi hidrogen melalui sistem reaktor nuklir kogenerasi (6). Siklus SI Siklus-SI adalah teknik perengkahan air untuk menghasilkan hidrogen yang diusulkan pertama kali oleh General Atomic. Reaksi kimia pada siklus-si adalah reaksi Bunsen, reaksi perengkahan HI, dan reaksi perengkahan H 2 SO (2) 4. Reaksi keseluruhan siklus-si yang jumlah totalnya merupakan reaksi perengkahan air adalah sebagai berikut: Selain hidrogen dan oksigen, seluruh produk rengkahan H 2 SO 4 dan HI digunakan kembali sebagai reaktan pada reaksi Bunsen. Hasil akhir siklus-si adalah reaksi perengkahan molekul air menjadi gas hidrogen dan oksigen. Bagan siklus- SI ditunjukkan pada Gambar 1 dan efisiensi pemanfaatan kalor yang dipengaruhi oleh temperatur pada siklus-si ditunjukkan pada Gambar 2 (7,8). Siklus I Siklus-I (Siklus-Iodium) merupakan bentuk penyederhanaan dari Siklus-SI dan hanya melibatkan loop iodium saja. Siklus-I jauh lebih sederhana dan merupakan intisari Siklus-SI karena tidak memerlukan loop-s. Reaksi perengkahan air siklus-i untuk produksi hidrogen tersebut berlangsung dua tahap, yaitu reaksi reformasi uap air iodium dan reaksi perengkahan HI sebagai berikut (9) : METODOLOGI Makalah ini mencakup dua hal, yaitu penghitungan distribusi daya RGTT200K dan pemanfaatan kalor loop sekunder untuk produksi hidrogen melalui reaksi kimia perengkahan air siklus-si dan siklus-i. Rancangan sistem kogenerasi RGTT200K dimodelkan dalam tiga loop sebagaimana pada Gambar 3. Pemodelan dilakukan dengan membuat gambar menggunakan Microsoft Visio 2003 kemudian disimulasikan dengan Aspen HYSYS. Perangkat lunak Aspen HYSYS sebenarnya dirancang untuk menyimulasikan proses di industri pengolahan minyak dan gas. Karena data fisiko-kimia bahan yang digunakan dalam proses perengkahan air siklus-si juga tercakup dalam Aspen HYSYS, maka perangkat lunak ini dapat juga menyimulasikan siklus-si. 56

Gambar 1. Diagram Siklus Sulfur-Iodium (Siklus-SI) (7). Gambar 2. Efisiensi termal dan kebutuhan energi kalor untuk produksi hydrogen (8). Gambar 3. Distribusi daya RGTT200K melalui loop primer, sekunder, dan tersier. Simulasi dilakukan dengan mengacu pada nilai variabel-variabel komponen utama pada rancangan GTHTR300 (Gas Turbine High Temperature Reactor 300) yang dikembangkan oleh JAEA (Japan Atomic Energy Agency). 57

HASIL DAN PEMBAHASAN Teras RGTT200K dirancang untuk menghasilkan keluaran kalor pada media helium sebesar 200 MW pada temperatur 950 o C dan tekanan 50 bar. Temperatur masukan ke dalam teras adalah 611,1 o C. Bagian ini bersifat sudah tetap sehingga modifikasi apapun dalam perancangan akan tetap menggunakan spesifikasi teras yang sama (10,11). Dengan mengacu pada spesifikasi komponen utama GTHTR300 JAEA, serta dengan mematok temperatur reservoir dingin sebesar 3 o C di atas temperatur kamar, maka kalor sebesar 200 MW dari RGTT200K akan teralokasikan untuk produksi hidrogen sebesar 59 MW, pembangkitan listrik 64 MW, dan untuk desalinasi 77 MW. Distribusi kalor tersebut sebagai fungsi temperatur pada reservoir dingin ditunjukkan pada Gambar 4. Pola distribusi kalor ini terjadi jika digunakan gas helium untuk semua loop primer, sekunder, dan tersier. Media untuk loop primer sudah tetap, yaitu helium yang dipilih berdasarkan pertimbangan reaksi nuklir di teras RGTT200K. Pilihan media untuk loop sekunder dan tersier bersifat lebih fleksibel. Pada loop sekunder yang hanya berisi proses perpindahan kalor tanpa ada proses ekspansi dan kompresi, dapat dipilih media yang dapat menyimpan kalor lebih banyak melalui vibrasi dan regangan molekuler, misalnya karbondioksida. Dengan demikian kehilangan kalor melalui dinding pipa sepanjang sirkulasi dalam loop dapat diperkecil. Pada loop tersier yang di dalamnya ada proses ekspansi dan kompresi dipilih media yang menghasilkan kerja ekspander lebih besar pada saat proses ekspansi yaitu gas helium. Jika digunakan gas nitrogen, meskipun lebih mudah dan lebih murah, namun nitrogen menghasilkan kerja ekspander yang lebih rendah dari helium, sehingga listrik yang dihasilkan juga lebih sedikit. Gambar 4. Pengaruh temperatur reservoir dingin terhadap distribusi kalor RGTT200K 58

