BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di madrasah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

PROFIL PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.

BAB I PENDAHULUAN. memperjelas suatu keadaan atau masalah. saat kita berada di rumah, di sekolah, di pasar, dan dilain tempat.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip menuju suatu kesimpulan dan sangat erat kaitannya dengan materi

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

2015 PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan eksak ataupun permasalahn-permasalahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016 dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khaeratun Nisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

Kiky Floresta et al., Pelevelan Adversity Quotient (AQ) Siswa...

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu keharusan. Sebab selain matematika sebagai pintu

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak lepas dari tindakan membuat keputusan mulai dari peristiwa sederhana sampai kompleks yang menuntut banyak pertimbangan. Sering kali kita menjumpai fenomena yang sudah terjadi, yang sedang terjadi, bahkan yang belum pasti terjadi. Kemungkinan terjadinya fenomena yang belum pasti terjadi memuat unsur ketidakpastian sehingga seseorang perlu mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi suatu kejadian dalam mengambil keputusan. Setiap keputusan yang diambil selalu ada konsekuensinya bagi orang yang bersangkutan. Dalam mengambil suatu keputusan diperlukan pertimbangan yang matang. Cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang memprediksi suatu hasil yang mungkin terjadi dari suatu percobaan adalah probabilitas. Langrall dan Mooney menyatakan bahwa, Probability is a way of describing events that cannot be explained through causal or deterministic means 1. Probabilitas adalah cara untuk mendiskripsikan suatu kejadian yang tidak dapat dijelaskan melalui sebab akibat atau deterministik. Banyak ahli sains yang menggunakan konsep probabilitas dalam mengembangkan hasil penelitian. Hal ini dikarenakan probabilitas dapat digunakan untuk memprediksi besarnya suatu kejadian yang akan terjadi. Konsep probabilitas dapat membantu seseorang dalam menanggapi situasi yang akan terjadi. Ketika seseorang harus mengambil keputusan dalam situasi yang memuat unsur ketidakpastian, kemungkinan digunakan untuk menyatakan derajat keyakinan seseorang secara subjektif. Derajat keyakinan tersebut dipengaruhi oleh ada tidaknya pengetahuan seseorang tentang suatu kejadian yang akan terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu ukuran untuk menentukan kuantitas dari derajat keyakinan tersebut. Keseluruhan konsep tentang kemungkinan 1 Dwi Ivayana Sari, Profil Berpikir Probabilistik Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Rendah Dalam Menyelesaikan Tugas Probabilitas, Journal of Education Universitas PGRI Semarang, 9: 2, (Desember, 2015), 2. 1

2 munculnya suatu kejadian dikembangkan menjadi teori probabilitas atau peluang 2. Manusia tidak cukup hanya memahami konsep probabilitas saja, namun manusia diharapkan mampu untuk berpikir probabilistik. Berpikir probabilistik adalah aktivitas mental dalam menanggapi situasi yang memuat unsur ketidakpastian. Berpikir probabilistik memiliki peran yang banyak dalam situasi seseorang menghadapi fenomena yang akan terjadi, dimana fenomena itu bukan kejadian yang pasti terjadi, atau tidak mungkin terjadi, akan tetapi kejadian tersebut masih mungkin terjadi. Banyak penelitian yang berkenaan dengan berpikir probabilistik mulai dari kelas awal sampai kelas tingkat tinggi. Menurut Imam Sujadi hal ini dikarenakan sangat sulit mengetahui berpikir probabilistik siswa 3. Dengan adanya penelitian tentang ini siswa bisa mengembangkan cara berpikir dan melatih berpikir probabilistiknya. Berkaitan dengan ini Hudojo menyatakan bahwa matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Matematika berkaitan dengan gagasan terstruktur yang hubungannya diatur secara logis, sehingga matematika dapat membantu seseorang dalam mengembangkan diri dalam cara berpikir logis 4. Sebagaimana tertuang dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika yang menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang 2 Ika Victoria Nalurita, Tesis Magister: Profil Berpikir Probabilistik Siswa SMA Dalam Menyelesaikan Masalah Probabilitas Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: UNESA, 2015), 3. 3 Imam Sujadi, Disertasi Doktor: Rekonstruksi Tingkat-tingkat Berpikir Probabilistik Siswa Sekolah Menengah Pertama. (Surabaya: UNESA, 2008), 2. 4 Titin Widiastuti, Tesis Magister: Proses Berpikir Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). (Surabaya: UNESA, 2015), 2.

