BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB II LANDASAN TEORI

JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010

KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-9

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan. bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran

ISSN No Media Bina Ilmiah 31

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW:

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-11

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor. Pertemuan ke-5

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

BAB IX DOKUMENTASI DAN KEPABEANAN

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

RINGKASAN PRODUK ASURANSI PENGANGKUTAN ( MARINE CARGO )

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Penetapan Nilai Pabean sebesar CIF USD 17,507.12;

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENULIS : Drs.HAMDANI UKURAN : 27,94 x 21,59 cm JML HALAMAN : 506 HALAMAN PENERBIT : YAYASAN BINA USAHA NIAGA INDONESIA HARGA : Rp. 75.

Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT

BAB II PENGATURAN FREIGHT FORWARDER UJPT (USAHA JASA PENGANGKUTAN DAN TRANSPORTASI) DI INDONESIA

BAB V BILL OF LADING (B/L)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

MARINE CARGO INSURANCE

PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah :

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA )

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

1. Biaya Sea Transportation (Freight) USD48,308, Biaya Insurance USD 465, USD48,774,332.00

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI PT. MONDRIAN KLATEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Nilai Pabean. Perhitungan Bea Masuk.

BAB II LANDASAN TEORI. peraturan perudang-undangan yang berlaku (Tandjung, 2011: 379).

BAB I PENDAHULUAN.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

1. Keputusan atas Nilai Pabean oleh Terbanding

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

STANDAR PENETAPAN HARGA INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1977 tanggal 26 April 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

12 Pel. Bongkar : 13. Pel. Transit DN : 22 Asuransi: 23. FOB:

II.LANDASAN TEORI Pengertian Asuransi Pengangkutan

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

METODE COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS

BAB II INDUSTRI FORWARDER DAN TEKNIK CONJOINT

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

ASURANSI INTER ISLAND - MARINE CARGO No. Pencatatan Produk OJK : S-2319/NB.11/2013. I. Nama Produk : Asuransi Inter Island - Marine Cargo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan suatu barang atau komoditi dari daerah pabean, atau mengirim barang tersebut dari satu negara ke negara lain. Dengan tujuan untuk memasuki dan bersaing didalam perdagangan internasional. Ekspor dapat diartikan sebagai perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar daerah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996). Hal yang menarik ekspor adalah bahwa menjual barang kebeberapa negara berarti melakukan diversifikasi risiko, karena perusahaan tidak tergantung pada penjualan produknya ke satu negara saja. Selain itu ekspor juga bertendensi mengurangi dampak penurunan penjualan di dalam negeri. Pada saat pasar domestik sedang lesu, pasar ekspor sering kali masih kuat. Pemerintah sering menganggap ekspor yang yang kuat akan mendukung pencapaian ekonomi yang sehat. Untuk itu pemerintah dibeberapa negara menyediakan aneka dukungan kepada eksportir, seperti pembuatan brosur, bantuan tenaga ahli, pelatihan, konsultasi, sampai pada kredit ekspor. Ekspor bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara dan mendatangkan devisa bagi negara. Karena ekspor merupakan kegiatan menjual barang ke negara lain, maka pelaku ekspor harus memenuhi

digilib.uns.ac.id 13 ketentuan-ketentuan ekspor yang telah ditetapkan, baik di negara sendiri maupun di negara importir. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ekspor adalah perdagangan atau penjualan barang dan jasa melewati daerah pabean kepada konsumen yang berbeda di luar negeri atau keluar batas negara dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk ditukarkan dengan produk lain atau uang dalam bentuk valuta asing sesuai dengan kebijakan pemerintah negara tersebut (Tandjung, 2011). 2. Dokumen Ekspor Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi untuk melakukan ekspor barang antara lain sebagai berikut: a. Shipping Instruction (SI) Perintah/ instruksi pengapalan/ pengiriman yang dibuat oleh eksportir/ pengirim barang kepada perusahaan pengangkutan. Perusahaan pengangkutan disini bisa perusahaan pelayaran untuk laut, perusahaan penerbangan untuk udara maupun darat, maupun lainnya jika memang pengiriman atau ekspor barang tidak melalui laut atau udara atau darat sekalipun. Prisipnya SI adalah merupakan dokumen perintah kerja kepada pihak pengangkutan untuk mengangkutan barang ekspor milik eksportir. Didalam SI ini wajib disebutkan hal-hal sebagai berikut (Jalil, 2015) : 1. Tanggal dan nomer SI

