BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang bersifat konvensional dan arbitreir.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Swie Indarti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan pendidik tentang karakteristik peserta didik tersebut hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat tepat bagi individu. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan agar siswa terampil menyimak, terampil berbicara, terampil

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. diri yang kuat untuk menepati apa yang telah direncanakan itu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan kehidupan di masa datang. Untuk menyukseskan tujuan di atas, maka

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang turut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar (SD) terdapat dalam mata

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA SISWA KELAS X SMK SETIA BAKTI GARUT TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dalam empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pun sudah didapat para siswa sejak duduk di sekolah dasar yang dikemas. bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara sederhana media berartialat bantu. Penggunaan media terutama dalam

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menuntut siswa agar mampu berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia yang dipelajari para siswa di sekolah diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Menyimak merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Kegiatan menyimak sebenarnya tidak hanya diperlukan ketika pembelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi hampir seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah memerlukan kegiatan menyimak. Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan pertama yang dipelajari oleh manusia, kemudian berbicara, diikuti keterampilan membaca dan menulis. Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan prosesproses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula pikirannya (Dawson dalam Tarigan 2008 : 1).

2 Menyimak dan mendengar bagi sebagian orang, merupakan kegiatan yang sama. Tak banyak yang mengetahui, menyimak itu berbeda dengan mendengarkan. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan menangkap bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan atau dibacakan orang lain, yang diubah dalam bentuk makna untuk dimengerti kemudian dievaluasi dan ditarik kesimpulannya untuk ditanggapi (Suhendar dan Pien Supinah 1997 : 4). Penulis merasa, siswa pun beranggapan bahwa menyimak dan mendengar merupakan kegiatan yang sama, sehingga sebagian siswa merasa kesulitan ketika ada pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan menyimak karena tidak terbiasa dan tidak terlatih dengan baik. Ada beberapa alasan yang dianggap dapat menghambat keterampilan menyimak, yaitu : (1) penggunaan media belum pernah digunakan, (2) pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih minim, (3) buku teks dan buku pegangan guru dalam pembelajaran menyimak masih langka, (4) guru-guru Bahasa Indonesia kurang berpengalaman dalam melaksanakan pembelajaran menyimak, (5) bahan pengajaran menyimak masih kurang, (6) guru-guru Bahasa Indonesia belum terampil menyusun bahan pengajaran menyimak, dan (7) jumlah murid terlalu besar (Sutari, dkk. dalam Mayangsari 2011: 2-3). Kegiatan menyimak sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Menyimak dianggap sebagai kegiatan yang tidak membutuhkan pelatihan dan pembiasaan. Menyimak dianggap hanya cukup dengan mendengar apa yang sedang pembicara katakan, padahal kegiatan menyimak tak hanya cukup dengan mendengar. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa menyimak berbeda

3 dengan mendegar. Dalam hal ini, penulis perlu memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai kegiatan menyimak yang baik dan memberikan pelatihanpelatihan sehingga membuat siswa terbiasa dengan kegiatan menyimak, terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran menyimak sering pula ditemukan kebiasaankebiasaan yang dapat menghambat keterampilan menyimak. Kebiasaan-kebiasaan ini masih sering terjadi pada siswa. Perlu ada pemahaman dan pembiasaan kepada siswa mengenai kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat keterampilan menyimak ini. Hal-hal yang dapat menghambat keterampilan menyimak, yaitu : 1) Kebiasaan menyimak terputus-putus dan melompat-lompat (Hop-Skip and Jump Listening). 2) Menyimak dengan cara hanya mengambil fakta-faktanya saja (I-Get the fact listening). 3) Kebiasaan menyimak dengan cara hanya mau menyimak bagian-bagian tertentu oleh karena desakan perasaan tertentu. 4) Kebiasaan menyimak dengan perasaan yang sangat mudah tesinggung. 5) Menyimak dengan menghindarkan diri dari uraian-uraian yang sukar. 6) Kebiasaan menyimak dengan sikap memandang enteng, merasa tak perlu mendengarkan dengan sungguh-sungguh masalah yang tidak menarik. 7) Kebiasaan menyimak dengan suka mengecam pembicaraan dan tampang pembicara. 8) Kebiasaan menyimak dengan cara pura-pura menyimak. 9) Kebiasaan menyimak dengan mudah diganggu oleh kegaduhan. 10) Kebiasaan menyimak dengan kertas dan pensil (Suhendar dan Pien Supinah, 1997 : 4). Berdasarkan penjelasan di atas, diharapkan siswa menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat keterampilan menyimak tersebut. Selain itu, agar keterampilan menyimak menjadi semakin baik, siswa harus sering berlatih. Pengajaran menyimak di dalam kelas agar menjadi efektif dan terhindar dari hambatan-hambatan dibutuhkan sarana yang dapat membantu meningkatkan

