BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penulisan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. maka dapat dibuat beberapa kesimpulan diantaranya:

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI TERKAIT IZIN LINGKUNGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA [LN 2009/4, TLN 4959]

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG LAHAN DENGAN. dan dan. hidup yang. memuat. dengan. pembukaan. indikator. huruf a dan. Menimbang : Tahun Swatantra. Tingkat.

RANCANGAN PERMEN ESDM NO. TH

KEBIJAKAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2012

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 2 TAHUN 2001 T E N T A N G IJIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMBAGIAN URUSAN PENGELOLAAN MINERAL DAN BATUBARA PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DAN PERUBAHANNYA

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

WALIKOTA KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

- 3 - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB II PENGATURAN TERHADAP PELAKU TANPA IZIN MELAKUKAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

BAB V PENUTUP. 1. Pemeriksaan hukum atau due diligence merupakan suatu tahapan yang. terbitlah izin yang diperlukan. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009

REKLAMASI DAN JAMINAN REKLAMASI, BAGAIMANA PENGATURANNYA?

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DALAM WILAYAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

LARANGAN PRODUKSI MINUMAN - BERALKOHOL 2014 PERDA KAB. KOLAKA UTARA NO. 1, LD. 2014/NO. 1, LL SETDA KAB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENIMBUNAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Menggali Kehancuran di Sunda Kecil

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Manajemen Limbah Industri. Nur Istianah,ST,MT,M.Eng

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA PADA BIDANG PERTAMBANGAN

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Kewenangan Pengelolaan FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEMATIKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 5 TAHUN 1999 T E N T A N G

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843]

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

Transkripsi:

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG (ANALISIS KASUS EKS LUBANG TAMBANG BATUBARA KALIMANTAN TIMUR) Luluk Nurul Jannah, SH., MH (Staf Sub Bidang Tindak Lanjut P3E Kalimantan) Era desentralisasi membuka peluang bagi Pemerintah Daerah (Pemda) untuk turut mengatur aktifitas pertambangan. Tugas dan wewenang yang dimiliki pemda dalam hal pertambangan salah satunya tertuang dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dalam undang-undang tersebut, Pemda diberikan hak untuk mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP), menetapkan luas dan batas Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) serta melakukan pembinaan pengawasan terhadap reklamasi lahan pasca tambang. Di Indonesia, Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi utama penghasil batubara. Kalimantan Timur menyimpan 45% cadangan batubara nasional. Besarnya cadangan batubara di Provinsi Kalimantan Timur berbanding lurus dengan tingkat eksploitasi dan pemberian izin pertambangan batubara yang sangat tinggi. Data yang dihimpun Jatam Kaltim, di Kalimantan Timur 1.488 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun kab/kota. Selain IUP, terdapat juga 33 izin tambang yang diterbitkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian ESDM yang disebut Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Kota Samarinda merupakan salah satu wilayah yang ditetapkan Kementerian ESDM masuk dalam wilayah usaha pertambangan, dengan itu Pemkot Samarinda mengeluarkan kebijakan pengelolaan pertambangan batubara sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Namun kebijakan sektor pertambangan yang diambil oleh Pemerintah Kota Samarinda nampaknya tidak dicermati dengan baik. Hal ini dibuktikan dari luas wilayah pertambangan terhadap luas wilayah di Kota Samarinda sudah mencapai angka 71%. Dampak dari banyaknya izin tambang yang dikeluarkan adalah timbulnya tumpang tindih antar kawasan dan adanya tambang di kawasan padat pemukiman. Lubang eks tambang yang tidak direklamasi akan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya karena meninggalkan air beracun dan logam berat dan juga dapat mengancam keselamatan masyarakat yang tinggal di sekitar lubang eks tambang.

Sejak tahun 2011 sampai dengan pertengahan tahun 2016, lubang eks tambang batubara telah menelan korban sebanyak 24 orang (22 diantaranya anak-anak) dengan rincian di Kota Samarinda (15 anak), Kutai Kartanegara (8 anak) dan Penajam Paser Utara (1 orang). Seperti diketahui, dalam kasus ini, tidak ditemukan rambu tanda berbahaya dan pagar pembatas di sekitar lokasi kejadian, sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor: 555.K/26/M/PE/1995. Disamping itu, jarak lubang tambang juga tidak memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2012 tentang Indikator Ramah Lingkungan Untuk Usaha atau Kegiatan Penambangan Terbuka Batubara, yang mengharuskan minimal 500 meter jarak tepi lubang galian dari permukiman warga. alam UU nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral, dan Batubara, berdasarkan Pasal 97 yang berbunyi para pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah. Begitu juga Pasal 98 disebutkan pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Perbuatan melawan hukum merupakan perbuatan yang ditimbulkan oleh adanya suatu tindakan dan terdapat aturan yang mengatur tindakan tersebut. Sama halnya untuk reklamasi dan pasca tambang, terdapat aturan yang mengharuskan tindakan tersebut dilaksanakan dan harus dilakukan, karena apabila tidak dilaksanakan maka terdapat konsekuensi yang mengatur tindakan tersebut bila memenuhi kriteria perbuatan melawan hukum. Dalam PP Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang pada Pasal 2 Ayat (1) termuat klausul wajib melaksanakan reklamasi dan pasca tambang, sama halnya dalam Pasal 21. Klausul wajib berarti bahwa setiap pelaku usaha atau pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksploitasi wajib melaksanakan reklamasi. Dalam klausul hukum, wajib berarti harus dilaksanakan, dan apabila tidak dilaksanakan maka terdapat sanksi yang mengatur perbuatan tersebut. Di dalam reklamasi dan pasca tambang terdapat saksi administratif. Sanksi Administratif dalam hal ini adalah peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan, dan pencabutan izin. Di dalam sanksi administratif yang diberikan tidak menghilangkan

