2.1.Pengertian Pencemaran Udara BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Tentang Pencemaran Lingkungan, pencemaran udara diartikan sebagai pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas. Definisi lain menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. (Peraturan Pemerintah No.41 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 1999) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Tahun 2002 Tentang Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran udara dapat pula diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zatzat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan susunan komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat 7
8 menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan. (Wardhana,2004) Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat pencemaran udara terjadi pada saluran pernafasan dan organ penglihatan. (Mulia,2005) Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada manusia, hewan, tanaman, barang dari logam lain dapat dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar udara terdapat dalam lapisan troposfer. (Darmono,2001) 2.2.Sumber Pencemaran Udara Pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan (CH 4 ). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya. (Harssema dalam Mulia, 2005) Ada juga yang menyebutkan sumber pencemaran udara dengan istilah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya akibat aktivitas gunung berapi, keluarnya gas beracun akibat gempa bumi, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal misalnya kegiatan lalu lintas, industri, pembakaran sampah, pertambangan, termasuk juga kegiatan rumah tangga. (Nugroho, 2005)
9 Penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu pencemaran udara secara alamiah dan karena ulah manusia. Secara alamiah contohnya debu yang beterbangan akibat tiupan angin, gas vulkanik yang dikeluar dari letusan gunung berapi, atau proses pembusukan sampah organik. Sedangkan karena ulah manusia contohnya hasil pembakaran bahan bakar fosil, debu dari kegiatan industri, atau pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara. (Wardhana, 2004) Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas: 1. Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor 2. Sumber tidak bergerak, seperti: a. Sumber titik, contoh: cerobong asap b.sumber area, contoh: pembakaran terbuka di wilayah pemukiman. (Soemirat,2009) 2.3.Jenis Pencemar Udara Pencemar udara (polutan udara) primer, yaitu pencemar yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen sebagai berikut: 1.Karbon monoksida (CO) 4. Hidro karbon (HC) 2. Nitrogen oksida (NO x ) 5. Partikel 3. Sulfur oksida (SO x ) Komponen pencemar tersebut bisa mencemari udara secara sendiri-sendiri, dan dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Komponen pencemar yang utama adalah
10 karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada. Tabel 2.1. Persentase Komponen Pencemar Udara Komponen Pencemar Persentase CO 70,50% NO 8,89% SO 0,88% HC 18,34% Partikel 1,33% Total 100% (Sumber : Wardhana,2004) Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut berbeda-beda, dan ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti dengan NO, SO, hidrokarbon, dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon monoksida. Tabel 2.2. Toksisitas relatif polutan udara Polutan Level Toleransi Toksisitas ppm ug/m3 relatif CO 32.0 40 000 1.00 HC 19 300 2.07 SO 0.50 1430 28.0 NO 0.25 514 77.8 Partikel 375 106.7 (Sumber : Fardiaz, 2011) Subjek beresiko tinggi terhadap paparan bahan pencemar udara adalah: 1. individu yang berusia sangat muda atau sangat tua 2. penderita penyakit asma 3. penderita penyakit saluran pernafasan dan kardiovaskuler 4. perokok
11 5. individu yang memiliki aktivitas yang tinggi, karena memerlukan oksigen yang tinggi (Fraser dalam Mukono, 2008) Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi dapat dilihat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3. Perkiraan Persentase Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia No Komponen Pencemar Persentase 1 CO 70,50 2 SO x 8,89 3 NO x 0,88 4 HC 18,34 5 Partikel 1,33 Total 100 (Sumber : Wardhana, 2004)
12 No. Tabel 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Nasional menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 Parameter Waktu Baku Mutu Metode Analisis Peralatan Pengukuran 1 jam 900μg/Nm 3 Pararosaniline Spektrofotometer 1. Sulfur dioksida (SO 2 ) 24 jam 365 μg/nm 3 2. Karbon monoksida (CO) 1 thn 1 jam 24 jam 60 μg/nm 3 30.000 μg/nm 3 10.000 μg/nm 3 NDIR NDIR Analyzer 3. NO 2 (Nitrogen Dioksida) 1 thn 1jam 24 jam - 400 μg/nm 3 150 μg/nm 3 Saltzman Spektrofotometer 1 thn 100 μg/nm 3 Chemiluminescen Gravimetric 4. Oksidan (O 3 ) 1 jam 235 μg/m 3 Spektrofotometer 1thn 50 μg/nm 3 t 5. HC 3jam 160μg/Nm 3 Flame Ionization Gas Chromatografi 6. PM 10 (partikel<10μm) PM 2,5 * (partikel<2,5μm ) 24 jam 24 jam 150 65 Gravimetric Gravimetric Hi-Vol Hi-Vol 1 thn 15 Gravimetric Hi-Vol 7. TSP (debu) 24 jam 1 thn 230μg/Nm 3 90 μg/nm 3 Gravimetric Hi-Vol 8. Pb( timah 24 jam 2μg/m 3 Hi-Vol hitam) 1 thn 1 μg/nm 3 Ekstraksi AAS 9. Dustfall (debu jatuh) 10. Total Fluorides (asf) 30 hari 10Ton/km2/ bln (Pemukima n) 24 jam 90 hari Pengabuan Gravimetric 3 μg/nm 3 Specific Ion 0,5 μg/nm 3 Electrode Cannister Impinger Continous Analyzer atau