4 keterampilan menyimak siswa di dalam kelas. Salah satu diantaranya menyangkut masalah materi pengajaran itu sendiri yang mengandung daya tarik tertentu bagi siswa. Selain itu agar sebuah pembelajaran dapat menyenangkan diperlukan media pendukung pembelajaran yang kreatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti lain mengungkapkan bahwa pada kenyataannya pembelajaran menyimak masih kurang mendapat perhatian dari siswa. Hal itu menyebabkan siswa kurang maksimal dalam pembelajaran menyimak. Oleh karena itu, guru harus memilih cara agar pembelajaran menyimak dapat berhasil dengan baik. Untuk itu penulis mengambil pembelajaran menyimak kreatif sastra. Sastra merupakan kegiatan kreatif dan menarik. Pembelajaran sastra mempunyai daya tarik tersendiri dalam pembelajaran di kelas, sehingga penulis memilih salah satu karya sastra lama yaitu dongeng untuk dijadikan bahan belajar dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Pembelajaran menyimak dongeng yang dimaksud merupakan proses belajar menyimak, yang memfokuskan pada penangkapan informasi dan makna yang terkandung dalam dongeng kemudian mampu mengapresiasinya dengan baik. Pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), cenderung lebih banyak menggunakan media sebagai alat atau sumber belajar. Pengunaan media dianggap dapat membantu proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Pembelajaran menggunakan alat/ media atau pembelajaran tanpa menggunakan alat/ media mempunyai pengaruh terhadap hasil yang berbeda.

5 Penggunaan media dalam setiap pembelajaran diharapkan dapat menjadikan pembelajaran di sekolah, khususunya pembelajarana Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi interaktif, inspiratif, menyenangkan dan memotivasi siswa. Serta dapat memberi ruang bagi siswa dan guru untuk menuangkan kreativitas berdasarkan bakat dan minat yang dimilikinya. Dalam penelitian ini, penulis memilih media boneka kaos kaki (sock dolls) sebagai media pembelajaran. Memilih Sock Dolls sebagai media pembelajaran kerena dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menampilkan karya mereka sendiri. Dengan begitu, mereka akan mengembangkan kemampuan mengembangkan ide cerita. Memilih Sock Dolls sebagai media pembelajaran bukan tanpa alasan. Menggunakan media dalam pembelajaran bukan menjadi hal baru, tapi alangkah lebih baik dan bijak jika dalam penggunaan media pembelajaran media yang dipilih adalah media yang dekat dan mudah ditemukan dalam lingkungan sekitar kita. Kemajuan teknologi telah memudahkan guru untuk memecahkan setiap masalah yang menjadi kendala dalam mata pelajaran apapun. Media pembelajaran yang modern dan canggih memang memudahkan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Namun, penggunaan media yang modern dan canggih ini, membuat guru terlena sehingga kurang kreatif dan kurang peka terhadap media yang mudah dan sederhana. Sock dolls merupakan media sederhana yang dapat dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar kita. Pembuatan media pembelajaran sendiri harus terencana berdasarkan pada program pengajaran dan

