BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Anak adalah aset bangsa yang paling berharga. Karena anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pasal 28 menyatakan bahwa: (1) Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

Tinjauan Mata Kuliah. nak adalah anugerah tertinggi dari Tuhan Yang Maha Kuasa, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi sosial yang diakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHALUAN. Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan. sekarang ini, salah satu upaya ke arah tersebut adalah Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidia Susantii, 2015 Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE

Berdasarkan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional (sisdiknas), disebutkan dalam pasal 1 ayat (14), Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang UPI Kampus Serang Iis Jamilah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ROGRAM PARENTING PAUD. Adapted from NEST

BAB 1 PENDAHULUAN. (Kurnia; 2009). Mereka merupakan titipan dan amanat Allah SWT, yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Dimana manusia pun

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bijaou (Hurlock, 1980: 5) menjelaskan bahwa usia 2-5 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ane Fitriani, 2015 Upaya pengelola dalam meningkatkan manajemen mutu PAUD

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

CALISTUNG UNTUK PAUD * Ika Budi Maryatun, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan hidup manusia, masa ini disebut masa keemasan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYELENGGARAAN KELOMPOK BERMAIN DI KB IDAMAN DESA SOGU KECAMATAN MONANO KABUPATEN GORONTALO UTARA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA SISWA KELOMPOK A TK ISLAM MARDI SIWI PAJANG LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Hasil penelitian tentang kondisi aktual dan pengaruh bimbingan orangtua

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI METODE OUT BOND DI KELOMPOK BERMAIN PUTRA BANGSA PASUNGAN, CEPER, KLATEN TAHUN AJARAN

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting bagi anak karena pendidikan pada masa tersebut merupakan landasan atau fondasi bagi anak untuk mempersiapkan kehidupannya di masa yang akan datang. Hasil penelitian otak manusia oleh Profesor Pendidikan dari Universitas Chicago yakni B.S. Bloom menunjukan bahwa perkembangan intelektual anak usia 4 tahun telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80% dan 20 % sisanya diperoleh pada usia 8 tahun ke atas. Pesatnya perkembangan yang terjadi pada masa inilah yang biasa disebut sebagai masa keemasan atau masa golden age. (Stanisiaus, 2010, hlm. 17) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; pasal 28 ayat (2) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan/atau informal. Kemudian ayat selanjutnya (3) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; (4) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; (5) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Keluarga merupakan lingkungan budaya pertama yang dikenal anak, peran keluarga penting untuk mengembangkan dan menumbuhkan nilai-nilai

2 moral dan agama yang kelak akan menjadi fondasi bagi kehidupannya. Kasih sayang dan perhatian dari keluarga khususnya orangtua diperlukan anak untuk memotivasi apa yang dilakukan anak. Dari sejak dalam kandungan, kemudian tumbuh dan lahir sebagai bayi yang mungil dan bersih, dirawat dan dibesarkan di lingkungan keluarga. Ketika anak sudah berada pada usia sekolah, bukan berarti tugas mendidik orangtua akan terhenti dan digantikan oleh guru di sekolah, justru orang tua dan lembaga pendidikan seharusnya bisa bekerja sama dan berkomunikasi dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak. Pemerintah dalam hal ini telah menawarkan program yang dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan hubungan keluarga dengan lembaga PAUD. Program tersebut adalah program parenting. Menurut Asolihin (2013) menyatakan bahwa program parenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dengan memanfaatkan sumbersumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Maryatun (2009, hlm. 4), salah satu Dosen Universitas Negeri Yogyakarta dalam sebuah materi berjudul Parenting Tembi menyatakan bahwa program parenting tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kelompok Pertemuan Orangtua (KPO) atau parent s class 2. Keterlibatan orangtua di Kelompok/Kelas Anak 3. Keterlibatan orangtua dalam acara bersama 4. Hari Konsultasi Orang tua 5. Kunjungan Rumah (Home Visit) Program-program tersebut tentu memberikan dampak dan manfaat bagi orangtua, siswa maupun bagi lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Seorang guru bukan hanya bertugas sebagai pendidik tetapi juga sebagai