3 meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5. Melihat tujuan pembelajaran matematika tersebut pemecahan masalah matematika adalah salah satu tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika. Dalam menyelesaikan masalah setiap individu pasti berbeda dari sudut pandang atau berpikir, berstrategi, dan mengungkapkannya. Semangat individu juga mempengaruhi dalam meyelesaikan suatu masalah. Jika semangat itu ada, maka tidak peduli seseorang tersebut pintar atau tidak ia akan berusaha sampai bisa memecahkannya. Setiap siswa tidak dapat menghindari kesulitan dalam belajar matematika. Penelitian Maftuh menyatakan bahwa seseorang mengungkapkan pengalamannya sebagai guru, seringkali menemukan siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengarahkan pemikiran dan keinginannya, mengingat objek yang dikaji dalam matematika bersifat abstrak 6. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa tingkatnya berbeda. Ada siswa yang merasa kesulitan hanya pada pokok bahasan tertentu, ada juga siswa yang kesulitan pada materi matematika tertentu, dan ada juga yang merasa kesulitan pada seluruh materi matematika 7. Setiap individu memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh individu lain. Selain berbeda dalam tingkat kecerdasan dalam menyelesaikan masalah, setiap individu juga berbeda dalam daya juangnya untuk menyelesaikan kesulitan. Daya juang seseorang ditentukan oleh tingkat Adversity Quotient (AQ). Disinilah peran Adversity Quotient (AQ) sangat dibutuhkan dalam belajar matematika. Adversity Quotient (AQ) adalah ukuran kemampuan dalam mengatasi kesulitan. Seseorang perlu berusaha untuk memotivasi dirinya agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi segala tantangan dan kesulitan. Karena sudah jelas dalam firman Allah SWT QS al-hijr 5 Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, diakses dari http://www.aidsindonesia.or.id, pada tanggal 17 Maret 2016 6 Moh. Syukron Maftuh, Tesis Magister: Profil Penalaran Probabilistik Siswa SMP Lakilaki dalam Pemecahan Masalah Probabilitas. (Surabaya: UNESA, 2014). 7 Titin Widiastuti, Op. Cit., hal 4.

4 ayat 56 yang artinya Ibrahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya kecuali orang-orang yang sesat 8. Adversity Quotient (AQ) sangat diperlukan dalam menyelesaikan masalah. Stoltz mengelompokkan daya juang seseorang ke dalam tiga kategori AQ, yaitu: quitter (AQ rendah), camper (AQ sedang), dan climber (AQ tinggi). Seorang quitter berusaha menjauh dari permasalahan, begitu melihat kesulitan ia lebih memilih mundur dan tidak berani menghadapi masalah. Seorang camper adalah anak yang tidak mau mengambil resiko yang terlalu besar dan merasa puas dengan kondisi atau keadaan yang telah dicapainya. Sedangkan seorang climber suka menyambut tantangan, dapat memotivasi diri dan memiliki semangat tinggi untuk menghadapi tantangan. Tinggi rendahnya AQ seseorang berpengaruh pada kemampuannya untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan probabilitas. Ketika seseorang dengan AQ rendah dihadapkan pada masalah yang memuat unsur ketidakpastian, sering kali dia menganggap bahwa menyelasaikan masalah tersebut sia-sia karena mencari solusi untuk masalah yang tidak pasti. Namun berbeda dengan seorang yang memiliki AQ tinggi, meskipun dia berkemampuan rendah ketika dihadapkan dengan suatu masalah probabilitas, maka dia akan berusaha untuk menyelesaikannya. Pada akhirnya dapat dikaitkan tingkat AQ akan menentukan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah. Selain itu berdasarkan penelitian Williams, semakin tinggi AQ siswa maka akan semakin tinggi prestasi akademis siswa di sekokah, semakin rendah AQ siswa maka semakin rendah pula prestasi akademis siswa di sekolah. Adversity quotient penting untuk dikembangkan dalam pencapaian keberhasilan akademis siswa. Setelah menyadari adanya perbedaan kondisi pada masingmasing siswa, maka guru dapat memberikan metode mengajar yang baik disesuaikan tingkat AQ siswa. Pemberian metode mengajar yang sesuai bagi siswa bertujuan agar segala sesuatu dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian materi dapat tersampaikan dengan baik sehingga siswa dapat mengikuti 8 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015, (Bandung: CV Penerbit J- Art), 265.

