BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki berbagai keperluan hidup,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan sosialisme. Sistem tersebut mengacu kepada prinsip-prinsip yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam politik, sosial maupun ekonomi. Berbicara masalah ekonomi berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak. membeda-bedakan antara muslim dan non muslim.

BAB I PENDAHULUAN. dan universal yang mengatur semua aspek, baik sosial, ekonomi, dan politik

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perencanaan yang matang terlebih dahulu, berupa hal apa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia dan pengetahuan teknologi yang dimiliki. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan bidang penting dalam sebuah negara. Hasil-hasil

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. akal manusia untuk menganalisa hukum-hukum syara, meneliti. perkembangan dengan pedoman pada nash-nash yang telah ada, supaya

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas terhadap sumber-sumber ekonomi yang terbatas dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini disebabkan, salah satu tolok ukur kemajuan suatu negara adalah dari

BAB I PENDAHULUAN. mu amalah. Maua malah adalah kegiatan yang mengatur hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan problematika terbesar dalam kehidupan. Sebab

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan harta agar seseorang dapat memenuhi kebutuhannya, menikmati

BAB I PENDAHULUAN. bagi kaum muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

pertahun yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. 2 pertumbuhan ekonomi terutama di Indonesia. Sektor perikanan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. SWT dengan di beri banyak kelebihan dibandingkan makhluk lainnya, di

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi Islam.Al-Quran secara tegas. Allah SWT berfirman dalam al-quran yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

PELAKSANAAN SISTEM MUSAQAH DALAM PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DI DESA SUNGAI PUTIH KECAMATAN TAPUNG DITINJAU MENURUT EKONOMI ISLAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan bagian dari kehidupan manusia, dalam. berdasarkan Al-Quran Al Karimdan As-Sunnah Nabawiyah.

BAB I PENDAHULUAN. di buat dengan bahan baku daun gambir pilihan yang di peroleh langsung dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama Allah, merupakan agama yang universal dan. konprehensif.

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

PERBEDAAN PENETAPAN HARGA KELAPA SAWIT OLEH PEDAGANG KEPADA PETANI DI KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR RIAU MENURUT EKONOMI ISLAM S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB I PENDAHULUAN. besar rakyat menggantungkan hidupnya dari sektorpertanian. Terutama terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Islam akan bekerja sekuat tenaga untuk mewujudkan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan yaitu diciptakannya Nabi Adam as kemudian disusul dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menurut muhammad bin Hasan al-syaibani dalam kitabnya al-

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa hidup sendiri. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

PENETAPAN UPAH JASA PENGGILINGAN PADI DI DESA SUNGAI UPIHKECAMATAN KUALA KAMPAR KABUPATEN PELALAWANDITINJAU MENURUT PERSPEKTIF FIQIH MU AMALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan alat pemuas untuk memenuhi kebutuhan manusia terbatas adanya,

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi serta bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Oleh. yang paling baik serta keistimewaan yang menonjol.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas ekonomi dapat dikatakan sama tuanya dengan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling membutuhkan satu sama lain. Dan Islam sangat. karena pada hakekatnya semua adalah sama di hadapan Allah SWT 1.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. memberatkankalangan yang tidak mampu tetapi, juga memberatkan dari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan akhirat yang kekal abadi. Namun demikian, nasib seseorang di akhirat nanti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial karena manusia tidak bisa hidup. sehingga terjadi hubungan saling memberi dan saling menerima.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibadah dan muamalah. Hukum beribadah maupun muamalah berlaku bagi

BAB I PENDAHULUAN. saja, manusia harus mewakili sifat-sifat Allah yang bersifat mulia ( akhlakuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil alamin, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban ritual ibadah berupa shalat, puasa zakat dan lain-lainya, Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan Tuhannya. Ibadah juga merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan. Dalam hal ini perlunya interaksi antara sesama. Di samping. hidup. Dalam ekonomi dikenal dengan istilah bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

