1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri di bidang pariwisata. Berbagai macam usaha yang dapat dikembangkan dari sektor pariwisata cukup banyak, seperti : resort, hotel atau penginapan, restoran atau rumah makan, pengelolaan kawasan wisata, travel, paket wisata, Even Organizer (EO), dan lain-lain. Oleh karena itu, pariwisata disebut sebagai bidang pembangunan yang multi sektoral. Potensi kawasan dan daya tarik wisata alam di wilayah Indonesia sebagai salah satu negara megabiodiversity tidak dapat dipungkiri. Dalam buku Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Nasional di Kawasan Hutan Ditjen PHKA tahun 2001, disebutkan bahwa potensi hutan Indonesia antara lain : Tabel 1.1 Potensi Hutan di Indonesia No. Potensi Jumlah Persentase dengan jumlah yang ada di dunia 1. Tumbuhan berbunga 27.000 jenis 10 % 2. Mamalia 515 jenis 12 % 3. Aves 1.539 jenis 17% 4. Reptilia 511 jenis 16 % 5. Amphibia 8.270 jenis 16 % Sumber : Ditjen PHKA ( 2001)
2 Selain itu, Indonesia juga mempunyai 128 gunung berapi, fenomena alam seperti air terjun, sumber air panas, kawah, sungai, gua, danau, perairan karang, hutan mangrove, padang laut, dan lainnya. Kekayaan alam tersebut merupakan potensi ODTWA (Objek Daya Tarik Wisata Alam) yang dalam pengembangan pariwisata alam perlu penanganan yang serius agar tetap terjaga kelestarian dan keberadaannya. Sejalan dengan upaya penyelamatan hutan dan peningkatan nilai manfaatnya. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan di antaranya adalah kegiatan pariwisata alam/wisata alam yang dinilai mempunyai prospek yang menjanjikan bila dikaitkan dengan upaya pemberdayaan masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat serta dalam rangka menekan laju kerusakan hutan. Hampir sebagian besar dari kawasan wisata yang ada di Indonesia merupakan tempat-tempat tujuan wisata yang berada di sekitar daerah konservasi alam, baik berupa hutan lindung, perkebunan, ataupun daerah resapan air. Menurut Perhutani Unit III Jawa Barat, khusus untuk daerah Jawa Barat memiliki potensi hutan sekitar satu juta hektar atau 22% dari luas wilayahnya. Departemen Kehutanan pada tahun 1993 juga telah menyusun pedoman penilaian untuk pengembangan kawasan wisata alam yang komprehensif meliputi 10 aspek, yaitu: daya tarik, potensi pasar, kadar hubungan, kondisi lingkungan, kondisi iklim, sarana akomodasi, tingkat prasarana, sarana penunjang, kemudahan air bersih, dan hubungan dengan kawasan wisata lain.