13 2.3.1 Karbon Monoksida 2.3.1.1. Pembentukan Karbon Monoksida Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas -192 C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96.5% dari berat air dan tidak larut didalam air. Karbon monoksida di alam terbentuk dari proses: 1. Pembakaran bahan bakar fosil atau bahan organik, misalnya minyak tanah, bensin, atau bahan kayu yang terbakar tidak sempurna. 2. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. 3. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan oksigen. Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbon dioksida. Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bahan bakar terjadi melalui beberapa tahap sebagai berikut: 2C + O 2 2CO 2CO + O 2 2CO 2 Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O 2 tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua. CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen
14 didalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak dan udara tidak tercampur rata. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida dengan reaksi sebagai berikut: CO 2 + C CO Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umumnya terjadi pada industriindustri, misalnya pada pembakaran didalam furnis. 2.3.1.2. Sumber Karbon Monoksida Di Udara Transportasi menghasilkan CO paling banyak diantara sumber-sumber lainnya, terutama dari kendaraan-kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Sumber CO yang kedua adalah pembakaran hasil-hasil pertanian seperti sampah,sisa-sisa kayu di hutan, dan sisa-sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO yang ketiga adalah dari proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja. 2.3.2 Nitrogen Oksida 2.3.2.1. Pembentukan Nitrogen Oksida Nitrogen oksida adalah kelompok gas yang berada di atmosfer yang terdiri dari gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2 ). Walaupun bentuk nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini yang paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Nitrik oksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sedangkan nitrogen dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam.
15 Karena jumlah oksida yang lebih besar, NO terdapat di atmosfer dalam jumlah yang lebih besar daripada NO 2. Pembentukan NO dan NO 2 mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, kemudian reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk NO 2. N 2 + O 2 2NO 2NO + O 2 2NO 2 2.3.2.2. Sumber Polusi Nitrogen Oksida Dari sejumlah NO x yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi polusi NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah polusi NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempattempat tertentu. Konsentrasi NO x di udara di daerah perkotaan biasanya 10 100 kali lebih tinggi daripada di udara di daerah pedesaan. Emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NO x yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran, dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NO x yang dibuat manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam, dan bensin. 2.3.2.3. Penyebaran Nitrogen Oksida Konsentrasi NO x di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari sinar matahari dan aktivitas kendaraan. Perubahan konsentrasi NO x berlangsung sebagai berikut :
16 1. Sebelum matahari terbit, konsentrasi NO dan NO 2 tetap stabil pada konsentrasi sedikit lebih tinggi dari konsentrasi minimum sehari-hari. 2. Segera setelah aktivitas manusia meningkat (jam 6-8 pagi) konsentrasi NO meningkat terutama karena meningkatnya aktivitas lalu lintas yaitu kendaraan bermotor. Konsentrasi NO tertinggi pada saat ini akan mencapai 1 2 ppm. 3. Dengan terbitnya sinar matahari yang meamancarkan sinar ultraviolet, konsentrasi NO 2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO 2 sekunder. Konsentrasi NO 2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm. 4. Konsentarsi ozon meningkat dengan menurunnya konsentrasi NO sampai kurang dari 0,1 ppm. 5. Jika intensitas energi solar (sinar matahari) menurun pada sore hari (jam 5-8 sore) konsentarsi NO meningkat kembali. 6. Energi matahari tidak tersedia untuk mengubah NO menjadi NO 2 (melalui reaksi hidrokarbon), tetapi O 3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan konsentrasi NO 2 dan penurunan konsentrasi O 3. (Fardiaz, 2011) 2.4. Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan Lingkungan 2.4.1. Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO) 2.4.1.1. Dampak Pencemaran CO Terhadap Tanaman Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian CO selama 1 sampai 3 minggu pada konsentrasi sampai 100 ppm tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap tanam-tanaman tingkat tinggi. Akan tetapi kemampuan untuk fiksasai nitrogen oleh bakteri bebas akan terhambat dengan pemberian CO selama 35 jam
