BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain, atau dari pembaca kepada pendengar, dan dari penulis ke pembaca, manusia berinteraksi menyampaikan informasi kepada sesamanya. Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi (menyebutnya fungsi emotif). Maksudnya, sipenutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Bahasa yang digunakan penutur itu selalu dihubungkan dengan kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala individu, tetapi juga merupakan gejala sosial. Bahasa sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakai bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor linguistik, tetapi juga faktor non linguistik yaitu faktor sosial. Bahasa sebagai alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan yang disebut bahasa lisan, sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut bahasa tulis. Bahasa tulis merupakan transfer dari bahasa lisan, sehingga bahasa lisan lebih dahulu ada daripada bahasa tulis (Rohmadi dan Nasucha, 2010:11). Bahasa lisan lebih sering digunakan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari sedangkan bahasa tulis lebih ditekankan dalam lingkungan formal misalnya di sekolah, kantor, dan lain sebagainya. 1
2 Pengguna bahasa dalam kehidupan masyarakat sehari-hari lebih menekankan keberhasilan dalam berkomunikasi dan menggunakan bahasa daripada mementingkan keberhasilan gramatikal ujaran pada tata bahasa yang diajarkan secara formal di sekolah. Masyarakat pengguna bahasa pada umumnya belajar berbahasa lewat ujaran-ujaran yang komunikatif yang disampaikan terus menerus oleh keluarga dan lingkungan serta memperhatikan situasi dan kondisi interaksi yang sedang berlangsung. Firt (dalam Wijana, 1996:5) mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dipisahkan tanpa mempertimbangkan konteks situasi tutur. Koteks situasi tutur tersebut meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak tindakan tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan. Tindakan partisipan dalam berbahasa mengakibatkan timbulnya peristiwa tutur. Komponen peristiwa tutur meliputi partisipan tutur, topik tutur, latar tutur, tujuan tutur, saluran tutur, nada penyampaian, norma dalam berinteraksi dan ragam atau genre tutur. Komponen persyaratan peristiwa tutur tersebut memungkinkan betapa kompleks terjadinya peristiwa tutur dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa tutur yang dibacarakan tersebut merupakan peristiwa gejala sosial Suatu proses komunikasi berbahasa lewat ujaran tidak terlepas adanya tindak tutur atau peristiwa tutur. Menurut Yule (2006:82-83) tindak tutur adalah suatu tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan dan dalam
3 bahasa Inggris secara umum diberi label yang lebih khusus, misalnya permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan. Suatu tuturan, penutur biasanya berharap maksud komunikatifnya akan dimengerti oleh pendengar/lawan tutur. Suatu tuturan mempunyai tujuan dan maksud tertentu untuk menghasilkan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah pengiriman atau penerimaan pesan atau informasi antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami oleh kedua mitra tutur tersebut. Tujuan tuturan itu merupakan salah satu aspek yang harus hadir dalam suatu tuturan untuk mencapai hasil yang dikehendaki oleh penutur kepada mitra tutur. Misalnya menyampaikan berita, membujuk, menyarankan, memerintah, menanyakan, dan sebagainya. Tuturan dapat diekpresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Media lisan merupakan pihak yang bertutur itu adalah penutur dan mitra tuturnya sebagai penyimak. Media tulisan tuturannya itu disampaiakan oleh penulis atau penutur kepada mitra tuturnya atau pembaca. Peristiwa tutur antara penutur dan lawan tutur biasanya terbantu oleh keadaan di sekitar lingkungan tuturan itu. Keadaan semacam ini, termasuk juga tuturan-tuturan yang lain, disebut peristiwa tutur. Menurut Searle (dalam Wijana, 1996:17-19) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlucotionary act).