5 proses belajar mengajar dengan baik pula. Hal ini dapat memungkinkan adanya pencapaian hasil belajar yang optimal. Peneliti menduga bahwa mereka yang memiliki AQ tinggi akan berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi meskipun IQ nya sedang karena siswa yang memiliki AQ tinggi memiliki motivasi belajar yang tinggi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengambil judul penelitian Profil Berpikir Probabilistik Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Probabilitas Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) di SMP Negeri 1 Sidoarjo. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana profil berpikir probabilistik siswa quitter dalam menyelesaikan masalah probabilitas? 2. Bagaimana profil berpikir probabilistik siswa camper dalam menyelesaikan masalah probabilitas? 3. Bagaimana profil berpikir probabilistik siswa climber dalam menyelesaikan masalah probabilitas? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu: 1. Mendeskripsikan berpikir probabilistik siswa quitter dalam menyelesaikan masalah probabilitas. 2. Mendeskripsikan berpikir probabilistik siswa camper dalam menyelesaikan masalah probabilitas. 3. Mendeskripsikan berpikir probabilistik siswa climber dalam menyelesaikan masalah probabilitas. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Siswa dapat mengetahui berpikir probabilistiknya sehingga mempermudah untuk mengenal kemampuannya

6 sendiri dan termotivasi untuk melatih kemampuan berpikir probabilistiknya. 2. Bagi Guru Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana informasi tentang profil berpikir probabilistik siswa SMP dalam menyelesaikan masalah probabilitas ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) yang dapat dijadikan pertimbangan guna melatih siswa dalam menyelesaikan masalah probabilitas. Dapat juga bermanfaat sebagai bahan pertimbangan guru untuk merancang pembelajaran dengan menyesuaikan tingkat adversity quotient siswa sehingga pembelajaran lebih efektif dan hasilnya lebih optimal. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana latihan pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan karya ilmiah. Selain itu, dengan adanya pembahasan ini tentunya dapat memperkaya ilmu pengetahuan tentang berpikir probabilistik siswa SMP dalam menyelesaikan masalah probabilitas ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). E. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan istilah yang didefinisikan sebagai berikut: 1. Profil adalah deskripsi mengenai strategi dan representasi sesuai dengan keadaan sebenarnya, baik yang diungkap melalui gambar maupun uraian kalimat. 2. Berpikir adalah proses yang melibatkan aktivitas mental karena adanya suatu persoalan yang sedang dipikirkan dan ingin dicari penyelesaiannya dan hasilnya dapat berupa ide, gagasan, ataupun keputusan. 3. Berpikir probabilistik adalah cara siswa memproses sebuah informasi untuk merespon berbagai situasi dalam suatu konteks yang memuat unsur ketidakpastian. Dalam penelitian ini akan dilihat berpikir probabilistik berdasarkan aspek strategi dan representasi. 4. Adversity Quotient (AQ) merupakan kecerdasan atau kemampuan individu untuk dapat bertahan dalam menghadapi segala tantangan sampai menemukan jalan keluar dan berusaha

7 memecahkan berbagai macam permasalahan dengan mengubah cara pandang terhadap kesulitan tersebut. 5. Profil berpikir probabilistik dalam menyelesaikan masalah probabilitas adalah deskripsi atau gambaran proses berpikir dalam merespon kondisi yang memuat unsur ketidakpastian. F. Batasan Penelitian Batasan penelitian ini meliputi: 1. Pokok bahasan yang akan dijadikan penelitian adalah peluang kelas VIII yang mencakup ruang sampel dan peluang teoritik. 2. Subjek yang dipilih adalah yang termasuk dalam kategori AQ quitter, camper dan climber.

8 Halaman sengaja dikosongkan