RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN

2016, No yang Tenggelam tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Survei dan pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Teng

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Status. Kapal Tenggelam.

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

-2- tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republ

AN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

2018, No Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan organis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PERMEN-KP/2015 TENTANG UNIT KERJA MENTERI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA. No.1534, 2015 KEMENAKER. Lift. Orang dan Barang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Syarat. Perubahan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Le

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2015, No diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Repu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2017, No bapaahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang P

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.04/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/KEPMEN-KP/2018 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI

-2- antarsatuan kerja, antarwilayah, dan antarkewenangan, sehingga Lampiran Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 14/PERMEN-KP/2015 tentang L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Peraturan Pemer

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG DEWAN KELAUTAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Penetapan Wilayah Kelola Masyarakat Hukum Adat dalam Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil; Mengingat : 1. Undan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Tidak Sesuai Dengan Tujuan Semula atau Dipindahtangankan kepada Pihak Lain Baik Sebagian atau Seluruhnya Serta Pengenaan Sanksi Atas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Perekonomian selaku Ketua Pengarah Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove Nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbanga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073); 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya-Ikan Kecil (Lembaran Negara Republik I

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA BERHARGA ASAL MUATAN KAPAL YANG TENGGELAM OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal mengatur Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam merupakan bidang usaha yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal; b. bahwa berdasarkan hasil rapat pleno PANNAS BMKT pada tanggal 14 September 2015 perlumenetapkan dasar hukum untuk melakukan pengangkatan dan pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam oleh Pemerintah; c. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam oleh Pemerintah; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5); 2. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

-2- (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 97); 3. Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 2007 tentang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2009 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 2007 tentang Panitia Nasional Pengangkatan Dan PemanfaatanBenda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam; Memutuskan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA BERHARGA ASAL MUATAN KAPAL YANG TENGGELAM OLEH PEMERINTAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam, yang selanjutnya disebut BMKT, adalah benda berharga yang memiliki nilai sejarah, budaya, ilmu pengetahuan, dan ekonomi yang tenggelam di wilayah perairan Indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia dan landas kontinen Indonesia, paling singkat berumur 50 (lima puluh) tahun. [sumber dari Keppres Nomor 19 Tahun 2007] 2. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 2 Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mengatur kegiatan survei, pengangkatan dan pemanfaatan BMKT. BAB II PELAKSANA Pasal 3 (1) BMKT merupakan benda yang dikuasai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

-3- (2) Pemerintah Pusat menetapkan Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam yang selanjutnya disebut PANNAS BMKT, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2007 tentang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2009. (3) Pengelolaan BMKT sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan dengan tahapan: a. survei; b. pengangkatan; dan c. pemanfaatan. Pasal 4 (1) Dalam rangka survei dan pengangkatan BMKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a dan huruf b PANNAS BMKT membentuk Tim Kerja Pengangkatan dengan keputusan Menteri selaku Ketua PANNAS BMKT. (2) Tim Kerja Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Kementerian Kelautan dan Perikanan; b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; c. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut; dan d. Kepolisian Air dan Udara. (3) Untuk kelancaran pelaksanaan survei dan pengangkatan BMKT, Tim Kerja Pengangkatan dapat dibantu oleh tenaga ahli. (4) Dalam hal lokasi pengangkatan BMKT berada di wilayah kewenangan pemerintah provinsi, PANNAS BMKT menyampaikan pemberitahuan kepada gubernur dan dapat melibatkan pemerintah provinsi dalam proses pengangkatan BMKT. (5) Tim Kerja Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada (2) mempunyai tugas: a. melakukan survei BMKT; b. melaporkan hasil survei kepada PANNAS BMKT; dan c. meminta persetujuan pengangkatan kepada PANNAS BMKT. (6) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan setelah Tim Kerja Pengangkatan mendapatkan rekomendasi pengangkatan oleh PANNAS BMKT.

