BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PER.ATURAN BUPATI SIOOARJO NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambaha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2008 IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN KENDARAAN UMUM DI JALAN

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04.A TAHUN 2013 TENTANG

CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 32 TAHUN 2013

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 75 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 10 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 46 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG,

PEMERINTAH KOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI C

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PENGUSAHAAN ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1186/HK.402/DRJD/2002

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 5 TAHUN 2001 (5/2001) TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

Nomor : 10 Tahun : 1999 Seri : B Nomor : 08

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2012 Seri : C

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG IZIN USAHA ALAT ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU Nomor 37 Tahun 2011 Seri B Nomor 37

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Transkripsi:

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HILIR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menghindari persaingan yang tidak sehat dalam penyelenggaraan Usaha Angkutan Umum serta pengawasan dan pengaturan terhadap trayek-trayek angkutan serta kebutuhan terhadap angkutan umum; b. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Penyelenggaraan Angkutan Umum di Jalan. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam Provinsi Riau (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 3092) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4274). 4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 3209); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undnag Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5025); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 ); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 51 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Percontohan Transportasi Darat; 12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR dan BUPATI ROKAN HILIR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Rokan Hilir. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir.

3. Bupati adalah Bupati Rokan Hilir. 4. Dinas adalah Dinas Perhubungan Komunikasi dan informatika Kabupaten Rokan Hilir. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Rokan Hilir. 6. Badan Hukum adalah Badan Hukum Indonesia yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, dan / atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan perkumpulan, firma, kongsi, koperasi yayasan atau organisasi sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya. 7. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum. 8. Izin usaha Angkutan adalah izin untuk melakukan usaha di bidang angkutan baik angkutan barang maupun angkutan orang yang dilaksanakan dalam trayek tetap dan teratur maupun tidak dalam trayek dan berlaku selama kegiatan usaha berlangsung. 9. Kartu Izin Usaha Angkutanadalah suatu kartu yang merupakan kutipan dari surat keputusan izin usaha angkutan yang diberikan kepada setiap kendaraan yang tercantum dalam izin dan harus selalu berada pada kendaraan. 10.Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil penumpang, mobil bus dan angkutan khusus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan hidup, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. 11. Trayek tetap dan teratur adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan trayek secara tetap dan teratur, dengan jadwal tetap atau tidak berjadwal 12. Izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum untuk menyediakan pelayanan angkutan orang pada satu atau beberapa trayek tertentu baikberjadwal maupun tidak berjadwal. 13. Kartu pengawasan, yang selanjutnya disingkat KP, adalah kartu yang berisi kutipan Surat Izin Trayek atau Izin Operasional setiap kendaraan. 14. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan bagasi. 15. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan bagasi. 16. Izin penyelenggaraan angkutan tidak dalam trayek atau izin Operasi adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan angkutan orang yang pelayanannya tidak dalam trayek seperti taksi, angkutan dengan tujuan tertentu dan angkutan pariwisata. 17. Izin insidentil adalah izin untuk mengangkut orang yang menyimpang dari izin trayek yang dimilikinya yang bersifat sewaktu-waktu atau sementara untuk keperluan tertentu.