digilib.uns.ac.id 14 2. Nama perusahaan pengangkut yang ditunjuk (pelayaran, penerbangan) 3. Nama eksportir (pengirim barang) 4. Nama importir (penerima barang) di luar negeri 5. Nama komiditas yang diekspor 6. Jumlah dan jenis pengemas (jika menggunakan kontainer, maka sebutkan jumlah kontainer dan ukuran yang diminta) 7. Berat bersih dan berat kotor + kubikasi 8. Pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar 9. Rencana tanggal ekspor 10. Tanggal suffing (muat barang) dan lokasinya 11. Metode pembayaran ongkos pengangkutan (dimuka atau di kemudian setelah barang sampai) 12. Catatan lain yang dipandang perlu disertakan b. Packing list Daftar Rincian barang/ dokumen packing/ kemasan yang menunjukkan jumlah, jenis serta berat dari barang ekspor/ impor. Juga merupakan penjelasan dari uraian barang yang disebut di dalam commercial invoice secara mendetail yang berisikan nama Shipper, Consignee, Notify Party, Nama Vessel & Voy, Dimensi Barang, Gross Weight dan Net Weight per Item barang maupun total keseluruhan, Jumlah barang. Adapun informasi lain dapat disertakan seperti:

digilib.uns.ac.id 15 Nama kapal/ pesawat, nomor container, tempat muat dan bongkar dsb. Packing list ini juga digunakan sebagai dasar pemeriksaan barang oleh pihak-pihak terkait (jika diperlukan). c. Invoice Suatu nota yang dibuat oleh eksportir mengenai barang-barang yang dijual. Keterangan yang dicantumkan dalam invoice harus sesuai dengan keterangan pada bill of lading terutama mengenai jumlah barang, jumlah pengepakan dan jumlah total ongkos angkut, dan harus mencantum harga sesuai ketentuan di dalam kontrak penjualan dan L/C bersangkutan. Invoice merupakan suatu dokumen yang penting dalam perdagangan, sebab dari data-data yang disebutkan di dalam invoice didasarkan jumlah penarikan wesel, jumlah penutupan asuransi dan bahan dalam hal timbul perselisihan antara supplier dan buyer, maka invoice dapat dipergunakan sebagai suatu bukti tertulis dari adanya suatu transaksi, sebab bagi penerima barang (consignee) invoice tersebut merupakan bahan untuk pengecekan kebenaran dari barang-barang yang akan diterimanya dari agen maskapai pelayaran di pelabuhan tujuan atau untuk penyelesaian segala macam bea masuk dengan pabean (Purnamawati, 2013). d. DO (Delivery Order) Barang ekspor yang sudah sampai ke negara tujuan akan disimpan di gudang pelabuhan sebelum diserahkan kepada importir. Importir baru bisa mengeluarkan barang dari gudang apabila mempunyai kelengkapan dokumen yang disyaratkan. Dokumen ini dikeluarkan antara lain oleh

digilib.uns.ac.id 16 bank sebagai perintah (order) kepada gudang yang menguasakannya untuk menyerahkan barang-barang yang disimpan di gudang tersebut atas nama bank kepada pemegang atau pihak yang disebut dalam DO. DO biasanya dikeluarkan oleh bank pada saat barang-barang dimasukan dalam gudang dan diserahkan kepada pembeli (importir) atau dikapalkan kembali. DO dapat juga sebagai surat jalan yang dikeluarkan Bea Cukai untuk mengeluarkan barang dari pelabuhan. e. B/L (Bill of Lading) Bill of Lading adalah dokumen pengangkutan untuk transportasi laut. B/L ini sering juga disebut Marine Bill of Lading atau Ocean Bill of Lading. Dokumen ini merupakan dokumen pengapalan paling penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengaman. B/L menunjukan hak kepemilikan atas barang-barang. Pihak-pihak yang tercantum dalam B/L antara lain: shipper (pengirim/ eksportir), consignee (pihak penerima/ importir), notify party (siapa saja yang ditetapkan dalam L/C) dan carrier (perusahaan pelayaran). f. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) Pemberitahuan Ekspor Barang adalah dokumen yang diterbitkan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk di negara eksportir sehubungan dengan barang yang diekspornya. Biasanya dokumen ini diperlukan untuk statistik perdagangan negara ekspor (Suyono, 2003).

