BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia suatu negara termasuk sumber daya manusia bangsa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Majalengka adalah suatu penelitian untuk mengkaji sejauh mana siswa terlibat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. edukatif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui proses pengajaran siswa

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (high technology) perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anggis Nusantri, 2014 Kompetensi Guru Seni Budaya Dalam Meingplementasikan Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nisfa Rahadiani Sajdah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien serta mengikuti pertumbuhan dan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan landasan pendidikan di Indonesia. Dari sekian. berkembangnya kualitas potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Informasi telah menemui zaman keemasan pada saat ini. Informasi menjadi kebutuhan sehari-hari bagi semua kalangan. Tidak hanya sekedar butuh tetapi tiap elemen baik itu pribadi, komunitas, masyarakat, swasta maupun pemerintah sangat berperan dan berlomba-lomba tidak hanya menjadi penerima (obyek) informasi tetapi berusaha menjadi pemberi (subyek) informasi. Dari segi teknologi sendiri telah menemukan sebuah revolusi sebagai pemegang peran sebagai media atau sarana lalu lintas informasi. Terasa cepat dan makin mudah dimiliki maupun penggunaannya, mulai dari perangkat keras mobile maupun desktop, perangkat lunak, jaringan maupun antar jaringan atau internet hingga munculnya trend media sosial. Bayangkan jika tidak ada informasi di tengahtengah kita, akan terjadi banyak sekali kesalahan yang terjadi. Tidak ada satupun orang yang mengelak akan kebutuhan informasi pada masa ini, mulai dari Dokter, Pengusaha, Petani, Mahasiswa terutama bagi kalangan pendidik. Karena guru harus selalu faktual terhadap informasi-informasi yang baru agar guru tidak terjebak pada kemampuan ataupun wawasan yang ituitu saja yang selama ini diajarkannya, tanpa mampu mengadaposi maupun mengupgrade berbagai perubahan dan perkembangan di lingkungan eksternal pendidikan yang berpengaruh terhadap pendidikan. Misalnya terbatasnya guruguru yang memahami kemajuan teknologi dan informasi, pada teknologi dan informasi sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk pendidikan di dalamnya. Oleh sebab itu seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, maka informasi dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang mudah didapat, kapanpun dan dimanapun. Informasi dikemas sedemikian rupa sesuai dengan tingkat kebutuhan para pencari informasi. Namun tetap harus memenuhi syarat

2 dari nilai informasi itu sendiri yaitu aktual, faktual dan dapat dipertanggung jawabkan isinya. Seseorang yang memiliki karakteristik dasar ini biasanya akan terus bertanya apabila jawaban yang di dapat tidak memuaskan untuk dirinya, karena mereka menghendaki jawaban yang detail atau terperinci. Selain itu mereka juga akan mengumpulkan data serta informasi sebanyak-banyaknya. Dibutuhkan kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan untuk informasi, untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi. Kemampuan ini lebih dikenal dengan istilah Literasi Informasi (LI). Literasi informasi adalah kemampuan mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Hakikat dari literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur,menganalis dan memanfaatkan informasi. Menurut Work Group on Information Literacy dari California State University, mendefinisikan literasi informasi sebagai kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dalam berbagai format. Untuk dapat melakukanya pencari informasi harus mampu menunjukkan sejumlah keahlian dalam proses yang terpadu, yaitu: a) Menyatakan pertanyaan, permasalahan, atau isu penelitian. b) Menentukan informasi yang dibutuhkan untuk pernyataan, permasalahan, atau isu penelitian. c) Mengetahui tempat/letak dan menemukan informasi yang relevan. d) Mengorganisasikan informasi e) Menganalisa dan mengevaluasi informasi f) Mensintesa informasi g) Mengkomunikasikan dengan menggunakan berbagai jenis teknologi informasi h) Menggunakan perangkat teknologi untuk memperoleh informasi i) Memahami etika, hukum, dan isu-isu sosial politik yang terkait dengan informasi dan teknologi informasi. j) Menggunakan, mengevaluasi, dan bersifat kritis terhadap informasi yang diterima dari media massa. k) Menghargai bahwa keahlian yang diperoleh dari kompetensi informasi memungkinkan untuk belajar seumur hidup (California State University, 2002)