SISTEM PENGAMBILAN KEUNTUNGAN AKAD JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri sangat bergantung pada konfigurasi politik pemerinthan pada saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya jual beli, masyarakat mampu untuk memenuhi kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang dapat ditangkap oleh masyarakat Indonesia, salah satunya adalah

pemberian semua jasa yang dibutuhkan nasabahnya baik nasabah penyimpan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, maka. satu dengan lainnya dalam berbagai kepentingan. 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dalam jual beli,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah khalifah di muka bumi, Islam memandang bumi dan isinya

BAB I PENDAHULUAN. kepada umatnya untuk berfikir ke depan dalam rangka mencapai tingkat

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini perkembangan akan kebutuhan manusia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dan menganggap penting semua kerja yang produktif. 1 Pada setiap prilaku

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil bila petunjuk kehidupan yang lengkap ini dipisah-pisahkan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran masa mengantarkan manusia dari masa lalu hingga kepada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pengembangan Ekononomi Islam telah di adopsi kedalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. mengambil kebijakan dan langkah-langkah pembangunan yang proposional. 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki berbagai keperluan hidup, telah disediakan Allah SWT beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut tidak mungkin dapat diproduksi sendiri oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, ia harus bekerja sama dengan orang lain. Hal itu dilakukan tentunya haruslah di dukung oleh suasana yang tentram. Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam masyarakat tercapai (tidak terjadi ketimpangan sosial yang akan bermuara pada kecemburuan sosial). Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat diperlukan aturan-aturan yang dapat mempertemukan kepentingan individu (pribadi) maupun kepentingan masyarakat 1. Manusia adalah hamba Allah yang tidak sempurna atau lemah sehingga membutuhkan bantuan dari saudaranya yang lain untuk melangsungkan hidup dalam memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan keluarga. Disamping itu manusia juga dianjurkan untuk saling menghargai satu dengan yang lain agar dapat hidup tentram tanpa ada rasa kecemburuan sosial. 1 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2000), h. 4 1

Dalam sejarah dunia membuktikan bahwa manusia harus hidup berekonomi di dunia ini adalah sifat dasar manusia, karena semua manusia dalam keperluan hidup saling bergantung satu sama lain. 2 Islam sebagai agama yang universal memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah SWT kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama. Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Ibadah diperlukan untuk menjaga ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan khliq-nya. Adapun muamalah diturunkan untuk menjadi rules of the game atau aturan main manusia dalam kehidupan sosial. Selain mempunyai cakupan luas dan fleksibel, muamalah tidak membeda-bedakan antara muslim dan non muslim. Kehidupan sosial ini meliputi aturan dalam bertetangga, tolong menolong, jual beli, hutang piutang, kerjasama, dan lain sebagainya. 3 Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna di sisi Allah yaitu agama yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb Nya ( habalumminallah) dan juga mengatur hubungan sesama manusia (hablumminannaas). Dalam menjalin hubungan sesama manusia harus saling menjaga atau bersikap yang sesuai dengan syariat sehingga hubungan persaudaraan selalu terjalin dengan baik terutama dalam bermuamalah. 2 Dakhil bin Ghunaim al-awwad, Kepada para Pedagang,(Solo:PT. Aqwam Media Profetika, 2005)h. 40 3 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Prees, 2001), h. 3-4

Islam menganjurkan umatnya memproduksi dan berperan dalam kegiatan ekonomi, seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan segala bentuk-bentuk produksi lainnya. 4 Masyarakat yang cerdas adalah masyarakat yang mampu menciptakan lapangan kerja, baik itu berupa industri rumah tangga maupun dalam bidang usaha lainya. Karena lapangan kerja merupakan kebutuhan masyarakat dalam mencukupi keperluan hidup. Dengan cara demikian kehidupan masyarakat menjadi teratur serta terjalinnya hubungan satu dengan lainya. Akan tetapi sifat tamak dan rakusnya manusia serta mementingkan diri sendiri terkadang masih melekat pada manusia itu sendiri, supaya hak masing- masing jangan disia-siakan dan demi kemaslahatan, maka agama memberikan aturan yang sebaik-baiknya sebagaimana yang telah di atur dalam Al-Qur an dan Sunnah Nabi, karena dengan teraturnya muamalah, kehidupan manusia menjadi terjamin, pemfitnahan dan dendam tidak akan terjadi. 5 Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukanya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut di perjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. 6 Sistem bagi hasil merupakan suatu hal yang sangat dianjurkan dalam Islam dalam melakukan kerjasama atau transaksi lainnya yang membutuhkan kejelasan h. 5 4 Sadono Sukimin, Pengantar Teori Ekonomi Makro, (Jakarta, PT.Raja Grapindo Persada), 5 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung:CV Sinar Baru 1998) h. 262 6 http;//ekonomi syariah. blogspot. com/2012/02/bagi hasil. html