digilib.uns.ac.id 17 g. COO/ SKA (Surat Keterangan Asal) Sertifikat ini merupakan dokumen yang menyatakan asal dari barang-barang yang diekspor. Dalam SKA dijelaskan keterangan tentang asal barang dan bahwa barang-barang tersebut bukanlah barang re-ekspor. Dokumen ini merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh instansi yang ditunjung oleh pemerintah. SKA merupakan surat keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyertaan barang ekspor untuk membuktikan bahwa barang tersebut berasal dari, dihasilkan atau diolah di Indonesia. SKA dikeluarkan atas permintaan eksportir oleh pejabat Departemen Perdagangan yang ditunjuk untuk itu, dan dibedakan menurut pengelompokan atau jenis komoditinya. h. Sertifikat Asuransi Sertifikat atau polis asuransi adalah kontrak tertulis antara perusahaan asuransi dengan pihak yang dijamin yang memuat persyaratan dan ketentuan perjanjian. Sertifikat ditandatangani oleh yang diasuransikan sebelum dikirim ke perusahaan asuransi (Amir, 2005). B. Tinjauan Khusus 1. Incoterms International Commercial Terms adalah istilah yang dibuat untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional. Incoterms berkaitan pula dengan masalah penyelesaian ijin ekspor dan ijin barang, pengepakan barang, kewajiban pembeli untuk

digilib.uns.ac.id 18 menerima penyerahan barang dan kewajiban untuk membuktikan bahwa tugas tersebut telah dilaksanakan (Amir, 2005). Versi yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 2011 disebut sebagai Incoterms 2010. Incoterms 2010 dikeluarkan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa resmi dan 31 bahasa lain sebagai terjemahan resmi. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11 istilah yang disederhanakan dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2 istilah baru dan menggantikan 4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu Delivered at Terminal (DAT); dan Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang digantikan yaitu: Delivered at Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex Quay (DEQ); Delivered Duty Unpaid (DDU). Berikut adalah pengelompokan dari Incoterms 2010 (Purnamawati, 2013): a. Ex Works: Penjual melakukan penyerahan barang ditempat penjual (pabrik, gudang, atau kediaman penjual). Jika transaksi internasional disepakati menggunakan persyaratan EXW, berarti kewajiban penjual hanyalah menyediakan barang di pabrik atau gudang yang telah ditentukan. b. Free Carrier (FCA): Penjual melakukan penyerahan barang yang sudah mendapat izin ekspor kepada pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli di tempat yang disebutkan. Dengan ketentuan FCA, penjual bertanggungjawab menyediakan angkutan darat di negara penjual (mengantar ke angkutan negara tujuan/batas negara tujuan, mengurus

digilib.uns.ac.id 19 formalitas ekspor di negara eksportir, membayar pajak dan pungutan lain di negara eksportir). c. Free Alongside Ship (FAS): Penjual menyerahkan barang disamping kapal pengangkut pada pelabuhan keberangkatan. Penjual berkewajiban mengurus formalitas ekspor (pada incoterms sebelum incoterms 2000, yang mengurus formalitas ekspor adalah pembeli). Dalam ketentuan FAS dimungkinkan yang mengurus formalitas ekspor adalah importir, jika ini merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli, maka ini harus ditegaskan dalam kontrak dagang ekspor. Syarat penyerahan ini hanya berlaku untuk mengirim barang ekspor menggunakan kapal laut dan sungai saja. d. Free On Board (FOB): Penyerahan barang oleh penjual sampai di atas kapal angkut di pelabuhan keberangkatan (port of shipment). Penjual berkewajiban menanggung biaya, pungutan, dan risiko penyerahan barang sampai ke atas kapal yang ditentukan oleh pembeli. Pengurusan formalitas ekspor untuk penyerahan menggunakan FOB dilakukan oleh penjual. Dengan ketentuan FOB, penjual bertanggungjawab menyediakan angkutan darat di negara eksportir (mengantar ke angkutan negara tujuan/ batas negara tujuan, mengurus formalitas ekspor di negara eksoprtir, membayar pajak dan pungutan lainnya di negara eksportir dan memuat barang ke alat angkut utama). e. Cost and Freight (CFR): Penjual menyerahkan barang hingga melewati pagar kapal dipelabuhan keberangkatan. Penjual berkewajiban