6 kemampuan peserta didik. Penggunaan media yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan, selain dapat membentuk lingkungan pendidikan yang kreatif juga dapat meningkatkan kesadaran lingkungan kepada siswa. Penggunaan media sock dolls yang ditampilkan dalam sandiwara boneka dapat memberikan pendidikan dan hiburan yang menarik bagi siswa. Media sock dolls dengan menggunakan sandiwara boneka menjadi lebih komunikatif dan menyenangkan. Selain itu, penggunaan media sock dolls dalam sandiwara boneka melibatkan pancaindera secara bersamaan sehingga pembelajaran akan lebih berkesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan menjadi mudah diterima. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya mengenai pembelajaran menyimak, didapatkan hasil yang signifikan ketika pembelajaran menyimak sebelum dan sesudah menggunakan media yang menarik dan kreatif. Seperti, Respati (2009) dalam skripsinya Peningkatan Keterampilan Menyimak pada Anak dengan Menggunakan Metode Bercerita Melalui Permainan Panggung Boneka pada Siswa TKK BPK PENABUR Taman Holis Indah Bandung menyatakan bahwa pembelajaran cerita melalui permainan panggung boneka dapat dikatakan berhasil dilaksanakan dalam meningkatkan keterampilan menyimak anak, karena dengan metode cerita melalui permainan panggung boneka melatih daya tangkap, daya pikir, daya konsentrasi, membuat kesimpulan membantu perkembangan intelegensi dan fantasi anak serta menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas. Pada panggung boneka, anak mendengarkan dialog-dialog atau percakapan antara para pelakunya dan anak

7 harus menarik kesimpulan tentang isi cerita yang sudah didengar dan dilihatnya, kegiatan tersebut merupakan stimulasi yang paling kuat untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak. Peningkatan keterampilan menyimak yang dicapai dapat terlihat bahwa anak-anak sudah dapat menunjukkan perhatiannya kepada guru, memfokuskan perhatiannya terhadap pembelajaran yang disampaikan, adanya kontak mata dengan guru, tidak terpengaruh dengan anak lain, menjaga ketenangan dan suasana selama permainan panggung boneka. Selain itu anakanak dapat mengidentifikasi tokoh dan jalannya cerita, dapat menilai pembelajaran tersebut dengan alasan yang sederhana, dapat menjawab pertanyaan pada akhir pembelajaran, dapat menyebut isi pesan dari pembelajaran tersebut serta dapat menyatakan tanggapan senang atau tidaknya mengenal pembelajaran tersebut. Selain itu, Jubaedah (2009) dalam skripsinya Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak TK Melalui Penggunaan Media Boneka Tangan pada Siswa Di Taman Kanak-Kanak Al-Amin Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat mengungkapkan, melalui penggunaan media boneka tangan, keterampilan berbicara anak di TK Al-Amin, khususnya kelompok B2 telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya keterampilan berbicara anak dapat terlihat di antaranya, anak mampu berbicara dengan lancar menggunakan kalimat sederhana dalam kegiatan permainan boneka tangan. Mayangsari (2011) dalam skripsinya Pembelajaran Menyimak Dongeng dengan Menggunakan Media Film Kartun Sebagai Upaya Meningkatkan

8 Keterampilan Menyimak pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Cimahi Tahun Ajaran 2010-2011 mengungkapkan bahwa hasil penelitian ini siswa memperoleh skor yang meningkat pada setiap pertemuan, sedangkan sebagian kecil siswa memperoleh skor yang tetap. Walaupun demikian, skor rata-rata siswa meningkat pada setiap pertemuan. Hal ini diperkuat dengan hasil pada pratindakan skor ratarata yang diperoleh siswa sebesar 77,8 pada siklus I meningkat menjadi 83,2, pada siklus II meningkat menjadi 96,9. Dalam penelitian Keefektivitas Pembelajaran Menyimak dengan Media AudioVisual terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Cimahi Tahun Ajaran 2008/2009, Larasati (2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran menyimak menjadi efektif dengan menggunakan media audiovisual. Hal tersebut terbukti setelah membandingkan reliabilitas antarpenimbang prates antara kelas pembanding dan kelas eksperimen, pada kelas eksperimen, diperoleh hasil t tabel t hitung t tabel atau 1,684 71,4 1,684 yang artinya terdapat pengaruh media audio visual terhadap pembelajaran menyimak pada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Cimahi. Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, berbagai pilihan metode yang tepat dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, pemilihan media yang dapat menunjang pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Media-media yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan untuk mempermudah proses pembelajaran dalam menggambarkan suatu tokoh berdasarkan dongeng yang ingin mereka ceritakan. Oleh karena itu, penulis