3 Pendapat lain di dalam 21 st Century Skills Framework yang membahas tentang kemampuan dan kompetensi apa saja di abad 21 yang perlu setiap orang kuasai adalah kemampuan literasi informasi. Kemampuan ini memungkinkan kita untuk mengetahui kapan kita membutuhkan informasi dan dimana kita bisa mencarinya secara efektif dan efisien, selain itu juga kemampuan ini harus bisa ditunjang dengan kemampuan di bidang teknologi dan informasi agar mampu menggunakan perpustakaan modern dan internet yang tersedia. Kemampuan ini memungkinkan untuk menganalisis dan menelaah informasi yang diperoleh, sehingga kita menjadi percaya diri untuk menggunakan informasi tersebut dalam mengambil suatu keputusan atau mengungkapkan sebuah gagasan. Semua hal diatas sangat berhubungan erat dengan dunia pendidikan dimana guru sebagai seorang yang professional harus senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan menyesuaikan kemampuan professionalnya. Seorang guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik, karena guru di masa depan bukan lagi menjadi satu-satunya orang yang paling peka terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh dan berkembang, bahkan guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak memahami pola dan mekanisme penyebaran informasi, maka sudah dapat dipastikan guru akan terpuruk secara professional dan jauh dari kompetensi dan kemampuan yang harus dimilikinya. Kemampuan umum atau kompetensi dalam proses belajar mengajar adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Menurut Tabrani Rusyan (1992, hlm.22) mengemukakan beberapa kemampuan professional yang wajib dimiliki oleh guru antara lain guru harus mampu mengambil keputusan dan memiliki wawasan tentang inovasi dalam pendidikan. Jelas disini guru harus menyaring informasi untuk mengambil keputusan yang tepat. Adanya kemampuan tersebut agar profesi guru dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Kompetensi sangat diperlukan dalam melaksanakan profesi, karena di dalam melaksanakan profesi dituntut untuk

4 membuat keputusan dan kebijaksanaan yang tepat (Hamalik, 2002, hlm.3). Dalam membuat keputusan yang tepat, sebelumnya guru juga harus mempunyai informasi yang cukup akurat, aktual dan faktual. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan literasi informasi. Karena pembuat keputusan dalam pembinaan kurikulum bukan hanya menjadi tanggung jawab para perencana kurikukum. Namun juga menjadi tanggung jawab para guru di sekolah untuk membuat aneka macam inovasi pembelajaran dalam pembinaan kurikulum. Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai-nilai baru. Dalam konteks ini, pendidik (guru) berfungsi mencipta, memodifikasi dan mengkonstruksi nilai-nilai baru (Brameld dalam Hamalik). Oleh karena itu guru harus menguasai atau memahami tentang kurikulum yang berlaku terkait tentang informasi beserta penjabaranya serta termasuk didalamnya adalah mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itu juga guru harus mengelola proses belajar mengajar termasuk mengevaluasi pelaksanaan proses belajar mengajar, melaksanakan program pengembangan bahan ajar dan metode pembelajaran, membuat inovasi, memperkaya materi ajar dan membuat kreasi alat bantu pengajaran. Dalam hal ini guru menyesuaikan silabus yang mengacu pada standar yang berlaku sehingga menghasilkan standar kompetensi, kompetensi dasar, menyusun indikator pencapaian kompetensi. Semua itu dibuat dengan keputusan yang tidak asalasalan, melainkan berdasarkan informasi dan data yang objektif. Guru harus membuat aneka macam keputusan dalam pembinaan kurikulum (pembuatan dan pengembangan RPP). Betapapun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau tidaknya bergantung pada tindakan-tindakan guru di sekolah dalam melaksanakan kurikulum tersebut (Hamalik, 2002). Semua itu dilakukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang interaktif, inspiratif dan menyenangkan. Pembelajaran lebih menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