digilib.uns.ac.id 20 menanggung setiap biaya dan pungutan setelah barang tersebut keluar dari pagar kapal pelabuhan keberangkatan. Namun risiko kerusakan, kehilangan, dan risiko lain atas barang yang dikirim sudah menjadi tanggungjawab pembeli. f. Cost Insurance and Freight (CIF): Penjual berkewajiban menyerahkan barang hingga melewati pagar kapal di pelabuhan keberangkatan. Pihakpihak yang terlibat dalam transaksi bersepakat mengalihkan risiko kerusakan, kehilangan dan risiko lain atas barang yang dikirim kepada pihak ke tiga, yaitu perusahaan asuransi. Dengan demikian, dalam syarat penyerahan barang menggunakan CIF, penjual berkewajiban menanggung setiap biaya, pungutan setelah barang tersebut keluar dari pagar kapal pelabuhan keberangkatan, termasuk biaya asuransi terhadap risiko pengiriman barang. Keuntungan menggunakan CIF bagi eksportir adalah barang yang di kirim terjamin biaya kerugiannya dari risiko kerusakan maupun kehilangan selama dalam proses pengiriman barang tersebut. g. Carriage Paid To (CPT): Penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkut yang ditunjuknya sendiri, sehingga segala biaya yang diperlukan untuk mengangkut barang sampai ke tempat tujuan yang telah ditentukan atas tanggungjawab pembeli, segala biaya, pungutan dan risiko yang timbul dalam perjalanan menuju tempat pembeli menjadi tanggungjawab pembeli. Pengurusan formalitas ekspor pada syarat CPT dilakukan oleh penjual. Syarat penyerahan ini dapat digunakan pada alat

digilib.uns.ac.id 21 transportasi udara, darat dan menggunakan beberapa macam alat transportasi (aneka wahana) yang diperlukan hingga barang sampai ke tempat tujuan. h. Carriage and Insurance Paid To (CIP): penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkut yang ditunjuk sendiri, sehingga segala biaya yang diperlukan untuk mengangkut barang sampai ke tempat tujuan yang telah ditentukan dan asuransi terhadap risiko pengiriman barang sampai ke tempat tujuan atas tanggungjawab pembeli. Setelah penyerahan barang dilakukan oleh penjual kepada pembeli, segala biaya, pungutan, risiko yang timbul dalam perjalanan menuju tempat pembeli menjadi tanggungjawab pembeli. i. Delivered at Terminal (DAT): Penjual berkewajiban menyerahkan barang di terminal yang telah ditentukan di pelabuhan kedatangan. Terminal dalam pengertian di sini termasuk diantaranya adalah dermaga, gudang, container yard (CY), terminal kereta api, atau terminal di pelabuhan udara. Semua biaya, pungutan, dan risiko yang timbul, kecuali bea masuk, pajak impor, dan biaya lainnya di pelabuhan tujuan merupakan tanggungjawab penjual. Pembeli berkewajiban menanggung bea masuk, pajak, dan pungutan lainnya serta akan menanggung segala akibat jika gagal dalam mengurus formalitas impor tepat pada waktunya. j. Delivered at Place (DAP): Penjual berkewajiban menyerahkan barang di tempat yang telah ditentukan di negara pembeli pada kondisi barang tersebut siap dibongkar. Semau biaya, pungutan, dan risiko yang timbul,

digilib.uns.ac.id 22 kecuali bea masuk, pajak impor, dan biaya lainnya setelah barang diserahkan di tempat yang telah ditentukan menjadi tanggungjawab penjual. Penjual hanya bertanggungjawab menghantar barang sampai pada tempat yang telah disepakati di negara pembeli dalam kondisi barang belum dibongkar. k. Delivery Duty Paid (DDP): Penyerahan barang dilakukan oleh penjual yang telah ditentukan pihak-pihak yang terkait. Semua biaya, pungutan, dan risiko barang selama perjalanan menuju tempat tujuan merupakan tanggungjawab penjual. Kewajiban penjual hanya mengantar barang ke tempat yang telah disebutkan dan barang masih di atas alat angkut. Pembeli berkewajiban menanggung biaya bongkar dari alat angkut. Syarat DDP dapat dipakai untuk alat angkut apa saja, baik angkutan darat, udara, laut, sungai atau menggunakan beberapa alat angkat. DAT customs unpaid Gambar 2.1 Proses Penyerahan Barang Berdasarkan Incoterm 2010 Sumber: PPEI, 2014