atau kejujuran dan keadilan sesama rekan kerja agar tidak terjadi perselisihan atau pemutusan hubungan persaudaraan antara satu dengan lainnya. Masyarakat Kecamatan Kempas pada umumnya memenuhi kebutuhan keluarganya dari hasil pertanian dan perkebunan. Secara sosiologis, masyarakat petani hidup di pedesaan. Kehidupan mereka ditandai dengan kuatnya ikatan sosial. Gotong royong (tolong-menolong) merupakan adat mereka. 7 Adapun perkebunan di Kecamatan Kempas adalah kelapa sawit, kelapa, padi, dan palawija. Untuk perkebunan kelapa, bukan hanya untuk menghasilkan buah ataupun dijual sebagai kopra penghasil minyak kelapa, melainkan lebih kepada usaha gula merah yang terbuat dari nira kelapa. Kecamatan kempas terdiri dari dua kelurahan dan sebelas desa, dari beberapa desa tersebut hanya satu kelurahan dan dua desa yang terdapat usaha gula merah yang terbuat dari nira kelapa. Desa tersebut yaitu desa Sungai Gantang, Desa Rumbai Jaya dan kelurahan Kempas Jaya. 8 Tidak semua masyarakat Kempas memiliki lahan perkebunan kelapa untuk dijadikan usaha gula merah, oleh karenanya mereka berkerja sama dengan pemilik perkebunan kelapa yang cukup luas biasanya mereka namakan dengan juragan/bos gula. Dalam kegiatan ekonomi kedua belah pihak ini, hasilnya nanti akan dibagi sesuai dengan mekanisme pengelolahan dan kesepakatan mereka, yang mana pembagian itu di namakan bagi hasil mertelu. 9 7 Ghufron A. Mas adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 19 8 Dwi Budiyanto, camat kempas, Wawancara, Kempas, 28 Juni 2012 9 Boiman, tokoh masyarakat, Wawancara, Kempas Jaya, 22 April 2012

Mertelu adalah bagi hasil usaha gula merah antara pemilik kebun dan pekerja dimana pemilik dan pekerja sepakat bahwa hasil dari tiga hari kerja adalah untuk pemilik kebun atau di kenal dengan cateran. Dan pada empat hari setelah cateran hasil gula merah adalah milik pekerja. Masa perjanjian bagi hasil mertelu pada usaha gula merah di kecamatan kempas sebahagian besar tidak ditentukan kapan masa perjanjian itu berakhir. Hanya berdasarkan menurut kebiasaan yang sudah lama mereka lakukan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan menghasilkan air nira yang banyak maka pemilik lahan memberikan pupuk selama tiga bulan sekali secara rutin. Namun dalam pembagian hasil seperti ini sebenarnya pihak pemilik kebun dan pekerja terkadang ada yang merasa dirugikan. Seperti Pak Ginen 10 sebagai pemilik kebun ketika menerima hasil gula merah pada saat cateran, terkadang tidak sesuai hasil yang diharapkan. Rasa gula menjadi kurang manis karna hari itu hujan, atau bahkan hasilnya sangat sedikit karna cuaca yang sangat panas dan kualitasnya juga menurun, sehingga tidak mencukupi permintaan toke gula merah. Kerugian yang dirasakan pemilik kebun selain hasilnya sedikit juga membutuhkan biaya yang banyak untuk perawatan. Bila diawal kesepakatan pekerja tidak ikut menaggung pupuk dan biaya perawatan. Bahkan terkadang pekerja mencampur adonan gula merah dengan umbi-umbian atau kelapa yang telah dikupas supaya dapat memberatkan timbangan dan terlihat lebih padat. Mereka beralasan bahwa yang mereka campurkan kedalam adonan gula merah tersebut tidak membahayakan konsumen dari segi kesehatan. 2012 10 Suginen, Pemilik Kebun untuk Usaha Gula Merah, Wawancara, Kempas Jaya, 22 April