3 pengajar dan pelatih. Tugas-tugas yang diemban itu bukan hanya sekedar di lembaga PAUD saja tetapi juga di luar lembaga PAUD. Satu hal yang perlu menjadi perhatian dari guru, adalah tugas mendidik. Seorang guru juga tidak bisa berjalan sendiri, diperlukan berbagai pihak yang akan membantu tugastugasnya. Salah satunya adalah keluarga khususnya orangtua siswa. Keluarga akan membantu guru dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membantu anak dalam membuat pekerjaan rumahnya, serta orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar. (Abu, Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2003). Sehingga perlu adanya hubungan yang baik diantara pihak-pihak yang terkait. Masih banyak kenyataan yang terjadi di masyarakat, diempat sekolah, adanya orangtua yang masih mempunyai pola pikir bahwa pendidikan itu sepenuhnya tanggung jawab pihak lembaga pendidikan saja. Seringkali orangtua menumpu harapan terlalu tinggi pada lembaga pendidikan, sehingga banyak orangtua yang berani membayar mahal biaya pendidikan anaknya. Di sisi lain, tidak sedikit orangtua yang menuntut lembaga pendidikan harus berbuat seperti yang dikehendaki dan kecewa jika hasil pendidikan di lembaga tersebut tidak sesuai dengan harapannya. Fenomena keliru ini harus segera diluruskan agar tanggung jawab tinggi muncul dalam keluarga sehingga keluarga, khususnya ibu dan ayah juga berperan sebagai pendidik di rumah. Kasus yang lainnya terkadang orangtua menilai kesuksesan anaknya dari nilai yang tercantum di buku laporan anak bukan berdasarkan pada perilaku anak di sekolah. Jika guru tidak mengkomunikasikan perilaku dan keseharian anak kepada orang tua, maka orang tua belum tentu mengetahui. Tidak jarang sebagai guru menemukan anak yang pendiam di sekolah tetapi ketika dirumahnya anak tersebut cerewet dan aktif bergerak. Guru juga

4 berperan sebagai motivator ketika menjenguk anak yang sakit atau tidak mau sekolah. Dari beberapa kasus tersebut di atas, maka perlu adanya program yang dapat menjembatani antara hubungan keluarga denga lembaga TK, misalnya dengan program home visit. Program home visit atau kunjungan ke rumah dan silaturahmi dengan orang tua atau wali murid perlu dilakukan, dan tugas ini tidak hanya dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling saja, akan tetapi untuk semua guru, terutama wali kelas atau guru kelas (Tn., 2011, hlm. 1). Program home visit adalah kegiatan silaturahmi antar orangtua atau pengelola/pendidik ke rumah orangtua yang bertujuan untuk mempererat hubungan, menjenguk, atau dalam rangka memberi/meminta dukungan tertentu yang dilakukan secara kekeluargaan. Program ini memiliki beberapa tujuan utama yaitu : 1) Menjalin silaturahmi antara keluarga dengan pengurus dan lembaga pendidikan anak usia dini; 2) Menggali informasi tentang polapola pendidikan orang tua dalam keluarga; 3) Menemukan pemecahan masalah secara bersama terhadap masalah yang dihadapi oleh orang tua di rumah (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2012, hlm. 18-19). Pada hakekatnya program home visit ini adalah salah satu usaha menciptakan lingkungan atau suasana pendidikan yang kondusif, harmonis antara pihak sekolah dan orangtua peserta didik. Dengan program home visit ini, maka tindakan pendidikan terhadap peserta didik akan memiliki arah yang sama antara pendidikan yang ada di sekolah dengan kehidupan peserta didik sehari-hari di rumah. Arah pendidikan yang sama ini akan menjadikan pendidikan di sekolah selalu terdukung dengan kondisi peserta didik di rumah. Seandainya pendidikan di sekolah tidak searah dengan kebiasaan kehidupan peserta didik di rumah, maka pendidikan akan bertepuk sebelah