Gambar 5. Hasil simulasi distribusi daya di loop tersier jika digunakan Media N 2 :CO 2 dengan perbandingan 1:1. Pada Gambar 5 ditunjukkan hasil simulasi distribusi daya di loop tersier jika digunakan campuran media N 2 :CO 2 dengan perbandingan 1:1. Gambar tersebut menunjukkan bahwa jika digunakan media campuran N 2 :CO 2 maka akan lebih banyak kalor yang terbuang meskipun kalor tersebut dimanfaatkan untuk desalinasi. Pada RGTT-Kogenerasi, variasi media pengangkut kalor di loop sekunder dan tersier akan mempengaruhi distribusi daya untuk pembangkitan listrik dan desalinasi, sedangkan alokasi daya di loop primer untuk menjalankan proses produksi hidrogen akan tetap. Alokasi pasokan kalor pada berbagai variasi daya RGTT untuk produksi hidrogen serta kapasitas produksi yang dapat dihasilkannya ditunjukkan pada Tabel 1. Kebutuhan kalor siklus-si dihitung ber dasarkan kebutuhan kalor perengkahan H 2 SO 4. Sebelum direngkah, H 2 SO 4 pada 100 o C produk reaksi Bunsen dipanaskan lebih dahulu hingga 900 o C kemudian diumpankan ke reaktor perengkah. Kalor total untuk reaksi perengkahan ini adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk pemanasan ditambah kalor untuk reaksi perengkahan itu sendiri. Pasokan kalor dalam siklus-si yang digunakan untuk perengkahan H 2 SO 4 adalah 75%. Jika tersedia 59 MW untuk siklus-si, maka perengkahan H 2 SO 4 akan mengkonsumsi sebesar 44 MW. Daya kalor tersebut dapat merengkah H 2 SO 4 sejumlah 33.500 kg/jam yang setara dengan produksi gas oksigen 5.465 kg/ jam dan setara gas hidrogen 683 kg/jam. Tabel 1. Kapasitas produksi hidrogen sesuai dengan jumlah pasokan kalor dari RGTT-Kogenerasi. Daya RGTT Daya produksi hidrogen Kapasitas produksi hidrogen Siklus-SI Siklus-I 200 MW 59,01 MW 683 kg/jam 1054 kg/jam 30 MW 8,85 MW 102 kg/jam 158 kg/jam 10 MW 2,95 MW 34 kg/jam 52 kg/jam 59

Kebutuhan kalor siklus-i dihitung berdasarkan nilai efisiensi termik 60% (7). Dengan nilai efisiensi tersebut, kalor sebesar 59 MW yang dipasok oleh loop sekunder RGTT200K dapat menghasilkan hidrogen dengan kapasitas produksi 1.054 kg/jam. KESIMPULAN Untuk menghemat gas alam dan menuju teknologi hijau dengan emisi nol, saat ini sedang dikembangkan teknik produksi hidrogen termokimia siklus-si dan siklus-i yang memanfaatkan pasokan kalor temperatur tinggi dari RGTT-Kogenerasi. RGTT200K yang berdaya termik 200 MW memiliki alokasi daya untuk produksi hidrogen sebesar 59 MW dan dapat menghasilkan hidrogen sebesar 683 kg/ jam (siklus-si) atau 1.054 kg/jam (siklus-i). DAFTAR PUSTAKA 1. Elder, R. and Allen, R., Nuclear Heat for Hydrogen Production: Coupling a Very High / High Temperature Reactor to a Hydrogen Production Plant, Progress in Nuclear Energy, 51, p. 500-525, 2009. 2. Kubo, S., et. all., R&D Status on Thermochemical IS Process for Hydrogen Production at JAEA, World Hydrogen Energy Conference, Canadian Hydrogen and Fuel Cell Association, Energy Procedia, 29, p. 308-317, 2012. 3. Wu, X. and Onuki, K., Thermochemical Water Splitting for Hydrogen Production Utilizing Nuclear Heat from an HTGR, Tsinghua Science and Technology, Vol. 10, No. 2, p. 270-276, 2005. 4. Zhang, P., et. All., Overview of Nuclear Hydrogen Production Research through Iodine Sulphur Process at INET, International Journal of Hydrogen Energy, 35, p. 2883-2887, 2010. 5. Li, H., et. All., Development of Direct Resistive Method for SO 3 Decomposition in The S-I Cycle for Hydrogen Production, Journal of Applied Energy, 93, p. 59-64, 2012. 6. Kementerian Riset dan Teknologi, Agenda Riset Nasional 2010-2014, Lampiran II Keputusan Menteri Riset dan Teknologi Nomor : 193/M/Kp/IV/2010. 7. Chukwu, C., : Process Analysis and Aspen Plus Simulation of Nuclear-Based Hydrogen Production with a Copper-Chlorine Cycle, Thesis of Master of Applied Science, University of Ontario Institute of Technology, 2008. 8. Yildiz, B. dan Kazimi, M.S., Efficiency of Hydrogen Production System Using Alternative Nuclear Energy Technologies, International Journal of Hydrogen Energy, 31, p. 77-92, 2006. 9. Huda, N., Rancangan Konseptual Proses Perengkahan Air Siklus Sulfur-Iodium untuk Produksi Hidrogen pada Sistem Reaktor Nuklir Kogenerasi, Tesis Magister Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, 2013. 60

10. Purwadi, M.D., Desain Konseptual Sistem RGTT 200 MWt Siklus Tak Langsung, Prosiding Seminar Nasional TKPFN Ke-17, 1 Oktober 2011, Yogyakarta. 11. Purwadi, M.D., Analisis dan Optimasi Desain Sistem Reaktor Gas Temperatur Tinggi RGTT200K dan RGTT200KT, Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir, Vol. 14, No. 1, hal. 1-14, 2012. 61