BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB V PENUTUP. agar si pemesan (pemohon/nasabah) tidak main-main dengan pesanan. Sesuai dengan Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

SIMULASI KASUS KOMPREHENSIF. BMT Al-Ridha Laporan posisi keuangan (Neraca) Per 31 Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB II GAMBARAN UMUM BMT BINA UMAT MANDIRI TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Bina Umat Mandiri Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT BAHTERA PEKALONGAN. 1. Latar Belakang KJKS BMT Bahtera Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RINGKASAN TUGAS AKHIR. Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syari ah Malang merupakan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. syariah diragukan system operasionalnya, tetapi tidak demikian adanya bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Oleh karena itu bank dapat dikatakan sebagai baromer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2013, hlm. 29

BAB I PENDAHULUAN. unsur riba diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti

BAB IV ANALISIS PREFERENSI NASABAH TERHADAP SIMPANAN NUSA DAN SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama yang universal tidak hanya berisi mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT yang berupa ibadah, tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia dengan manusia yang salah satunya adalah aspek Muamalah. Muamalah merupakan aktivitas manusia yang berperan sebagai khalifah di dunia ini, yang bertugas untuk menghidupkan dan memakmurkan bumi dengan cara saling berinteraksi antar umat manusia, sebagai contoh adalah melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah ekonomi syariah. Salah satu bentuk aktivitas dalam ekonomi syariah yaitu adanya transaksi keuangan melalui lembaga-lembaga keuangan syariah. 1 Maraknya pertumbuhan perbankan syari ah maka berbagai macam lembaga perekonomian yang berlabelkan Islam pun berkembang dengan pesatnya, mulai dari skala makro misalnya: Asuransi Syari ah, Pegadaian Syari ah, Reksadana Syari ah, dan lain-lain. Bahkan di level mikro muncul lembaga keuangan syari ah misalnya BPR Syari ah, Koperasi Syari ah, dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Di samping bank syari ah, untuk melayani masyarakat menengah dan bawah, Undang-Undang juga mengizinkan beroperasinya lembaga 9 1 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Jakrta: Kencana, 2006. h. 1

2 keuangan mikro yang dikenal dengan koperasi dan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) 2. Di Kota Palangka Raya berdiri BMT KUBE Sejahtera unit 070, BMT KUBE berdiri pada tanggal 1 September 2005 oleh tokoh masyarakat pengajian di Jln Rajawali km 4,5. Pada tahun 2011 anggota BMT KUBE Sejahtera Unit 070 berjumlah 1923 orang. 3 Seperti halnya bank syariah, kegiatan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah melakukan penghimpunan (prinsip wadiah 4 dan mudharabah 5 ) dan penyaluran dana (prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah 6 ) kepada masyarakat. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli dilakukan dengan akad murabahah 7, 2 Menurut Arief Budiharjo, dalam buku Neni Sri Imayanti, Aspek-Aspek Hukum Baitul Maal Wat Tamwil, Bandung: PT Citra Aditiya Bakti, 2010. h. 72. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat (KSM) sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil-bawah dalam rangka pengentasan kemiskinan. Pengertian lain dikemukakan oleh Amin Azis bahwa Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah: balai usaha mandiri terpadu yang dikembangkan dari konsep Baitul Maal Wat Tamwil. Dari segi Baitul Maal, BMT menerima titipan bazis dari dana zakat, infak dan sedekah memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat kecil, fakir, miskin. Pada aspek baitul tamwil, BMT mengembangkan usaha-usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan usaha kecil dan anggota. 3 Hasil interview dengan salah satu karyawan BMT kube sejahtera yaitu kepala bagian pembiayaan yang berinisial I.K, pada hari senin, 26 November, 2011. Bertempat di gedung BMT Kube Sejahtera Jl. Rajawali K.m 4,5 4 Al-Wadi ah secara etimologi berarti menempatkan sesuatu bukan pada pemiliknya untuk di pelihara, dan secara terminologi, menurut jumhur ulama Al-wadi ah adalah mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu. Sofiniyah Ghufron, Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005. h. 75 5 Menurut istilah fiqh, kata mudharabah adalah akad perjanjian antara kedua belah pihak, yang salah satu dari keduanya memberi modal kepada yang lain supaya dikembangkan, sedangkan keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai dengan ketentuan yang disepakati. Ibid.,h.27 6 Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa di ikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Ibid.,h.38 7 Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara lembaga syariah dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjualan dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lump sum atau berdasarkan persentase. Ibid,.h.26