17 pada konsentrasi 2000 ppm. Demikian pula kemampuan untuk fiksasi nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada akar tanam-tanaman juga terhambat dengan pemberian CO sebesar 100 ppm selama satu bulan. Karena konsentrasi CO di udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun dalam waktu sebentar, maka pengaruh CO terhadap tanam-tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata. 2.4.1.2. Dampak Pencemaran CO Terhadap Manusia Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa, oleh sebab itu lingkungan yang tercemar oleh CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu -192 C. Di udara gas CO terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di daerah dengan lalu lintas yang padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15 ppm. Nilai ambang batas zat pencemar karbon monoksida dalam udara adalah 30.000 μg/nm 3 (26 ppm) dalam pengukuran satu jam. Kadar pencemar di udara selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar, parameter meteorologi juga mempengaruhi kadar pencemar di udara sehingga kondisi lingkungan tidak dapat diabaikan. Kecepatan angin dan suhu udara adalah bagian dari parameter meteorologi yang dapat mempengaruhi kadar pencemar di udara. (Neigburger, 1995) Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian, inilah dampak karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan. Apabila terhisap ke dalam paru-paru, karbon monoksida akan masuk ke dalam peredaran darah dan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena gas CO ikut bereaksi secara metabolis dengan darah.
18 Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin) : Hemoglobin + O 2 O 2 Hb (Oksihemoglobin) Hemoglobin + CO COHb (Karboksihemoglobin) Ikatan karboksihemoglobin jauh lebih stabil daripada ikatan oksihemoglobin dengan darah. Kestabilan karboksihemoglobin kira-kira 140 kali dari kestabilan oksihemoglobin. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. (Mukono, 2008) Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen (dalam bentuk oksihemoglobin) dari paru-paru untuk dibagikan ke sel-sel yang membutuhkannya. Hemoglobin juga berfungsi mengambil gas CO 2 hasil pembakaran dari sel-sel tubuh (dalam bentuk karbodioksihemoglobin) untuk dibuang keluar tubuh melalui paruparu. (Mukono, 2008) Untuk mengetahui apakah seseorang memang terpapar oleh zat pencemar dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah. Namun apabila pemeriksaan darah tidak dilakukan, dapat juga dilihat dari gejala-gejala yang ditunjukkan oleh orang yang terpapar zat pencemar CO. Gejala-gejala keracunan CO antara lain pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa
19 tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot- otot, tidak sadar dan bisa meninggal dunia (Mukono, 2008). Apabila waktu kontak hanya sebentar, gas CO konsentrasi 100 ppm masih dianggap aman. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dengan paparan selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah-merahan. Untuk paparan 1300 ppm selama 1 jam, kulit akan langsung berubah warna menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat. Tabel 2.5.Pengaruh konsentrasi CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh bila kontak terjadi pada waktu yang lama Konsentrasi CO di udara Konsentrasi COHb dalam darah (%) Gangguan pada tubuh (ppm) 3 0,98 tidak ada 5 1,3 belum begitu terasa 10 2,1 sistem syaraf pusat 20 3,7 panca indera 40 6,9 fungsi jantung 60 10,1 sakit kepala 80 13,3 sulit bernafas 100 16,5 pingsan kematian (Sumber : Mukono, 1997) 2.4.2. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Dioksida 2.4.2.1. Dampak Pencemaran NO x terhadap tanaman Adanya NO x di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman, akan tetapi sukar menentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh NO x atau
20 karena polutan sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO 2. Beberapa polutan sekunder diketahui bersifat sangat merusak tanaman. Percobaan dengan cara fumigasi tanam-tanaman dengan NO 2 menunjukkan terjadinya bintik-bintik pada daun jika digunakan konsentrasi 1,0 ppm, sedangkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan tenunan daun. Fumigasi tanaman buncis dan tomat dengan konsentrasi 10 ppm NO menunjukkan penurunan kecepatan fotosintesis sebanyak 60-70%, yaitu dengan cara mengukur absorbsi CO 2. Absorbsi CO 2 akan kembali normal segera setelah pemberian NO dihentikan.perlakuan tersebut tidak menyebabkan timbulnya kerusakan tenunan daun. (Stoker dan Seagar dalam Fardiaz, 2011) 2.4.2.2.Dampak Pencemaran NO x Terhadap Manusia Kedua macam gas nitrogen oksida (NO dan NO 2 ) mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO 2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keadaan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan.