3 Beberapa tahun belakangan ini, telah banyak berkembang kawasan wisata di Indonesia pada umumnya, dan khususnya di Kabupaten Bandung Selatan terdapat tujuh kawasan wisata, yaitu : Kawah Putih, Patuha Resort, Pemandian Air Panas Cimanggu, Bumi Perkemahan Rancaupas, Perkebunan Strawberi, Pemandian Air Panas Ciwalini dan Situ Patengan. Hampir sebagian besar masyarakat Bandung berkunjung ke salah satu tempat wisata tersebut, tidak jarang pula dapat dijumpai wisatawan yang berasal dari luar kota. Karena jarak tempuh dari pusat Kota Bandung yang relatif tidak jauh, hanya ±40 Km atau 1 jam perjalanan. Kondisi alam yang sejuk menambah minat wisatawan berkunjung untuk melepaskan penat setelah bekerja. Semakin sering kegiatan wisata dilakukan oleh wisatawan, maka akan semakin banyak pula sumber daya alam yang akan digunakan. Hal tersebut juga berkaitan dengan seberapa besar polusi yang dihasilkan, seberapa banyak sampah yang dihasilkan, seberapa besar kerusakan lingkungan yang dirasakan, dan seberapa besar energi yang digunakan. Dalam faktor kebersihan lingkungan yang terdapat di setiap kawasan wisata tersebut masih kurang diperhatikan. Setiap pengelola kawasan wisata, seharusnya menjaga kelestarian lingkungan alam yang menjadi kawasan wisata dan sekitarnya, agar ekosistem yang terdapat di dalamnya tetap terjaga seperti sebelum lokasi tersebut dijadikan kawasan wisata. Pengembangan pariwisata sadar lingkungan merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan kegiatan pariwisata, sehingga pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya
4 dan lingkungan alam suatu negara. Semakin berkembangnya usaha-usaha dibidang pariwisata terutama kawasan wisata Ciwalini seperti halnya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 20% setiap tahunnya, tidak dibarengi dengan tingkat kenyamanan di kawasan wisata Ciwalini. Menurut data dari BPS pada tahun 1999, hingga saat ini penanganan dan pengelolaan sampah tersebut masih belum optimal. Baru 11,25% sampah di daerah perkotaan yang diangkut oleh petugas, 63,35% sampah ditimbun/dibakar, 6,35% sampah dibuat kompos, dan 19,05% sampah dibuang ke kali/sembarangan. Sementara untuk di daerah pedesaan, sebanyak 19% sampah diangkut oleh petugas, 54% sampah ditimbun/dibakar, 7% sampah dibuat kompos, dan 20% dibuang ke kali/sembarangan. Setiap permasalahan yang dimiliki oleh kawasan wisata, akan berdampak terhadap wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut. Ancaman dan rusaknya habitat alam dan keamanan manusia merupakan faktor penyebab ketidak-nyamanan wisatawan. Seperti masalah sampah yang akan membuat wisatawan merasa tidak nyaman dan tidak betah untuk berlama-lama di kawasan wisata. Sehingga wisatawan akan memberikan brand image yang buruk bagi pengelola dan kawasan wisata tersebut, dan akan berdampak menurunnya jumlah wisatawan yang datang untuk berkunjung. Tetapi masalah kebersihan pun harus ada penyadaran dari wisatawan yang datang berkunjung akan pentingnya kebersihan, karena pengunjung yang datang ke Kawasan Wisata Ciwalini banyak yang belum dapat menjaga lingkungan misalnya
5 dengan membuang sampah pada tempatnya, sehingga disekitar kebun teh dan kolam pemadian air panas banyak ditemukan sampah-sampah berserakan. Baik 12% Cukup 20% Kurang 60 % Buruk 8% Gambar 1.1 Grafik persentasi pendapat tentang kebersihan di kawasan Wisata Air Panas Ciwalini. Sumber : hasil pengolahan data (2007) Berdasarkan gambar 1.1 di atas dari 25 orang responden, 60% di antaranya berpendapat bahwa kebersihan di Kawasan Wisata Air Panas Ciwalini masih kurang bahkan 8% lainnya berpendapat bahwa kebersihan di lingkungan Kawasan Wisata Air Panas Ciwalini buruk, karena pihak pengelola belum dapat menangani pengolahan sampah secara maksimal. Namun kebanyakan para pengunjung hanya bisa menilai dan menyalahkan pihak pengelola, padahal banyaknya sampah itu disebabkan karena ulah dari wisatawan itu sendiri. Tetapi pihak pengelola memiliki peran penting sebagai pemelihara atau penjaga kawasan wisata tersebut agar tetap bersih. Untuk menjaring masyarakat setempat yang dapat dimanfaatkan sebagai pekerja di kawasan Wisata Ciwalini dan wisatawan sebanyak mungkin, setiap pengelola kawasan wisata alam harus menjaga keunikan, kelestarian, dan keindahannya. Semakin banyak kunjungan wisatawan, maka