18. Taxi adalah kendaraan umum dengan jenis mobil penumpang yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer. 19. Mobil barang adalah kendaraan bermotor selain sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus dan kendaraan khusus. 20. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang yang pengangkutannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barangbarang khusus 21. Kereta gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor. 22. Kereta tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagai bebannya ditumpu oleh kendaraan penariknya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN PASAL 2 Maksud dan tujuan penyelenggaraan angkutan umumdi jalan adalah melayani kebutuhan masyarakat akan pelayanan jasa angkutan dan menjamin keberlangsungan hidup usaha bidang angkutan. BAB III OBJEK DAN SUBJEK Pasal 3 (1) Obyek penyelenggaraan angkutan umum adalah setiap jasa pemberian izin dan atau rekomendasi dalam penyelenggaraan angkutan umum yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, antara lain : a. pemberian izin usaha angkutan; b. pemberian izin trayek; c. pemberian izin operasi; d. pemberian izin insidentil; e. pemberian rekomendasi teknis atau pertimbangan untuk trayek antar kota dalam propinsi, trayek dalam propinsi untuk pelayanan antar jemput, karyawan, permukiman dan pemadu moda. (Permenhub psl 48 ayt 1 hrf c) f. pemberian Izin dispensasi angkutan. (2) Subjek penyelenggaraan angkutan umum adalah instansi, badan hukum dan/atau perorangan yang memperoleh izin dan atau rekomendasi dalam penyelenggaraan angkutan umum. BAB IV IZIN USAHA ANGKUTAN Bagian Kesatu Perizinan Usaha Angkutan Pasal 4 (1) Setiap pengusaha atau pemilik atau pengusaha gabungan kendaraan bermotor angkutan orang dan angkutan barang dalam Daerah, wajib memilik izin usaha angkutan dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Izin usaha Angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh : a. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; b. Badan Usaha Milik Swasta c. Koperasi; dan d. Perorangan Warga Negara Indonesia. (3) Izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari a. Izin usaha angkutan orang dalam trayek tetap dan teratur; b. Izin usaha angkutan orang tidak dalam trayek; dan c. Izin usaha angkutan barang. Pasal 5 Izin usaha berlaku selama kegiatan usaha angkutan tersebut masih berjalan Bagian Kedua Persyaratan Izin Usaha Angkutan Pasal 6 (1) Untuk memperoleh izin usaha angkutan Pengusaha atau Pemilik atau Pengusaha gabungan kendaraan bermotor angkutan orang dan angkutan barang wajib memenuhi persyaratan : a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); b. memiliki Akte pendirian perusahaan bagi Pemohon yang berbentuk Badan atau akte pendirian koperasi bagi pemohon yang berbentuk koperasi; c. memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU); d. memiliki surat keterangan domisili perusahaan; e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima) kendaraan; dan f. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan (Pool kendaraan). (2) Permohonan izin usaha angkutan diajukan kepada Bupati melalui Kepala Dinas. (3) Pengusaha atau Pemilik atau Pengusaha gabungan kendaraan bermotor angkutan orang dan angkutan barang yang telah mendapat izin usaha angkutan diberikan kartu izin usaha angkutan bagi setiap kendaraan yang dioperasikannya. (4) Kartu izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),merupakan turunan dari izin usaha angkutan yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas dan berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang. Pasal 7 Izin usaha angkutan dicabut apabila: a. Perusahaan angkutan melanggar ketentuan: 1. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara; 2. melakukan kegiatan yang membahayakan jiwa manusia dan lingkungan hidup; 3. atas permintaan sendiri. b. Perusahaan angkutan tidak melakukan kegiatan usaha angkutan.

Pasal 8 (1) Surat izin usaha angkutan tidak dapat dipindahtangankan kecuali atas persetujuan tertulis Bupati. (2) Pengalihan pemindahtanganan Izin Usaha Angkutan diajukan kepada Bupati melalui Kepala Dinas (3) Syarat-syarat pengalihan pemindahtanganan izin Usaha diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Kewajiban Pemegang Izin Usaha Angkutan Pasal 9 Badan Usaha, Koperasi dan Perorangan Warga Negara Indonesia yang telah mendapatkan izin Usaha Angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diwajibkan : a. memiliki kendaraan sesuai dengan peruntukannya yang telah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan; b. memiliki dan/atau menguasai tempat penyimpanan kendaran (pool); c. melakukan kegiatan usaha angkutan selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkan izin usaha angkutan; d. menyampaikan laporan secara tertulis apabila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan atau domisili perusahaan kepada dinas; e. menyampaikan laporan secara tertulis atas kegiatan usaha setiap tahun kepada dinas; dan f. melaksanakan daftar ulang setiap tahun terhadap masing-masing kendaraan yang dimiliki. BAB V IZIN TRAYEK ANGKUTAN Bagian kesatu Pasal 10 (1) Setiap Badan Hukum dan/atau perorangan yang akan melakukan kegiatan angkutan orang dalam trayek tetap baik dengan jadwal maupun tidak berjadwal wajib memiliki izin Trayek dari Bupati melalui Dinas yang ditunjuk. (2) Permohonan izin trayek untuk angkutan orang dalam trayek tetap dan teratur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Permohonan izin trayek ; dan b. Permohonan perubahan izin trayek. (3) Untuk memperoleh izin trayek, pemohonwajib mempunyai izin usaha angkutan. (4) Izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh : a. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; b. Badan usaha Milik Swasta; c. Koperasi;dan d. Perorangan Warga Negara Indonesia. (5) Izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Trayek pedesaan dalam wilayah Kabupaten Rokan Hilir; dan b. Trayek Angkutan Kota dalam Kabupaten Rokan Hilir. c. Trayek Angkutan Barang di Jalan Umum dalam Kabupaten Rokan Hilir