digilib.uns.ac.id 23 2. Pengertian Terms of Delivery Dalam Incoterms 2010 Dalam kesepakatan transaksi perdagangan internasional antara importir dan eksportir akan menunjuk pada suatu nilai tertentu. Nilai tertentu tersebut lazimnya menggunakan referensi ToD berdasarkan Incoterms 2010 yang disusun oleh International Chamber of Commerce (ICC). Incoterms 2010 adalah instrumen yang ditujukan untuk memudahkan transaksi perdagangan internasional. Incoterms disusun dengan maksud untuk menyeragamkan penafsiran mengenai persyaratan perdagangan yang menetapkan hak dan kewajiban dari penjual maupun pembeli khususnya dalam mekanisme penyerahan barang (Hutabarat, 1990). Ada tiga hal penting yang diatur dalam setiap Terms of Delivery yang dipersyaratkan oleh Incoterms 2010, yaitu: titik peralihan resiko (risk), titik peralihan biaya (cost) dan pengaturan tanggung jawab pengurusan (responsibilities). Secara detil, ada 11 ToD yang diatur dalam incoterms 2010, dan beberapa diantaranya adalah FOB, Cost and Freight (CFR) dan CIF. Ketiga jenis ToD inilah yang diatur secara khusus kewajiban pencantumannya dalam PEB. Terminologi FOB dalam Incoterms 2010 mengandung makna bahwa titik peralihan resiko atas pengiriman barang terjadi pada saat barang yang ditransaksikan telah dimuat (on board) di atas kapal yang siap untuk diberangkatkan di pelabuhan keberangkatan. Kewajiban menanggung biayabiaya transportasi barang yang wajib dicover oleh pihak eksportir adalah

digilib.uns.ac.id 24 sampai dengan pemuatan barang ke atas kapal di pelabuhan keberangkatan. Kemudian, untuk tanggung jawab pengurusan atas pengiriman barang adalah sampai dengan kewajiban membuka kontrak pengangkutan barang (main freight) namun eksportir tidak berkewajiban menanggung ongkos tambang (freight) (Purnamawati, 2013). Pengertian terminologi CFR dan CIF dalam Incoterms 2010 pada dasarnya hampir sama. Perbedaan mendasarnya terletak pada kewajiban menanggung biaya insurance perjalanan hingga ke pelabuhan tujuan (main freight) oleh pihak penjual. Terms CFR dan CIF mengandung makna bahwa titik peralihan resiko atas pengiriman barang terjadi pada saat barang yang ditransaksikan telah dimuat (on board) di atas kapal yang siap untuk diberangkatkan di pelabuhan keberangkatan. Jadi, titik peralihan resiko antara FOB, CFR dan CIF pada dasarnya sama. Selanjutnya, kewajiban menanggung biaya-biaya transportasi barang yang wajib dicover oleh pihak eksportir adalah sampai dengan pengangkutan ke pelabuhan tujuan. Kemudian, untuk tanggung jawab pengurusan atas pengiriman barang adalah sampai dengan kewajiban membuka kontrak pengangkutan barang (main freight) (Tandjung, 2011). 3. Komponen Biaya Ekspor Komponen biaya ekspor adalah bagian-bagian dari biaya yang jika dijumlahkan merupakan total pengeluaran yang menjadi landasan bagi

digilib.uns.ac.id 25 perhitungan harga pokok. Komponen biaya ekspor terdiri dari 4 kelompok biaya, antara lain: a. Biaya Pengadaan (Procurement Cost). Dalam hal pengadaan barang-barang untuk ekspor terdapat dua pola, yaitu dengan memproduksi sendiri dan dengan membeli dari pihak lain. Oleh karena itu, terdapat pula dua jenis biaya yang harus dipakai di dalam kalkulasi barang untuk ekspor, yaitu: 1) Biaya produksi 2) Nilai pembelian yang lazim juga disebut dengan biaya perolehan. b. Biaya Pengelolaan (Handling Charges) Sebelum dikapalkan, barang-barang ekspor perlu dibenahi terlebih dahulu supaya layak laut (sea worthy). Pembenahan ini dapat dilakukan oleh eksportir sendiri atau dapat juga diserahkan pada badan usaha jasa transportasi (EMKL) yang sudah biasa melakukan tugas itu. Pembenahan ini memerlukan biaya-biaya sebagai berikut: 1) Biaya pengepakan, seperti bahan pengepak, upah mengepak, ongkos printing/ marking/ trade mark. 2) Upah pemindahan barang dari dalam gudang ke pintu gudang. 3) Upah muat barang dari pintu gudang keatas alat angkut atau ke dalam peti kemas.