6 aktivitas di kawasan tersebut akan meningkat, baik aktivitas sosial maupun ekonomi. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan, akan menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial bagi kawasan tersebut dan masyarakat setempat. Menurut salah seorang pedagang di sekitar kawasan wisata yang merupakan waga setempat, mereka mendapat penghasilan dari berjualan makanan sebesar Rp 50.000,-/minggu, akan tetapi pada hari libur atau hari raya mereka mendapat penghasilan yang lebih karena banyaknya pengunjung yang datang pada hari tersebut. Limbah atau sampah yang ditimbulkan dari aktivitas wisatawan tersebut dapat mengancam kawasan wisata alam dan ekosistem yang terdapat di kawasan tersebut. Sampah apabila dibiarkan dan tidak dikelola dapat menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan dan kelestarian kawasan wisata alam. Sebaliknya, apabila dikelola dengan baik, sampah memiliki nilai potensial, seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan, dan pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan kompos yang dapat digunakan untuk memperbaiki lahan kritis di daerah sekitar Kawasan Wisata Air Panas Ciwalini, dan dapat juga mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah. Hal inilah yang menjadi latar belakang masalah, dimana penanganan sampah yang belum tertangani dengan baik sehingga dapat membuat wisatawan tidak akan merasa nyaman berada di kawasan wisata. Sehingga judul penelitian ini adalah PENGELOLAAN LINGKUNGAN GUNA MENINGKATKAN KENYAMANAN WISATAWANDI KAWASAN
7 WISATA AIR PANAS CIWALINI KABUPATEN BANDUNG (Studi Kasus Pengolahan Sampah di Kawasan Wisata Air Panas Ciwaini). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Seperti apa pengolahan sampah sederhana di Kawasan Wisata Air Panas Ciwalini sehingga dapat meningkatkan kenyamanan wisatawan? 2. Bagaimana pengaruh pengolahan sampah dengan kenyamanan wisatawan di Kawasan Wisata Air Panas Ciwalini? C. Pembatasan Masalah Untuk menjadikan penelitian ini lebih terfokus, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti terbatas pada cara penanganan dan pengolahan sampah guna meningkatkan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata Air Panas Ciwalini. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memperoleh jawaban umum tentang pengolahan sampah yang dapat diterapkan di Kawasan Wisata Air Panas Ciwalini sehingga dapat meningkatkan kenyamanan wisatawan.
8 2. Menganalisis pengaruh pengolahan sampah dengan kenyamanan wisatawan di Kawasan Wisata Air Panas Ciwalini. E. Kegunaan Penelitan Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. Memberikan informasi kepada instansi terkait, bahwa menjaga dan memelihara lingkungan sangatlah penting, dan pemanfaatan sampah yang dapat memberikan nilai positif bagi perkembangan perekonomian, dan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat setempat. 2. Bagi sektor pariwisata dan stakeholder, memberikan informasi mengenai tingkat kenyamanan wisatawan. 3. Memperluas wawasan dan memberikan kontribusi mengenai pengolahan dan pemanfaatan sampah yang dapat diproduksi ulang. 4. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang memiliki hubungan dengan penelitian ini. F. Definisi Operasional Berdasarkan judul di atas, dapat ditarik pengertian mengenai definisi operasionalnya sebagai berikut : 1. Pengolahan adalah proses suatu upaya terpadu yang berkelanjutan dan terencana untuk mengurangi atau merubah bentuk menjadi yang bermanfaat dan dapat menghasilkan sesuatu.
9 2. Menurut Poerwadarminta (1991 : 862), sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak terpakai dan mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, tetapi bukan yang biologis. Sampah adalah barang-barang buangan atau kotoran, seperti daun-daun kering, kertas-kertas kotor dan sebagainya. 3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kenyamanan adalah perasaan nyaman, segar, sejuk. Kenyamanan Wisatawan adalah salah satu indikator untuk mengukur sajauh mana kepuasan seorang pengunjung di objek wisata, tetapi kenyamanan tersebut tidak dapat diukur dengan menggunakan fisik, melainkan perasaan dari wisatawan tersebut.