4 Penelitian ini mengkaji tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung maksud berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan dimana tindak tutur itu dilakukan. Tuturan tersebut selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Contoh sebagai berikut. (1) Saya tidak bisa datang. (2) Ada ular kobra. Tuturan (1) bila diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang baru saja merayakan pernikahan, tidak hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu, tetapi untuk melakukan sesuatu, yakni meminta maaf. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini kurang begitu penting karena besar kemungkinan lawan/tutur sudah mengetahui hal itu. Tuturan (2) bila diutarakan seseorang di jalan atau di kebun, tidak hanya berfungsi untuk membawa informasi, tetapi untuk memberi peringatan. Akan tetapi, bila ditujukan kepada anak-anak, tuturan itu mungkin pula diutarakan untuk menakut-nakuti agar tidak maen di kebun. Beberapa pengertian tindak tutur di atas kalangan pakar pragmatik berpendapat bahwa di dalam melakukan tindak tutur itu, si penutur tidaklah asal buka mulut (kecuali jika ia memang abnormal, atau tidak sadar). Artinya sebelum melakukan suatu tindak tutur, si penutur perlu mempertimbangkan beberapa hal, misalnya bagimana hubungan sosial antara si penutur dan si penutur, di mana peristiwa komunikasinya berlangsung untuk apa tindak tutur itu dilakukan, tentang apa tindak tutur itu dan sebagainya. Bertindak tutur
5 merupakan salah satu kegiatan fungsional manusia sebagai makhluk berbahasa. Salah satu contoh kegiatan fungsional manusia sebagai makhluk berbahasa misalnya, seorang ustad dalam menyampaikan ceramah atau dakwahnya dengan menggunakan berbagai macam bahasa Indonesia, Jawa, dan Arab. Bermacam-macam bahasa yang digunakan ustad bertujuan agar jamaahnya memahami maksud dari tuturan yang disampaikannya. Penyampaian ceramah, bahasa yang digunakan sang ustad harus sesuai dengan latar belakang bahasa yang digunakan masyarakat sekitar. Seseorang yang memiliki pemahaman lebih atau mendalam terhadap agama Islam disebutkan dengan ustad. Dilihat dari sisi epistemologis, pengertian ustad mengacu kepada orang yang paham secara mendalam tentang agama Islam, mengamalkan dan mengajarkannya kepada yang lain. Tuturan ustad yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini bernama ustad KH. Anwar Zahid yang berasal dari Bojonegoro Jawa Timur yang memiliki kekhasan bertutur dalam pengajiannya Isi ceramah ustad Anwar Zahid dalam pengajiannya ini yang dikaji menggunakan pragmatik. Pragmatik adalah telaah mengenai makna dalam hubungan dengan situasi tutur atau peristiwa tutur. Bentuk tuturan ustad tersebut mengandung tindak tutur ilokusi. Penelitian ini menggunakan kajian sosiopragmatik. Sosiopragmatik merupakan telaah mengenai kondisi-kondisi lokal yang lebih khusus terlihat pada prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan berlangsung. Sosiopragmatik
6 merupakan batas antara sosiologis pragmatik. Bisa dikatakan bahwa sosiopragmatik hampir sama dengan sosiolinguistik mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat. Objek sosiopragmatik ini adalah maksud dari sebuah tuturan dengan memperhatikan aspek-aspek masyarakat bahasa itu. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan bilingual atau dwibahasa. Istilah bilingualisme (bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualism itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa. Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut bilingual (dalam bahasa Indoensia disebut juga dwibahasawan). Kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut kedwibahasaan). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, kajian ini difokuskan pada tindak tutur ilokusi dalam pengajian oleh ustad Anwar Zahid dengan pendekatan bilingual. Tuturan yang digunakan ustad dalam menyampaikan dakwahnya memberi variasi untuk menggambarkan maksud tuturan pada bagian yang berhubungan dengan jenis tindak tutur. Hasil kajian penelitian ini juga menjelaskan mengenai strategi tindak tutur yang digunakan oleh ustad Anwar Zahid dalam menyampaikan dakwah pengajiannya.
7 B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperjelas arah serta tujuan dari penelitian ini. Selanjutnya masalahmasalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana perwujudan tindak tutur Ilokusi ustad dengan pendekatan bilingual? 2. Bagaimanakah strategi bertutur ustad dalam menyampaiakan ceramah pengajiannya? C. Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendiskripasikan bentuk tindak tutur ilokusi ustad dengan pendekatan bilingual. 2. Mendiskripsikan dan mengetahui strategi bertutur ustad dalam menyampaikan ceramah pengajiannya. D. Manfaat Hasil dari suatu penelitian tentu diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembacanya, baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperluas wawasan kebahasaan, khususnya pragmatik dengan kajian sosiopragmatik dan pendekatan bilingual, sebab kajian pragmatik pada isi ceramah dalam pengajian ini sebagai pendekatan dalam
8 menafsirkan atau mengiterprestasikan makna memang masih jarang. Selain itu penelitian ini dapat mengawali kajian analisis pemakaian tindak tutur dan objek kajiannya isi ceramah dalam pengajian. b. Menambah kekayaan kajian pemakaian bahasa pada bentuk ilokusi dan strategi tindak tutur. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi pentingnya memperhatikan konteks dan situasi tutur berbahasa. b. Memperkaya hasil penelitian dalam pengembangan ilmu kebahasaan pada umumnya dan menambah khasanah dalam bidang pragmatik. E. Sistematika Penulisan Penelitian ini disajikan dalam sistematika sebagai berikut. Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau kegunaan penelitian. Bab II : Landasan Teori, berisi, kajian penelitian yang relevan, kajian teori Bab III : Metode Penelitian, berisi jenis dan strategi penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan data, teknik analisis data. Bab IV : Hasil Penelitian, berisi gambaran umum penelitian, pembahasan, dan temuan. Bab V : Simpulan, berisi simpulan, saran.