digilib.uns.ac.id 26 4) Ongkos angkut barang dari gudang penyimpanan sampai ke: a) Sisi kapal (alongside ship) b) Penimbunan peti kemas (container yard) c) Dermaga peti kemas (container freight stastion) 5) Ongkos bongkar dari atas alat angkut ke: a) Dermaga sisi kapal b) Penimbunan peti kemas (container yard) c) Dermaga peti kemas d) Ongkos muat barang dari dermaga ke atas kapal e) Sewa gudang, sewa peti kemas, shipping charges, OPP/ OPT dan lain-lain. c. Pungutan-pungutan negara Yang dimaksud dengan pungutan negara adalah biaya-biaya yang nantinya harus dipenuhi atau dilunasi ketika barang yang di ekspor memasuki daerah pabean pada negara tujuan. Yang termasuk pungutan-pungutan negara antara lain: 1. Pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan adalah tarif resmi di suatu negara yang nantinya dipungut ketika barang ekpor memasuki wilayah kepabeanan di negara tersebut.

digilib.uns.ac.id 27 2. Bea masuk adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang impor. d. Jasa-jasa pihak ketiga (third party services) Dalam melaksanakan ekspor, kita sering pula membutuhkan jasa pihak ketiga seperti perbankan, asuransi, jasa transportasi, surveyor dan balai-balai penelitian. Biaya-biaya ini harus pila dimasukkan dalam kalkulasi biaya ekspor seperti: 1) Biaya jasa transportsi (EMKL/ EMKU) 2) Provisi bank dan bung bank 3) Premi asuransi 4) Biaya surveyor 5) Biaya sertifikat mutu 6) Biaya surat keterangan negara asal/ SKA 7) Biaya sertifikat kesehatan 8) Biaya karantina 9) Biaya sertifikat timbangan e. Pola Kalkulasi Ekspor Pola kalkulasi ekspor adalah gambaran mentahan dalam pengitungan biaya ekspor. Berikut adalah contoh dari penghitungan pola progresif (Amir, 2004).

digilib.uns.ac.id 28 1) Menghitung harga FOB Harga pokok produksi: quantity x harga produksi = Rp 000 Biaya pengelolaan: quantity x biaya muat/lusin = Rp 000 Total biaya = Rp 000 Bunga Bank: % x tenggat waktu x total biaya = Rp 000 Total biaya +/+ bunga = Rp 000 Laba: 10% x total dari biaya + bunga = Rp 000 Nilai FOB =Rp 000 Harga FOB dalam US$: nilai FOB Rp x US$ 1 = US$ 000 Kurs beli Rp 000 2) CFR Harga Barang = US$ 000 Pengapalan = US$ 000 Forwarding fee = US$ 000 Ongkos laut = US$ 000 commit US$ to user 000

digilib.uns.ac.id 29 3) Premi Asuransi Nilai FOB = US$ 000 Premi asuransi 2,5% x CIF (100 x atau 100%) = US$ 000 Freight ke negara tujuan = US$ 000 Total CIF negara tujuan (100-x atau 100%) =US$ 000 4) Harga penawaran CIF adalah FOB negara asal = US$ 000 Insurance = US$ 000 Freigth negara tujuan = US$ 000 CIF negara tujuan = US$ 000 4. Asuransi Laut (Marine Insurance) Kegiatan ekspor impor sebagian besar dilakukan melalui angkutan laut. Asuransi angkutan ini lebih dikenal sebagai Asuransi Laut (Marine Insurance). Polis pertanggungan asuransi yang banyak dipakai adalah polis Lloyd dari Inggris, dimana para penanggung bersatu dalam Institute Marine Underwriters (IMU). Klausul standar (Standard Clause) yang dikeluarkan oleh IMU di London terdiri atas: a. Institute Cargo Clause, untuk pertanggungan barang; Terdapat tiga kondisi yang sering dipakai dalam dalam asuransi pengangkutan,yaitu:

digilib.uns.ac.id 30 1) Institute Cargo Clause A 1/1/82 2) Institute Cargo Clause B 1/1/82 3) Intitute Cargo Clause C 1/1/82 b. Institute Time Clause, untuk pertanggungan kapal Selain itu polis pertanggungan lain digunakan oleh negara tertentu, misalnya Amerika menggunakan American Intitute of Marine Underwriters dan America Hull Insurance Syndicate. Perkumpulan penanggung di Indonesia menyediakan polis tersendiri dengan nama Indonesia Marine Hull Pool Companies Combined Policy. Ketentuan mengenai asuransi di Indonesia diatur menurut KUHD atau Wetbock van Koophandel voor Indonesie sebagai berikut: 1) KUHD Buku 1 Bab IX mulai Pasal 246 sampai dengan 286 mengenai asuransi pada umumnya. 2) KUHD Buku II Bab IX mulai Pasal 592 sampai dengan 685 mengatur asuransi pengangkutan di laut, baik mengenai asuransi kapal laut maupun muatan yang diangkut dengan kapal laut. 3) Undang-undang Pelayaran No. 21/1992 Pasal 86 tentang tanggung jawab pengangkut. c. Jenis Asuransi Laut Dalam dunia pelayaran dikenal dua jenis asuransi, yaitu asuransi badan kapal dan asuransi muatan kapal (cargo). 1) Asuransi badan kapal (hull and machinery insurance). Sering juga disebut asuransi kapal serta perlengkapannya (vessel interest).

digilib.uns.ac.id 31 Asuransi ini menutup kerugian atas badan kapal serta mesin yang disebabkan oleh kejadian bahaya di laut (perils of the sea), seperti tabrakan, kerusakan mesin, cuaca buruk, dan sebagainya. Asuransi ini ditutup oleh pemilik kapal. 2) Asuransi muatan (cargo insurance). Asuransi muatan ini dibagi menjadi dua yaitu cargo marine insurance dan cargo liability insurance. a) Cargo marine insurance adalah asuransi yang ditutup oleh pemillik barang atas kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh kerusakan atau kehilangan barang selama dalam pelayaran. b) Cargo liability insurance adalah asuransi yang ditutup oleh pengangkut atas kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh adanya tuntutan pemilik barang karena terjadi kerusakan atau kehilangan barang. Untuk menutup cargo liability, biasanya pengangkut sudah menjadi anggota Protection and Idemnity Club (P&I Club). d. Perjanjian Dalam Asuransi Laut Perjanjian dalam asuransi laut mencakup hal-hal berikut ini (Purnamawati, 2013); 1) Warehouse to warehouse clause. Perjanjian asuransi yang diberikan sejak dari gudang pelabuhan pengirim sampai gudang pelabuhan tujuan.

digilib.uns.ac.id 32 2) Free of Strike, riot and civil commotion. Kerugian karena pemogokan buruh di pelabuhan, sehingga menyebabkan kerusakan barang karena tidak segera dibongkar atau dimuat. 3) Memorandum Clause/ deductible clause. Kerugian yang tidak akan diberikan jika kerusakan sangat kecil atau kurang dari 3% - 5%. 4) Free of particular of America Clause. Perusahaan asuransi akan menggantikan kerugian jika salah satu bencana disebutkan dalam perjanjian. 5) Collision Clause. Jika dua kapal saling bertabrakan, masing-masing mengadakan pertanggungan untuk menghadapi risiko yang mungkin terjadi. Dalam polis disebutkan bahwa kerugian akan diganti perusahaan asuransi. 6) Negligence Clause. Bagi negara-negara maju seperti Amerika, Inggris dan Jerman, kerugian yang disebabkan oleh kelalaian nahkoda dapat diasuransikan. e. Jenis Kerusakan dan Kerugian dalam Pengangkutan Laut Kerusakan atau kerugian yang mungkin diderita kapal dan muatan dalam pelayaran di laut dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama Total loss atau kerugian lenyap seanteronnya yang terdiri dari dua jenis yakni: 1) Actual total loss ialah bilamana barang yang dipertanggungkan itu (kapal maupun muatannya rusak) sama sekali, atau biaya untuk memperbaikinya lebih besar dari nilai yang dipertanggungkan itu

digilib.uns.ac.id 33 sendiri, ataupun bilamana barang itu sudah tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. 2) Constructive total loss ialah bilamana kapal dan muatan itu berada di suatu tempat sedemikian rupa sehingga kapal maupun muatannya sudah tidak mungki lagi dimanfaatkan, sedangkan biaya penyelamatan (salvaging) baik kapal maupun muatannya akan lebih besar dari nilai kapal/ muatannya itu, sehingga akan lebih besar dari nilai kapal/muatannya itu, sehingga akan lebih baik bilamana kapal dan muatan itu dinyatakan sebagai total loss, dalam arti kata constructive total loss. Kedua adalah Partial loss atau kerugian yang ditanggung hanya sebagian saja. Hal itu terdiri dari kerugian umum adalah (Amir, 2005): 1) General Average ialah kerugian yang dengan sengaja dilakukan ataupun biaya yang sengaja dikeluarkan yang bertujuan untuk keselamatan semua pihak yang berkepentingan. Di dalam hal ini semua pihak yang mendapat manfaat dari pengorbanan ini harusla memikul kerugian secara berimbang (proporsional). 2) Particular Average ialah kerusakan atau kerugian yang diderita kapal maupun muatan karena kecelakaan (accident) yang menjadi tanggungjawab langsung pemiliknya, dan kerugian ini dapat diharapkan iuran atau sumbangan penggantian dari pihak lain. f. Premi dan Sertifikat Asuransi