5 perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan wawasan baik nasional maupun internasional dengan cara merespon berbagai peristiwa dan fenomena dengan informasi yang didapat dan diolah dengan baik, aktual serta faktual. Masalah yang terjadi pada saat ini terkait dengan pentingnya kemampuan literasi informasi terhadap guru terkait dengan perencanaan pembelajaran adalah penulis melihat adanya indikasi guru yang menganggap adanya RPP hanyalah sebagai simbolis karena pada hakikatnya guru melakukan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka telah kuasai dan proses pembelajaran itu adalah substansinya. Sudah seharusnya guru dalam hal ini mulai berkreasi dengan dukungan fasilitas sumber belajar atau media pembelajaran berbasis TIK yang semakin banyak di setiap sekolah mulai merancang metode yang baik, membuat nalar siswa aktif dalam mencipta informasi yang multidimensional sehingga tercipta diskusi yang baik antara guru dan siswa. Namun yang dirasa pada saat ini adalah di lapangan masih banyak guru tang belum mahir dalam pemakaian komputer atau dalam mengakses informasi dan pemanfaatanya dalam kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam kelas. Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan, sekitar 70%-90% guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. (Wahyudin, 2012, hlm.4). Karena dengan hal tersebut siswa lebih bisa berkreasi lebih aktif dalam pembelajaran, tidak hanya mendengar ceramah dari guru. Ini didukung oleh penelitian Marinasari (2013), yang memandang bahwa kurikulum 2013 guru lebih dituntut untuk dapat mengaplikasikan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan panca indera siswa sehingga potensi siswa dapat berkembang secara otentik ke dalam tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik sesuai dengan harapan pemerintah yang tercantum dalam PP 65 Tahun 2013. Senada dengan yang diungkapkan Sulipan dalam Tisa (2013, hlm.2)

6 Dalam proses pembelajaran, guru adalah hal utama dalam menerapkan informasi yang akan disampaikan. Untuk itu seorang guru harus bisa mendapatkan informasi bagi anak didiknya. Dalam konsep pembelajaran, cara belajar yang baik adalah mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur dan studi dokumentasi. Konsekuensi pekerjaan guru sebagai profesi menjadi belum dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun moral. Kedua, para guru yang telah menyusun RPP masih terkesan dibawah performa dan melengkapi kewajiban saja, yang penting ada RPP di kelas, apa pun bentuknya. Pada kondisi yang demikian para guru yang melaksanakan pembelajaran lebih banyak menggantungkan diri pada buku teks yang ada. Apa yang tertera dalam buku teks itulah bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik. Pendekatan kurikulum yang berorientasi pada tujuan hampir lepas dari pola pikir para guru. Dengan demikian harapan agar guru dapat bekerja secara profesional yang ditandai dengan pertanggungjawaban atas kinerja sesuai tuntutan standar kompetensi guru masih jauh dari jangkauan. Mengambil dari berbagai sumber serta berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 maka pada tahun ajaran 2014/2015 semua sekolah mulai SD, SMP, dan SMA/SMK sudah akan melaksanakan kurikulum 2013. Namun di tahun sebelumnya baru sekitar 12 % sekolah di negeri ini yang sudah mulai melaksanakan kurikulum 2013 tersebut. Ini menjadi masalah tersendiri untuk pemerataan kemampuan guru dalam kesesuaian standar proses penyusunan RPP yang dilihat dari kurikulum terbaru (http://edukasi.kompasiana.com, 7 juni 2014). Diantara beberapa alasan-alasan diatas, penulis melihat adanya permasalahan di kalangan para guru. Diantara beberapa alasan sebagaimana penulis telaah dan melihat fakta yang ada di lapangan kenapa guru tidak membuat RPP sebagai acuan proses pembelajaran dilaksanakan. Pertama, guru menggangap proses pembelajaran yang paling terpenting adalah substansi pembelajaranya bukan membuat RPP yang kadangkala dibuat bingung dalam

7 formatnya. Kedua, RPP dirasa sangat menghambat kreativitas guru dalam melakukan eksplorasi di dalam kegiatan pembelajaran karena harus sesuai dengan RPP yang dibuat. Ketiga, guru membuat RPP namun di akhir proses pembelajaran lebih tepatnya di akhir semester untuk bentuk laporan kepada pihak sekolah saja. Keempat, guru membuat RPP hampir disamakan dengan tahun kemarin tanpa ada perubahan substansial hanya di salin lalu di edit. Kelima, tidaknya adanya kesesuaian antara RPP dan realita pembelajaran, dalam RPP dicantumkan siswa mampu memperagakan namun dalam kenyataanya guru masih dengan metode ceramahnya. Setidaknya dari kelima alasan diatas, penulis melihat adanya beberapa indikasi guru yang menganggap rencana pelaksanaan pembelajaran hanyalah sebagai formalitas belaka tanpa disadari kebermaknaanya. Karena keberadaan RPP ini akan memberikan pembelajaran berharga tersendiri bagi yang melakukanya dengan baik sesuai standar proses penyusunan RPP. Dalam pengertian ia membuat di awal dan melakukan sesuai dengan RPP itu dalam proses pembelajaran. Fakta yang disebutkan di atas mengindikasikan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun ataupun mengembangkan RPP sesuai ketentuan kurikulum yang berlaku, terutama tentang pengembangan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan pengembangan penilaian autentik, dengan masalah seperti itu tentunya kemampuan literasi informasi bisa dijadikan solusi dalam memperoleh pemahaman terkait dengan mengembangkan RPP sesuai dengan standar proses. Hasil tersebut didukung penelitian Rindyasari (2011), bahwa literasi informasi dapat menunjang kompetensi dan profesionalisme mereka sebagai guru. Hal ini dilihat dari tiga aspek dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan informasi yaitu menemukan kebutuhan informasi, penelusuran informasi, dan pemanfaatan informasi. Kinerja guru memiliki peranan yang penting didalam mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah manapun. Hal itu menyiratkan bahwa kemampuan menyusun RPP merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidikan. Terkait dengan pemahaman konsep literasi informasi, jelas tersirat bahwa literasi informasi dapat membentuk dasar bagi