5 tangan. Misalnya di sekolah diajarkan untuk bisa mengambil barang-barang sendiri (jika mampu) atau mengerjakan tugasnya sendiri, tetapi ketika berada di rumah, orang tua memanjakan anak dan melayani anak padahal anak telah mampu mengerjakan hal itu. Jika pendidikan semacam ini (tidak searah) terjadi, maka yang akan terjadi adalah ketimpangan dalam dunia pendidikan. Program home visit atau kunjungan rumah merupakan cara yang efektif untuk mempererat hubungan yang kuat antara orang tua dan pendidik anak usia dini. Program home visit ini adalah salah satu kesempatan yang unik bagi pendidik untuk mengenal siswa dan keluarga siswa. Kunjungan rumah digunakan untuk berbagi informasi dan pengetahuan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Ketika program home visit dilaksanakan keluarga merasa senang karena merasa diperhatikan dan rasa ketertarikan terhadap anak. Program home visit diharapkan dapat membentuk kemitraan yang kuat antara guru dan keluarga. Hasil pengamatan di lapangan pada bulan Januari-Maret ditujuh TK, yaitu TK Negeri Pembina Cianjur, TK Islam Kreatif, TK Muhammadiyah Cianjur, TK Gapura Cipta Cianjur, 3 TK diantaranya terletak di Kota Bandung yaitu TK Negeri Pembina Citarip, TK Negeri Centeh dan TK Laboratorium UPI, diperoleh data bahwa hanya 2 TK, yaitu TK Negeri Pembina Citarip dan TK Laboratorium UPI yang telah mengembangkan program home visit ini. Beberapa alasan tersebut adalah : kurang adanya respon yang positif dari orangtua siswa, kesulitan guru dalam hal merencanakan program home visit tersebut serta kurangnya sosialisasi dari pemerintah terkait dengan program tersebut. Taman Kanak-kanak Negeri Pembina (TKNP) Citarip Kota Bandung merupakan salah satu sekolah yang mengadakan rapat rutin setiap bulan dengan orangtua dalam membahas program sekolah, baik yang telah

6 dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Dari rapat tersebut, muncullah gagasan untuk mengadakan program home visit. TKNP merupakan salah satu TK di Kota Bandung yang telah menerapkan program home visit yang disertai dengan dokumen secara tertulis dalam perencanaan, tetapi masih terdapat beberapa kendala yang ditemui dalam perencanaan misalnya pendokumentasian mengenai prosedur implementasi program home visit. dan pelaksanaan dan dipandang behasil menjalin hubungan baik dengan keluarga dengan cara menggunakan program home visit tersebut, program dilaksanakan secara rutin pada awal tahun pelajaran dan akhir tahun pelajaran. Program home visit di TK Negeri Pembina Citarip tidak dimaksudkan untuk menggantikan pertemuan guru dan orang tua atau untuk mendiskusikan kemajuan perkembangan anak-anak. Program home visit dilaksanakan sebelum timbulnya permasalahan sebagai langkah pencegahan. Guru yang telah melakukan program home visit mengatakan hubungan yang terjalin dengan kuat bersama keluarga dan anak-anak dapat meningkatkan tingkat kehadiran dan prestasi anak. Terlepas dari hal tersebut, masih terdapat beberapa kelemahan mengenai implementasi program home visit di TKNP Citarip, baik dalam perencaaan, prosedur pelaksanaan yang belum rinci dan jelas, serta masih terjadi beberapa kendala baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam evaluasi program home visit. Berdasarkan permasalahan yang berkembang diatas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada Implementasi Program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

7 1. Bagaimana perencanaan Program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana pelaksanaan Program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Bagaimana ketercapaian pelaksanaan Program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015? 4. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015 dan bagaimana upaya pencegahannya? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan menganalisis tentang pelaksanaan program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung. Adapun tujuan khusus penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis data tentang: 1. Perencanaan program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung. 2. Pelaksanaan Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung. 3. Ketercapaian dan evaluasi program Home Visit di TK TKN Pembina Citarip Kota Bandung. 4. Kendala serta solusi terkait pelaksanaan program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung.

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam melakukan penelitian pendidikan, khususnya tentang program Home Visit di Taman Kanak-kanak. 2. Bagi Guru Guru dapat mengembangkan lebih baik lagi program home visit sehingga dapat lebih baik dan lebih terencana. 3. Bagi Lembaga Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif serta acuan mengenai pelaksanaan program Home Visit kepada lembaga penyelenggara pendidikan, khususnya di lembaga pendidikan yang masih belum mengembangkan program Home Visit. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai hal yang sama secara lebih mendalam mengenai program home visit. E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. Bab II kajian pustaka yang berisi tentang kajian mengenai konsep PAUD, penyelenggaraan PAUD, program home visit di PAUD, peran

9 keluarga dalam program home visit di PAUD, dan penelitian terdahulu mengenai program home visit. Bab III metode penelitian yang memuat tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data (observasi, wawancara dan studi dokumentasi), langkah-langkah penelitian, serta instrumen penelitian. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang pengolahan hasil penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V simpulan dan rekomendasi, memuat tentang simpulan dari semua bab pada skripsi, dan rekomendasi yang ditujukan kepada kepala sekolah, guru, orangtua dan peneliti berikutnya yang berniat melakukan penelitian selanjutnya.