21 Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO 2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek iritasi terhadap mata, paru dan kulit. a. Terhadap alat pernafasan Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO 2 selama 48 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal. b. Terhadap mata Iritasi mata dapat terjadi apabila NO 2 berupa uap yang pekat c. Terhadap kulit Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar. d. Efek lain (terhadap darah) Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah. Nitrogen dioksida (NO 2 ) empat kali lebih beracun daripada nitrogen monoksida (NO). Nitrogen dioksida bersifat racun terutama terhadap paru (Fardiaz, 1992). Gas NO 2 dapat memberikan kelainan berupa: a. terbentuknya MethHb (Meth Hemoglobin) b. peningkatan inspiratory resistance c. peningkatan expiratory resistance d. terjadinya sembab paru
22 e. terjadinya fibrosis paru (Mukono, 2008) Polutan NO 2 yang tersebar di udara bersifat toksik bagi tubuh manusia. Efek yang ditimbulkan bergantung pada dosis serta lama pemaparan yang diterima oleh seseorang. Apabila masuk ke dalam paru-paru akan membentuk asam nitrit (HNO 2 ) dan asam nitrat (HNO 3 ) yang merusak jaringan mucous. Kadar gas nitrogen dioksida (NO 2 ) antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paruparu pada orang yang terpapar beberapa menit saja. Namun gangguan kesehatan itu dapat sembuh dalam waktu 6-8 minggu. Jika kadarnya mencapai 150-200 ppm, gangguan kesehatannya berupa pemampatan bronchioli. Karena gangguan itu seseorang dapat meninggal dalam waktu 3-5 minggu setelah pemaparan. Jika kadar pencemar NO 2 mencapai lebih dari 500 ppm, gangguan yang timbul adalah kematian dalam waktu antara 2-10 hari. Apabila bereaksi dengan uap air dalam udara atau larut pada tetesan air, polutan NO x di dalam udara juga dapat berperan sebagai sumber nitrit atau nitrat di lingkungan. Kedua senyawa itu dalam jumlah besar dapat menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan, diare campur darah disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak tertolong akan meninggal. Keracunan kronis akan menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan gangguan mental (Akhadi, 2009). Di dalam tubuh manusia, nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin (methb). Apabila jumlahnya melebihi kadar normal, akan menyebabkan methemoglobineamia. Pada bayi sering dijumpai karena pembentukan enzim yang dapat menguraikan methb menjadi Hb masih belum
23 sempurna. Akibat dari gangguan ini, tubuh bayi akan kekurangan oksigen sehingga mukanya akan tampak membiru atau sering dikenal dengan bayi biru (Akhadi, 2009). Menurut Mukono (1997), pencemaran udara oleh NO 2 dapat mengakibatkan terjadinya radang paru dan jika hal ini berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan faal paru obstruktif, yang disebut Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM). Kadar NO 2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas (Depkes, 2007). Pencemaran udara oleh gas NO x juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetyl Nitrates yang disingkat PAN. Peroxy Acetyl Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. (Wardhana,2004) 2.5.Pencegahan Pencemaran Udara Mengingat bahaya kesehatan yang dapat terjadi karena pencemaran udara, maka harus dilakukan upaya untuk mengurangi pencemaran yang terjadi. Banyak program yang telah digalakkan pemerintah guna mengurangi resiko pencemaran udara salah satunya penggunaan BBM yang beroktan tinggi/bebas timbal bagi kendaraan pribadi.
24 Adapun usaha yang dapat kita lakukan antara lain: 1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gasgas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan. 2. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, maupun di sekitar tempat tinggal dan merawatnya. Karena salah satu kegunaan tumbuhan adalah sebagai indikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel lain. 3. Menggunakan transportasi massal seperti bus,angkutan kota,kereta api dan lain-lain untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya. Juga dapat menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti becak, dokar, sepeda atau berjalan kaki apabila jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh. 4. Mematuhi batas kecepatan dan jangan membawa beban terlalu berat di kendaraan agar pemakaian bensin lebih efektif,dan lain-lain.
25 2.6.Kerangka Konsep Pengukuran CO dan NO 2 Di Terminal Amplas Keluhan kesehatan pedagang asongan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 Karakteristik pedagang asongan di terminal Amplas Umur Pendidikan Waktu kerja Masa kerja Kebiasaan merokok Riwayat penyakit