8 pembelajaran seumur hidup termasuk untuk guru. Dengan literasi informasi, diharapkan dapat menguasai isi materi dengan baik, mengarahkan pembelajaran, serta memiliki kontrol yang lebih besar terhadap proses pembelajaran yang semua dituangkan dalam rencana pelaksanaan. Ada berbagai jenis kompetensi yang dikeluarkan baik oleh lembaga maupun pendapat para ahli terkait dengan kompetensi literasi informasi. Beberapa diantaranya memberikan satu pemahaman yang sama walaupun dengan penjelasan yang berbeda-beda. Dari berbagai kompetensi yang dikemukakan, belum ada satupun standar baku sebagai bahan merujuk untuk dapat melihat kompetensi literasi informasi guru. Oleh karena itu, peneliti memilih melakukan penggabungan teori dan pendapat yang diungkapkan oleh lembaga dan para ahli. Namun demikian, penjabaran dari setiap kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang yang melek informasi termasuk memiliki benang merah yang sama. Pedoman internasional mengenai literasi informasi yang dibuat oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dengan tujuan menyediakan suatu kerangka kerja yang bermanfaat untuk para professional termasuk guru dalam rangka mengembangkan literasi informasi. Diantara kesemuanya mengambil inti topik meliputi kemampuan untuk mengenali informasi dan teknologi yang dibutuhkan, membangun strategi untuk mencari dan menemukan hal tersebut, mengevaluasi informasi dan sumbernya, mengorganisir dan menggunakanya sehingga berguna untuk menciptakan pengetahuan baru, dan mengkomunikasikanya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan antara oleh literasi informasi yang dimiliki oleh guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan. Selain itu juga tertarik untuk mengetahui tingkat kemampuan LI guru di beberapa SMP yang dibatasi di beberapa sekolah. Adapun judul yang diangkat adalah Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Guru dengan Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Studi deskriptif korelasional pada guru IPS SMPN di Kota Cimahi).

9 B. Identifikasi Masalah Di dalam dunia pendidikan kebutuhan akan informasi merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, baik informasi yang berupa bahan-bahan untuk menunjang rencana pembelajaran ataupun informasi untuk pengembangan diri guru, akan tetapi tidak semua guru tidak mampu mendapatkan informasi yang efektif secara etis, maka perlulah kemampuan literasi informasi ini agar mendapatkan informasi yang tepat guna dalam menunjang kebutuhan pembelajaran bagi siswa termasuk pengetahuan-pengetahuan yang baru, informasi dan wawasan terkait perkembangan dunia internasional termasuk juga informasi bagaimana penerapan kurikulum terbaru yang relatif sering berganti di indonesia. Agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan teratur, tentu seorang guru dituntut untuk mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran. Persiapan mengajar yang dibuat berupa rencana pembelajaran agar pengajar bisa memiliki acuan dalam memberikan materi kepada peserta didik. Rencana pembelajaran tersebut merupakan suatu sarana yang dapat membantu pencapaian kepada hasil belajar yang akan dicapai peserta didik. Dalam penyusunannya tentu tidak semudah yang kita kira dan masih sangat membutuhkan bimbingan, karena penyusunan RPP harus sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran kita di dalam kelas, terkadang karena kurangnya pemahaman guru sebagai yang menyusun RPP, beberapa guru dalam pelaksanaanya sering melenceng dari standar proses penyusunan yang telah ditetapkan pemerintah. Keberadaan ICT pada saat sekarang ini, adalah memungkinkan informasi disimpan, diakses, dan disebarkan dengan lebih mudah dan cepat. Hal ini pun menyebabkan informasi yang tersedia pun melimpah ruah sehingga pemakai informasi relatif mengalami kesulitan untuk menemukan informasi yang lebih spesifik mengenai suatu topik untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan professional seperti guru, tentunya dengan kemampuan literasi