digilib.uns.ac.id 34 Premi asuransi adalah iuran berupa uang yang dibayarkan pada waktu tertentu oleh tertanggung kepada perusahaan asuransi yang mempertanggungkan. Sertifikat asuransi adalah kontrak tertulis antara perusahaan asuransi dan tertanggung yang memuat persyaratan dan ketentuan perjanjian. Isi perjanjian antara lain memuat: 1) Rincian barang yang dikirim 2) Jenis angkutan 3) Jenis asuransi 4) Perjalanan dari barang 5) Jumlah yang diasuransikan 6) Nama dan alamat yang ditanggung 7) Nama dan alamat dari perusahaan asuransi 8) Jumlah sertifikat yang dibuat 9) Tanggal dan tempat dikeluarkan g. Penutupan Asuransi Perlu diperhatikan pula bahwa terdapat resiko yang dapat ditutup dan tidak dapat ditutup oleh perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi tetap bertanggungjawab menutup asuransi pada saat: 1) Transit yang biasa dilakukan di pelabuhan muat 2) Menunggu kapal tiba 3) Pemindahan muat (transhipment) di lokasinya 4) Di pelabuhan tujuan selama belum dibayar bea dan diserahkan

digilib.uns.ac.id 35 Dalam kondisi tertentu, perusahaan asuransi tidak akan memberikan ganti rugi pada hal-hal berikut: 1) Barang yang kualitasnya jelek/ mudah rusak (inherent vice of goods) 2) Pembungkus yang kurang sempurna 3) Kelambatan (delaying) 4) Kesengajaan dari pihak yang diasuransikan atau kesalahan yang disengaja 5) Kerusakan alami (normal wear and tear) 6) Perubahan dari nilai tukar mata uang 7) Kelebihan waktu berlabuh dan biaya kelebihan waktu berlabuh (dermurrage) 8) Sewa (rent) 9) Kesalahan pihak yang diasuransikan, seperti kemasukan barang terlarang, keterangan palsu, barang selundupan, dan larangan perdagangan lainnya. Besar kecilnya premi asuransi tergantung dari jenis barang, cara pengnangkutan, jenis kapal pengangkut, perusahaan pelayaran, besarnya risiko yang ditanggung (Woodward, 1989). 5. Pengertian Freight Forwarder Freight forwarder merupakan jasa yang membantu dalam proses ekspor atau impor barang commit sehingga to user memberi kemudahan bagi eksportir

digilib.uns.ac.id 36 maupun importir dalam melakukan aktifitas mengirim barang dari satu negara kenegara lainnya. Perusahaan jasa ini memberikan fasilitas seperti pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport, baik melalui darat, laut atau udara (Tandjung, 2011). Freight forwarder juga berperan dalam pengurusan prosedur dan formalitas dokumentasi yang dipersyaratkan oleh peraturan-peraturan pemerintah negara ekspor, negara transit, dan negara impor. Serta melengkapi pula dokumen-dokumen yang berkaitan dengan L/C, Certificate of Receipt, Bill of Lading, Sea Way Bill, House of Bill of Lading, Fiata Bill of Lading, Delivery Order dan sebagainya. Selain itu, freight forwarding juga membantu dalam penyelesaian biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatankegiatan transportasi, penanganan muatan di pelabuhan/ gudang, pengurusan dokumentasi dan juga mencakup Insurance Liabilitas yang umumnya diperlukan oleh pemilik barang (Purnamawati, 2013). Freight forwarder membantu eksportir untuk berhemat dalam pembiayaan dengan menurunkan biaya/ ongkos angkut sehingga harga ekspor atas dasar CIF akan menjadi lebih kompetitif. Bahkan untuk komoditi ekspor yang baru pada tara promosi freight forwarder adakalanya dapat merundingkan ongkos angkut khusus dengan perusahaan pelayaran (Amir, 2005).