-4- BAB III SURVEI Pasal 5 (1) Survei BMKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf a merupakan kegiatan identifikasi BMKT. (2) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. penyelaman; b. dokumentasi lokasi kapal, sebaran muatannya, dan kondisi ekosistem di sekitarnya; dan c. pengambilan sampel BMKT. (3) Sampel BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa bagian kapal dan/atau muatannya yang dianggap penting untuk penentuan pengangkatan dengan jumlah maksimal sebanyak 10 (sepuluh) buah. Pasal 6 (1) Laporan hasil survei sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf b disampaikan Tim Kerja Pengangkatan kepada PANNAS BMKT. (2) Laporan hasil survei sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat hasil identifikasi dan usulan rencana pengangkatan BMKT. (3) Hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari: a. gambaran lokasi secara umum; b. kondisi geologis c. batimetri; d. kondisi ekosistem di sekitar dan di lokasi BMKT; e. kondisi fisik BMKT. (4) Usulan rencana pengangkatan BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. lokasi pengangkatan; b. analisis keselamatan kerja; c. personil dan tanggung jawab; d. metode dan tata cara yang akan digunakan; e. peralatan yang akan digunakan; f. jangka waktu; g. pembiayaan; dan/atau h. rencana pemindahan dan penyimpanan. (5) Berdasarkan laporan hasil survei sebagaimana dimaksud pada ayat (2) PANNAS BMKT memberikan persetujuan atau penolakan pengangkatan BMKT dengan mempertimbangkan kerusakan ekosistem, keamanan, nilai penting, dan kondisi fisik BMKT.

-5- (6) Persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam berita acara. (7) Pertimbangan kerusakan ekosistem, keamanan, nilai penting, dan kondisi fisik BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam Peraturan Menteri ini Pasal 7 Dalam hal PANNAS BMKT menyetujui pengangkatan maka Tim Kerja Pengangkatan: a. melaksanakan pengangkatan BMKT; dan b. melaporkan hasil pengangkatan kepada PANNAS BMKT. BAB IV PENGANGKATAN Pasal 8 Pengangkatan BMKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a berupa kegiatan: a. pengambilan BMKT dari bawah air; b. penanganan BMKT; dan c. pemindahan BMKT. Pasal 9 (1) Pengambilan BMKT dari bawah air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dilakukan Tim Kerja Pengangkatan dilaksanakan dengan tahapan: a. persiapan sarana dan prasarana pengambilan BMKT, paling sedikit meliputi: 1. kapal; 2. crane; 3. air lift; 4. lifting ballon; 5. keranjang; 6. alat selam; 7. grid frame; dan 8. alat keselamatan. b. penentuan area kerja, melalui penempatan paling sedikit 4 (empat) titik buoy; c. dokumentasi; d. pengambilan BMKT. (2) Pengambilan BMKT dari bawah air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan: a. keselamatan kerja;

-6- b. keutuhan fisik BMKT; dan c. kelestarian ekosistem sekitar BMKT. Pasal 10 (1) Dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c dilakukan pada saat sebelum pengambilan, pada saat pengambilan, dan setelah pengambilan BMKT. (2) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit dengan cara: a. penggambaran kapal dan sebaran temuan, pencatatan, pemotretan dan video; dan b. pemetaan ekosistem/biota di sekitar BMKT, dan kualitas air. (3) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mencatat area pengambilan BMKT berdasarkan grid dan kode baseline. Pasal 11 (1) Penanganan BMKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilaksanakan di atas kapal. (2) Penanganan BMKT di atas kapal sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) meliputi tahapan: a. pembersihan BMKT; b. pemberian label; dan c. penempatan BMKT dalam wadah yang lembab dan/atau direndam dengan air laut. (3) Pembersihan BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan upaya pembersihan BMKT dengan mengunakan air laut yang dipompa tanpa mengubah kondisi fisik BMKT. (4) Label sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit memuat informasi area kerja, grid, jenis, dan jumlah BMKT. Pasal 12 (1) Pemindahan BMKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c dilaksanakan setelah penanganan BMKT di atas kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. (2) Pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dari atas kapal ke tempat penyimpanan sementara atau warehouse BMKT. (3) Pemindahan BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara pengepakan BMKT supaya tidak berbenturan. (4) Dalam hal BMKT berada di tempat penyimpanan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemindahan ke warehouse BMKT dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari.

-7- (5) Pemindahan BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan: a. jumlah dan jenis BMKT yang dimuat dalam database; b. keamanan selama pengangkutan; dan c. alat angkut yang digunakan dan dokumen jalan dari PANNAS BMKT. (6) Pemindahan BMKT dari atas kapal ke tempat penyimpanan sementara atau warehouse BMKT dilaksanakan oleh Tim Kerja kepada Direktorat Jenderal sebagai pengelola warehouse wajib dituangkan dalam Berita Acara Pemindahan BMKT. Pasal 13 (1) Setelah BMKT dipindahkan ke dalam warehouse BMKT, Pengelola Warehouse melakukan: a. desalinasi; b. pemeriksaan ulang; c. penghitungan ulang; d. pencatatan ulang; dan e. penyimpanan BMKT. (2) Desalinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib memperhatikan: a. material penyusun BMKT; b. derajat keasaman air desalinasi; dan c. sirkulasi air desalinasi. (3) Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, penghitungan ulang BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dan pencatatan ulang BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilaksanakan melalui tahapan: a. pemberian label hasil pemeriksaan ulang, penghitungan ulang, dan pencantatan ulang; b. pendokumentasian jumlah, jenis, kondisi, dan/atau kerusakan BMKT; c. pembuatan Berita Acara Pemeriksaan dan Penghitungan Ulang BMKT; dan d. penyimpanan BMKT di tempat yang telah ditentukan. (4) Penyimpanan BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e wajib memperhatikan: a. jarak penempatan BMKT; b. suhu; c. jenis alat penyimpanan; d. identitas BMKT; dan e. material BMKT.