10 informasi yang baik akan berbanding positif yang menunjang kinerjanya dalam mempermudah proses pembelajaran. LI harus diselaraskan dan diterapkan sesuai dengan standar kompetensi yang ada.. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mengeluarkan standar kompetensi yang berguna untuk para professional termasuk guru, hendaknya guru atau mahasiswa UPI memiliki kemampuan LI yang baik dimana telah ditetapkan oleh lembaga internasional tersebut. Dunia teknologi dan informasi yang sangat berkembang pesat pada masa ini setiap professional dituntut untuk bisa mengelola informasi, yang didalamnya terdapat kemampuan mengakses informasi, menggunakan informasi dan mengevaluasi informasi secara efektif dan efisien, serta memahami cara untuk melakukan pencarian secara online dengan teknologi digital Sehingga identifikasi dari dari permasalahan yang telah diuraikan diatas mengacu kepada pentingnya kemampuan literasi informasi guru yang menuntut agar guru bisa mengelola informasi apapun dengan baik yang ada di sekitarnya sehingga guru bisa mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik termasuk rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan proses yang berlaku. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan sebuah pokok permasalahan yaitu: Bagaimana hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan RPP? Adapun dari pokok permasalahan di atas, ditentukan beberapa masalah yang lebih khusus, antara lain. 1. Bagaimana tingkat kemampuan literasi informasi guru dengan beracuan standar yang dibuat UNESCO? 2. Bagaimana proses penyusunan rencana pelaksanaan yang dilakukan oleh guru? D. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

11 Untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu kemampuan literasi informasi guru terhadap proses penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga mengukur besar kecilnya hubungan antara dua variabel ini. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kemampuan literasi informasi guru yang mengacu pada standar yang ditetapkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) 2. Untuk mengetahui proses penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh para guru E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil Penilitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi penelitian dan kajian Literasi Informasi sebagai sumber belajar terkait dengan penyusunan RPP yang lebih komprehensif bagi pengembangan keilmuan Kurikulum Teknologi Pendidikan dan Perpustakaan Informasi Khususnya, b. Manfaat Praktis 1. Bagi pihak institusi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan LI guru dan sebagai tolak ukur sejauh manakah kompetensi LI yang dimiliki oleh guru. 2. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan terhadap pembaca bahwa kemampuan LI dibutuhkan dalam menunjang kemampuan pendidik terutama dalam bahan rujukan penambahan informasi dan wawasan dalam membantu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi wawasan dan pengetahuan penulis sendiri, terutama dalam bidang

12 LI dan penyusunan rencana pembelajaran sehingga penulis mampu memberdayakan informasi yang berkaitan secara etis dan efektif. F. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini berjudul Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Guru dengan Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Studi Deskriptif Korelasional di Seluruh SMPN di kota Cimahi). Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Korelasional, penelitian bermaksud untuk mengetahui kemampuan literasi informasi guru sesuai kriteria yang telah dirilis oleh UNESCO dan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan permendikbud no. 65 thn 2013. Adapun stuktur organisasi dari penelitian ini adalah : 1. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah d. Tujuan Penelitian e. Manfaat Penelitian f. Struktur Organisasi Skripsi 2. BAB II KAJIAN TEORI a. Kajian Pustaka b. Penelitian Terdahulu c. Kerangka Pemikiran d. Asumsi e. Hipotesis 3. BAB III METODE PENELITIAN a. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian b. Desain dan Paradigma Penelitian c. Pendekatan Metode Penelitian d. Definisi Operasional e. Teknik Pengumpulan Data

13 f. Instrumen Penelitian g. Proses Pengembangan Instrumen h. Analisis Data 4. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN a. Deskripsi Hasil Penelitian b. Uji Hipotesis c. Pembahasan Hasil Penelitian 5. BAB V SIMPULAN a. Kesimpulan b. Saran