3 salam 8, ataupun istishna 9. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli yang paling dominan adalah murabahah. Berdasarkan data statistik BMT Kube Sejahtera pada awal tahun 2010, jual beli murabahah menunjukkan posisi lebih dari 70%. 10 Adapun untuk melakukan suatu akad pembiayaan murabahah, pada BMT KUBE Sejahtera Unit 070 Kota Palangka Raya memiliki ketentuan sendiri, yaitu: Anggota atau nasabah memiliki jaminan untuk diserahkan kepada BMT selama masa perjanjian (jaminan boleh berupa rekening atau tabungan yang ada pada BMT tersebut), Anggota memberikan uang muka, dan dalam pembiayaan akad murabahah ini pihak BMT mewakilkan (memberikan kuasa) kepada nasabah untuk membeli barang yang diperlukan. Adapun prosedur yang di terapkan oleh BMT KUBE sendiri, sebelum direalisasikannya pembiayaan dengan akad murabahah tersebut pihak kreditur (nasabah) terlebih dahulu membuat akta perjanjian. Jadi, setiap orang yang membuat perjanjian, dia terikat untuk memenuhi isi daripada perjanjian tersebut. Mengikat perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak, maka dibutuhkanlah suatu akta otentik 11 yang dibuat oleh seorang notaris. Adapun maksud dan tujuan dibuat dalam suatu akta otentik adalah dalam rangka untuk 8 Bai-Salam, berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sementara pembayaran dilakukan dimuka. Ibid.,h.28 9 Bai al-istishna, menurut fuqaha Istishna merupakan suatu jenis khusus dari akad salam. biasanya jenis ini dipergunakan di bidang munafaktur. Dengan demikian, ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan akad salam.ibid.,h.34 10 Hasil interview dengan salah satu karyawan BMT kube sejahtera yaitu kepala bagian pembiayaan pak Imam Khusaini, pada hari senin, 26 November, 2011. Bertempat di gedung BMT Kube Sejahtera Jl. Rajawali K.m 4,5 11 Akta otentik adalah surat yang diberi tanda tangan, yang membuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar daripada suatu hak perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. Jadi untuk dapat digolongkan dalam pengertian akta, maka surat harus ditanda tangani. Keharusan ditanda tangani surat untuk dapat disebut akta dinyatakan dalam Pasal 1868 KUHPerdata.

4 membuat suatu alat bukti. Akta sengaja dibuat untuk dapat dijadikan alat bukti tentang suatu peristiwa hukum dan ditandatangani. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1867 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisantulisan di bawah tangan. 12 Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, maka akta berfungsi untuk memastikan suatu peristiwa hukum dengan tujuan menghindari sengketa di kemudian hari. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pembuatan akta harus sedemikian rupa sehingga apa yang diinginkan untuk dibuktikan itu dapat diketahui dengan mudah dari akta yang telah dibuat. 13 Didalam dunia perbankan, akta yang paling umum dibuat adalah akta pengakuan hutang, baik itu grosse 14 akta yang dibuat secara otentik oleh notaris, maupun akta di bawah tangan yang dibuat oleh pihak bank dengan debiturnya. Jenis akta lainnya yang biasanya dibuat adalah legalisasi dan waarmerking 15 surat di bawah tangan, maupun surat-surat atau akta-akta lainnya yang dibutuhkan oleh pihak bank ataupun debitur dalam perjanjiannya. Adapun mengenai hal jaminan Pada dasarnya, sesuai dengan prinsipnya pembiayaan tidaklah memerlukan suatu jaminan yang diserahkan oleh nasabah debitur kepada bank sebagai kreditur. Namun bank dan lembaga keuangan mikro lainnya seperti Baitul Maal wa Tamwil (BMT) pada prakteknya memerlukan jaminan untuk mendapat kepastian hukum bahwa pembiayaan yang diberikan 12 R. Subekti & R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT PRADNYA PARAMITA, 2005.h.475 13 Ibid., h.476 14 Grosse akta adalah salinan dari suatu akta otentik, (lihat pasal 1889 BW), dalam bukunya Simorangkir, Rudy T.Erwin, Kamus Hukum, Jakrta:Sinar Grafika, 2008. h.186 15 Waarmerking adalah pendaftaran akta-akta di bawah tangan pada notaris atau pejabatpejabat tertentu untuk mensahkan isi dan tanda tangan. (lihat pasal 1874 BW). Ibid., h. 186