Sikap pengelola tersebut, menurut hemat penulis jelas bertentangan konsep Hukum Islam. Alqur an sebagai pedoman hidup menyebutkan bahwa Allah melarang berbuat curang (QS.al-Muthafifin:1-3) Artinya: 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. 2. (yaitu) orangorang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. 3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi (QS. Al-Muthafifin: 1-3) 11 Ayat di atas menjelaskan tentang larangan melakukan kecurangan dalam melakukan jual beli baik menambah maupun mengurangi takaran timbangan. Dalam Islam juga sangat dianjurkan sifat kejujuran dalam setiap transaksi baik dalam jual beli maupun transaksi lainnya. Salah satu instrument yang dapat mewujudkan ketentraman masyarakat dalam bertransaksi adalah perdagangan yang dilakukan harus atas dasar kejujuran serta terhindar dari penipuan dan kecurangan seperti pengurangan ukuran, takaran dan timbangan. 12 Contoh sikap ihsan (baik) dalam dunia perdagangan, adalah dengan mempermudah proses jual beli, tidak akan menipu saudaranya yang muslim (begitu juga dengan yang non muslim) sebagaimana dia bersikap dalam aktivitas kehidupan yang lain. Juga dengan tidak akan menaikan harga dagangan yang 11 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Al -Qur an, 2008), h.587 12 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 150

diperjual belikan itu dalam nilai yang sangat tinggi dan tidak wajar. Dalam hadis rasulullah SAW juga di sebutkan 13 Artinya: dari abu al-hamra, ia berkata : rasulullah Saw. Bersabda: barang siapa yang menipu kami, maka dia bukan (golongan) kami. (HR Ibnu Majah). Sedangkan untuk pekerja sendiri hal-hal yang dirasakan merugikan adalah sulitnya mencari kayu bakar, dan kalaupun ada jumlahnya hanya sedikit dan harganya cukup mahal. Belum termasuk biaya obat pengeras, atau faktor cuaca seperti hujan dan panas yang akan mempengaruhi hasil dan kualitas gula merah. Sementara untuk membuat gula kelapa dibutuhkan waktu yang sangat lama dan menyita tenaga. 14 Dari sekian banyak masyarakat yang menyandarkan kehidupan keluarganya pada sektor perkebunan adalah salah satunya perkebunan kelapa yang dijadikan usaha gula merah merupakan patner usaha, bukan sebagai yang meminjamkan modal. Hal ini dalam bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan pihak yang kedua dalam melakukan unit - unit usaha kegiatan ekonomi dengan landasan saling membutuhkan. Dan Allah tidak akan menetapkan segala bentuk akad, melainkan untuk dan terciptanya kemaslahatan serta terbendungnya kemiskinan. Berdasarkan penomena di atas penulis tertarik untuk mengangkatnya ke dalam sebuah penelitian yang berjudul: MERTELU PADA USAHA GULA MERAH DI KECAMATAN KEMPAS MENURUT EKONOMI ISLAM. B. Permasalahan 13 Mardani, Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 187 14 Kadmidi, Pekerja Gula Merah, Wawancara, Kempas Jaya, 22 April 2012

1. Batasan Masalah Supaya penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada Mertelu Pada Usaha Gula Merah di Kecamatan Kempas Menurut Ekonomi Islam. 2. Rumusan masalah Berdasarkan judul di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan mertelu pada usaha Gula Merah di Kecamatan Kempas? b. Bagaimana tinjauan Ekonomi Islam terhadap pelaksanaan mertelu Pada Usaha Gula Merah di Kecamatan Kempas? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan mertelu Pada Usaha Gula Merah Di Kecamatan Kempas. b. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan Ekonomi Islam terhadap Mertelu di Kecamatan Kempas. 2. Manfaat Penelitian a. Sebagai pengetahuan Ekonomi Islam khususnya dalam bagi hasil pertanian/perkebunan.