kewajiban untuk pemegang usaha untuk melaksanakan reklamasi dan pasca tambang. Lokasi eks lubang tambang PT. Cahaya Energi Mandiri dan PT. Energi Cahaya Industritama, dan PT. Multi Harapan Utama di Kota Samarinda yang dipasang papan peringatan penghentian sementara kegiatan oleh Direktorat Penegakan Hukum KLHK dan menjadi lokasi tenggelamnya anak pada lubang bekas tambang Dilihat dari ketidakpatuhan terhadap kebijakan dan perundang-undangan, Menteri, Gubernur, dan Walikota/Bupati sebagai Pemerintah memiliki kewenangan pengawasan terhadap setiap perizinan yang dikeluarkan olehya atau oleh tingkat pemerintah di bawahnya, sebagaimana Pasal 71 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 71 dengan jelas menyatakan bahwa kewenangan absolut dalam pengawasan secara mutlak diberikan kepada pemberi izin, dalam hal ini Walikota Samarinda, serta Menteri Lingkungan Hidup dan Gubernur Kalimantan Timur sesuai kewenangannya, selaku penyelenggara negara yang mengawasi setiap izin yang dikeluarkan oleh pemerintah. Di dalam kewenangannya mengawasi setiap izin yang dikeluarkan juga dapat mengeluarkan sanksi administratif bila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atau pemegang izin lingkungan. Sanksi

administratif tersebut dapat berupa teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin dan pencabutan izin lingkungan. Contoh penerapan sanksi administrasi paksaan pemerintah berupa penghentian sementara seluruh kegiatan PT. PLKK oleh Direktur Pengaduan, Pengadawan dan Sanksi Administrasi KLHK Dalam kasus pembiaran kerusakan lingkungan yang disebabkan pengabaian tindakan reklamasi dan pasca tambang oleh pemegang izin, telah jelas menyebabkan terjadinya kondisi pelanggaran serius terhadap izin lingkungan, maka Menteri, dalam hal ini Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan memiliki kewenangan untuk melakukan pengawsan terhadap izin lingkungan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 173 UU No. 32 Tahun 2009. Menteri juga memiliki kewenangan untuk memberikan saksi administratif kepada pemegang izin, bilamana Pemerintah Daerah dengan sengaja tidak menerapkan sanksi, sebagaimana termuat dalam Pasal 77 UU No. 32 Tahun 2009. Pengawasan dilaksanakan Menteri, Gubernur, dan Walikota/Bupati bila tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 71 dan Pasal 72 maka dapat dikenakan saksi pidana, sesuai dengan Pasal 112 UU no. 32 Tahun 2009. Dalam Pasal 112 menyebutkan bahwa Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan dan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling

banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Jika melihat posisi kasus meninggalnya anak di bekas galian lubang tambang, sudah jelas unsur perbuatan pidananya terpenuhi. Secara prinsip, perbuatan pidana tentu saja menuntut pertanggungjawaban pidana pula. Dalam kasus ini, pertanggungjawaban pidana tidak hanya dialamatkan kepada kontraktor semata sebagai pelaksana kegiatan. Namun faktanya dari beberapa kasus yang telah diproses secara pidana, cenderung hanya menyeret pelaksana kegiatan di lapangan yaitu kontraktor saja. Sementara pemegang IUP termasuk korporasinya tidak tersentuh sama sekali. Meskipun dalam dokumen kontrak, tanggung jawab telah dilimpahkan kepada kontraktor, tetapi bukan berarti pemegang IUP lepas dari tanggung jawab. Artinya, tanggung jawab pemegang IUP tetap menjadi hal yang utama mengingat posisinya sebagai penggerak terhadap berjalannya kegiatan korporasi dari hulu ke hilir, yang memiliki kewajiban melekat terhadap kegiatan reklamasi dan pasca tambang. Selain kontraktor dan pemegang IUP, pertanggungjawaban juga seharusnya dialamatkan kepada Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam pengawasan kegiatan pertambangan, termasuk dalam hal kegiatan reklamasi dan pasca tambang. Salah satu ketentuan pidana yang bersifat khusus (lex specialis), terkait pengawasan ini, diatur dalam Pasal 112 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal ini merujuk atas ketentuan kewajiban dan tanggung jawab pengawasan oleh pemerintah terhadap ketaatan kegiatan usaha yang telah ditentukan oleh undang-undang. Tidak dilakukannya pengawasan (kelalaian) yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, merupakan tindak pidana yang harus dipertanggungjawabkan. Sekarang bergantung keseriusan dari semua pihak, terutama aparat penegak hukum untuk menjawab rasa keadilan publik dengan mengusut tuntas kasus-kasus ini sebelum korban lainnya kembali berjatuhan. Setiap peristiwa tewasnya korban dilubang tambang tidak pernah sekalipun terselesaikan secara tuntas pada jalur hukumnya, jika adapun hukuman yang dijatuhkan sangat ringan.