-8- Pasal 14 (1) Pelaksanaan desalinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) terhadap BMKT dengan material organik dilakukan secara terpisah dengan BMKT dengan material non-organik. (2) Pelaksanaan Desalinasi BMKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihentikan apabila derajat keasaman air desalinasi telah mencapai ph 7. Pasal 15 Tim Kerja wajib melaksanakan rehabilitasi terhadap kerusakan ekosistem akibat pengangkatan BMKT. BAB V PEMANFAATAN Pasal 16 Pemanfaatan BMKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c, untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan pariwisata. Pasal 17 (1) BMKT yang diangkat selanjutnya ditetapkan sebagai BMN. (2) Tata cara penetapan status penggunaan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan. (3) BMKT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dimanfaatkan oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang mengajukan penetapan status penggunaan. BAB VI PENGAWASAN Pasal 18 (1) Pengawasan dilaksanakan pada saat survei dan pengangkatan BMKT. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh direktur jenderal yang membidangi pengawasan dan dapat bekerja sama dengan K/L terkait dan Pemda sesuai dengan kewenangannya. (4) Ketentuan lebih lanjut tata cara pengawasan diatur dalam peraturan Direktur Jenderal yang membidangi Pengawasan.

-9- BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 BMKT yang sudah diangkat dan menjadi milik negara pemanfaatannya digunakan untuk kepentingan pariwisata dan pendidikan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA SUSI PUDJIASTUTI

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA BERHARGA ASAL MUATAN KAPAL YANG TENGGELAM OLEH PEMERINTAH KRITERIA PERTIMBANGAN PENGANGKATAN BMKT OLEH PEMERINTAH No Kriteria Definisi Bobot Skor Nilai (bobot skor) Keterangan 1 Kerusakan Dampak 20 1 20 Ekosistem rusak (>50%) ekosistem pengangkatan terhadap 2 40 Sebagian ekosistem rusak (20-50%) ekosistem di sekitar BMKT 3 60 Tidak merusak/ekosistem minim (<20%) 2 Kemudahan Pengambilan BMKT 3 Nilai penting BMKT Pengambilan dari dasar laut Keterkaitan dengan sejarah/politik/ kedaulatan 10 1 10 Dalam dan/atau sebagian besar terpendam dalam sedimen dasar laut, dan memerlukan peralatan berat untuk menjangkaunya/tidak mudah (>60%) 2 20 terjangkau, dan sebagian terpendam dalam seabed/cukup mudah (30-60%) 3 30 Dangkal, dan sebagian besar BMKT terjangkau dipermukaan dan tanpa memerlukan alat berat untuk mengangkat/mudah (<30%) 40 1 40 Seluruh BMKT tidak berkaitan langsung dengan sejarah/politik/kedaulatan Indonesia/nilai barang kurang penting 2 80 Sebagian BMKT tidak berkaitan langsung dengan sejarah/politik/kedaulatan Indonesia/nilai barang cukup/sebagian penting

-11-4 Kondisi fisik BMKT Indonesia/Nilai Barang Keutuhan fisik BMKT 3 120 Seluruh BMKT berkaitan langsung dengan sejarah/bagi Indonesia/nilai barang penting 30 1 30 Kondisi fisik BMKT tidak utuh (<20%) 2 60 Kondisi fisik BMKT sebagian utuh (20-60%) 3 90 Kondisi fisik BMKT utuh (>60%) Keterangan: Berdasarkan kriteria pertimbangan, maka terhadap BMKT diberikan: 1. persetujuan pengangkatan: a. apabila mendapatkan nilai total 300; b. apabila mendapatkan nilai total diantara 200 dan 300 dan nilai penting BMKT 2 atau 3; atau 2. penolakan pengangkatan: a. apabila mendapatkan nilai total diantara 200 dan 300 dan nilai penting BMKT 1; b. apabila nilai total tidak lebih dari 200.