b. Sebagai sarana memperdalam wawasan serta informasi untuk masyarakat kecamatan Kempas dalam memperkaya pemahaman bagi hasil yang mereka lakukan. c. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelaisaikan perkuliahan pada program strata satu (S1) Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum jurusan Ekonomi Islam pada Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. D. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini penulis lakukan di kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir. Di Kelurahan Kempas Jaya, Desa Sungai Gantang dan Rumbai Jaya Kecamatan Kempas. Adapun alasan meneliti pada usaha gula merah di Kecamatan Kempas karena pada usaha gula merah terdapat bagi hasil mertelu yang bagi hasilnya bukan dari hasil yang diperoleh melainkan berdasarkan jumlah hari. Selain itu pada saat sekarang ini sudah jarang masyarakat yang melakukan kerjasama pada perkebunan kelapa dengan bagi hasil mertelu. 2. Subjek dan objek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik kebun kelapa yang di jadikan usaha gula merah dan pekerja. Sedangkan objeknya adalah bagi hasil mertelu pada usaha gula merah.

3. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik kebun kelapa yang terdiri dari 42 orang dan pekerja yang berjumlah 42 orang. Karena keterbatasan waktu maka penulis mengambil sample 21 orang pemilik kebun dan 21 orang pekerja, sehingga seluruhnya berjumlah 42 sample. Metode yang di gunakan adalah porposive sampling. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini data yang di peroleh terdiri dari : a. Data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari responden yaitu pekerja dan pemilik kebun yang dijadikan usaha gula merah di Kecamatan Kempas. b. Data sekunder Yaitu data yang di peroleh dari buku-buku dan literatur lainya yang berkaitan erat dengan permasalahan yang diteliti. 5. Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengadakan peninjauan langsung ke lokasi Desa yang menjadi objek penelitian terutama mengenai bagi hasil Usaha Gula Merah. b. Wawancara yaitu penulis melakuan tanya jawab langsung kepada, tokoh masyarakat, dan Kepala Desa tempat penulis meneliti.

c. Kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan kepada responden dalam bentuk angket serta beberapa alternatif pilihan jawabannya. d. Studi pustaka, yaitu penulis mengambil buku- buku referensi yang ada kaitanya dengan persoalan yang ditelti. 6. Analisa data Dalam penelitian ini penulis mengunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu setelah semua data di kumpulkan, maka penulis menjelaskan secara rinci dan sistematis sehingga dapat tergambar secara utuh dan dapat di pahami secara jelas kesimpulan akhirnya. a. Deduktif yaitu mengungkapkan data-data umum yang berhubungan dengan masalah yang di teliti, kemudian di adakan analisa sehingga dapat di ambil kesimpulan secara khusus. b. Induktif yaitu mengungkapkan serta mengetengahkan data khusus kemudian data-data tersebut di interpretasikan sehingga dapat di tarik kesimpulan secara umum. c. Deskriptif yaitu mencari data yang khusus menggambarkan masalah yang dibahas berdasarkan data yang diperoleh kemudian data tersebut di analisis dengan teliti. E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi dari tulisan ini, maka penulis memaparkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, metode penelitian yang digunakan, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN Dalam bab ini penulis memaparkan tentang keadaan geografis kecamatan Kempas, keadaan demografis Kecamatan Kempas, dan keadaan sosial budaya Kecamatan Kempas. BAB III : TINJAUAN TEORISTIS TENTANG BAGI HASIL PERTANIAN/PERKEBUNAAN Dalam bab ini penulis memaparkan bagi hasil pertanian dan perkebunan dalam Ekonomi Islam. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis menguraikan pelaksanaan mertelu dan implikasinya di Kecamatan Kempas dan membahas tinjauan Ekonomi Islam terhadap mertelu pada Usaha Gula Merah di Kecamatan Kempas. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan bab terakhir dimana penulis akan mengambil kesimpulan dan memberikan saran saran yang mungkin akan bermanfaat bagi semua pihak dalam menghadapi ketidak pastian atau resiko.