5 pada nasabah akan dapat diterima kembali. Keberadaan jaminan tersebut merupakan jalan untuk memperkecil resiko bank dalam menyalurkan kredit (pembiayaan). 16 Berdasarkan hasil penelusuran pada hasil penelitian-penelitian sebelumnya 17, ternyata sejauh ini belum ditemukan ada yang meneliti sebagaimana yang diteliti dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang penerapan hukum jaminan dalam akad murabahah yang dilakasanakan oleh BMT Kube Sejatera 070 di Palangka Raya. Pada hasil observasi awal yang penulis lakukan, dalam hal akad dan jaminan dalam pembiayaan murabahah, seharusnya sebelum di realisasikannya pembiayaan murabahah ini kepada nasabah, nasabah terlebih dahulu harus mengisi surat perjanjian (akad pembiayaan) dalam bentuk tertulis yaitu akta perjanjian yang sudah disediakan oleh pihak BMT, tetapi kenyataannya di lapangan kebanyakan bagian marketing melalaikan hal tersebut, ada beberapa nasabah yang di realisasikan pembiayaannya tanpa mengisi surat perjanjian (akad pembiayaan) murabahah tersebut dan tanpa memberikan jaminan. 18 Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul: IMPLEMENTASI HUKUM JAMINAN PADA AKAD MURABAHAH (Studi di Baitul Maal Wat Tamwil Kube Sejahtera Palangka Raya). 16 Ibid, Aspek-Aspek Hukum Baitul Maal Wat Tamwil, h. 56 17 Penelitian-penelitian terdahulu yang di jelaskan pada BAB II Telaah Pustaka. 18 Hasil interview dengan salah satu karyawan BMT kube sejahtera yaitu kepala bagian pembiayaan pak Imam Khusaini, pada hari senin, 26 november 2011. Bertempat di gedung BMT Kube Sejahtera Jl. Rajawali K.m 4,5

6 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistem jaminan pada akad pembiayaan murabahah di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Kube Sejahtera Palangka Raya? 2. Bagaimana kedudukan hukum akad pembiayaan murabahah di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Kube Sejahtera Palangka Raya? 3. Apa akibat hukum dari implementasi pembiayaan murabahah dengan tanpa akta perjanjian dan barang jaminan? C. Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sistem jaminan pada akad pembiayaan murabahah di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Kube Sejahtera Palangka Raya. 2. Untuk mengetahui kedudukan hukum akad pembiayaan murabahah di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Kube Sejahtera Palangka Raya. 3. Untuk mengetahui akibat hukum dari implementasi pembiayaan murabahah dengan tanpa akta perjanjian dan barang jaminan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dan Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah khususnya, serta seluruh Mahasiswa Sekolah Tinggi

7 Agama Islam negeri (STAIN) Palangka Raya pada umumnya, dalam bidang ekonomi syariah. 2. Dalam hal kepentingan ilmiah, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi pengetahuan intelektual di bidang ekonomi syariah dalam mensosialisasikan kepada masyarakat. 3. Sebagai tugas akhir untuk meyelesaikan studi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya. 4. Sebagai bahan referensi bagi BMT Kube Sejahtera Unit 070 Palangka Raya dalam perkembangannya dimasa yang akan datang. 5. Sebagai bahan bacaan dan juga sumbangan pemikiran dalam memperkaya khanazah literatur ekonomi syariah bagi kepustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya. 6. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian mendalam terhadap permasalahn yang sama pada masa yang akan datang.