9 memutuskan untuk memilih judul penelitian Penggunaan Media Boneka Kaos Kaki (Sock Dolls) dalam Pembelajaran Menyimak Dongeng (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 24 Bandung 2011/2012). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Minat siswa dalam pembelajaran menyimak dongeng masih kurang. 2) Pemilihan media pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan kreatif sehingga membuat siswa cepat bosan dan kurang termotivasi dalam pelaksanaan pembelajaran. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan suatu masalah sangatlah penting agar penelitian yang dilaksanakan dapat terfokus dan terarah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada penerapan media pembelajaran Boneka Kaos Kaki (Sock Dolls) dalam pembelajaran menyimak dongeng. 1.4 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

10 1) Bagaimanakah kemampuan menyimak dongeng siswa kelas VII-4 SMP Negeri 24 Bandung sebelum menggunakan media boneka kaos kaki (sock dolls)? 2) Bagaimanakah kemampuan menyimak dongeng siswa kelas VII-4 SMP Negeri 24 Bandung sesudah menggunakan media boneka kaos kaki (sock dolls)? 3) Adakah perbedaaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas VII-4 SMP Negeri 24 Bandung dalam menyimak dongeng sebelum dan sesudah menggunakan media kaos kaki (sock dolls)? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1) kemampuan menyimak dongeng siswa kelas VII-4 SMP Negeri 24 Bandung sebelum menggunakan media boneka kaos kaki (sock dolls); 2) kemampuan menyimak dongeng siswa kelas VII-4 SMP Negeri 24 Bandung sesudah menggunakan media boneka kaos kaki (sock dolls); 3) ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas VII-4 SMP Negeri 24 Bandung dalam menyimak dongeng sebelum dan sesudah menggunakan media kaos kaki (sock dolls).

11 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan mampu memberikan manfaat untuk semua pihak yang terkait. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sebagai variasi pilihan media pembelajaran di sekolah. Di samping itu, dapat meningkatkan kinerja tenaga pendidik dalam mencari referensi media dan metode pendidikan. 2) Manfaat Praktis a) Manfaat Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini penulis dapat memerikan pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan media boneka kaos kaki (sock dolls) dalam kelas dan memperoleh pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. b) Manfaat Bagi Siswa Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi dan inspirasi sehingga dapat mempermudah siswa dalam melaksanakan pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan media yang mudah dibuat dan merangsang kreatifitas siswa dalam suasana yang menyenangkan.

12 c) Manfaat Bagi Guru Guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena memperoleh variasi media pendidikan dan mampu meminimalkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan guru di dalam kelas. 1.7 Anggapan Dasar Adapun anggapan dasar yang penulis gunakan adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran dengan menggunakan media dapat menarik perhatian dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. 2) Setiap siswa memiliki hambatan atau kesulitan masing-masing dalam kemampuan menyimak. 3) Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dasar bagi keterampilan berbahasa lainnya sehingga membutuhkan pelatihan dan pembiasaan. 1.8 Hipotesis Jawaban sementara yang penulis rumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan siswa menyimak dongeng sebelum dan sesudah mendapat perlakuan dengan menggunakan media boneka kaos kaki (sock dolls). 2) Media boneka kaos kaki (sock dolls) sebagai media yang efektif dalam pembelajaran menyimak dongeng.

13 3) Kemampuan siswa dalam menyimak dongeng sebelum menggunakan media boneka kaos kaki (sock dolls) dianggap kurang baik. 1.9 Definisi Operasional Untuk menghindari adanya salah pengertian tentang konsep-konsep yang ada dalam penelitian ini, penulis menguraikan definisi operasional penelitian ini sebagai berikut. 1) Dongeng adalah cerita khayalan yang merupakan hasil imajinasi pengarang yang ceritanya belum pernah terjadi atau karangan belaka. 2) Pembelajaran menyimak dongeng adalah suatu proses belajar atau pengalaman belajar agar siswa terampil menyimak dongeng. 3) Media sock dolls (boneka kaos kaki) adalah jenis boneka tangan yang terbuat dari kaos kaki yang dibentuk menyerupai tokoh dalam dongeng. Media ini dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak dongeng karena dapat membatu siswa dalam menggambarkan tokoh secara konkret, dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi, konsentrasi dan partisipasi siswa untuk menyimak dongeng sesuai dengan kesan yang ia tangkap melaui bentuk konkret.