Bagian Kedua Tata Cara Memperoleh Izin Trayek Pasal 11 (1) Untuk memperoleh izin trayek, pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan izin usaha angkutan. (2) Pengajuan permohonan izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. Pasal 12 Persyaratan administrasi pengajuan izin trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), sebagai berikut : a. memiliki surat izin usaha angkutan b. menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang izin trayek c. memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan fotocopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domosili perusahaan dan fotocopi Buku Uji d. menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan Pasal 13 Persyaratan teknis pengajuan izin trayek, meliputi : 1. Pada trayek yang dimohonkan masih memungkinkan untuk penambahan jumlah kendaraan; 2. Prioritas diberikan bagi pengusaha yang mampu memberikan pelayanan angkutan yang terbaik; dan Pasal 14 Masa Berlaku izin trayek selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Pasal 15 Pengajuan perubahan izin trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dilakukan dalam hal : a. Pembaharuan masa berlakunya izin trayek; b. Penambahan jumlah kendaraan bermotor; c. Pengalihan kepemilikan perusahaan; d. Perpindahan trayek Pasal 16 (1) Pembaharuan masa berlakunya izin trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a adalah pengajuan pembaharuan izin, dikarenakan telah habisnya masa berlakunya izin trayek tersebut. (2) Penambahan jumlah kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b adalah pengajuan perubahan izin trayek, dikarenakan adanya penambahan jumlah kendaraan yang sudah tidak sesuai dengan jumlah izin trayek yang dimilikinya.

(3) Pengalihan kepemilikan perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 15 huruf c adalah pengajuan perubahan izin trayek dikarenakan adanya perubahan kepemilikan perusahaan. (3) Perpindahan trayek sebagaimana dimaksud Pasal 15 huruf d adalah perpindahan izin trayek dari satu trayek ke trayek lainnya. (4) Ketentuan dan tata cara perubahan izin trayek diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Kewajiban Pemegang Izin Trayek Pasal 17 Setiap Badan Hukum dan/atau perorangan yang telah mendapatkan izin Trayek diwajibkan : a. Melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan b. Melaporkan apabila terjadi perubahan domisili perusahaan c. Melaporkan kegiatan operasional angkutan setiap bulan d. Melunasi iuran wajib asuransi pertanggungan kecelakaan e. Mengembalikan dokumen izin trayek setelah terjadi perubahan f. Mengoperasikan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan g. Mengoperasikan kendaraan dilengkapi dokumen perjalanan yang syah yang terdiri dari kartu pengawasan, STNK, buku uji dan tanda uji kendaraan bermotor h. Mengangkut penumpang sesuai kapasitas yang ditetapkan i. Mengoperasikan kendaraan sesuai izin trayek yang dimiliki j. Mengutamakan keselamatan dalam mengoperasikan kendaraan sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa k. Mengoperasikan kendaraan cadangan harus dilengkapi dengan kartu pengawasan kendaraan yang digantikan l. Mengoperasikan kendaraan dengan identitas sesuai dengan ketentuan m. Mematuhi jadwal waktu perjalanan dan terminal singgah sesuai yang tercantum dalam kartu pengawasan n. Mematuhi waktu kerja dan waktu istirahat pengemudi o. Memperkerjakan pengemudi yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan merupakan pengemudi perusahaan bersangkutan p. Melayani trayek sesuai izin trayek yang diberikan q. Menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang telah ditentukan r. Mematuhi ketentuan tarif s. Mematuhi ketentuan pelayanan angkutan BAB VI IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TIDAK DALAM TRAYEK Bagian Kesatu Izin penyelenggaraan Angkutan Tidak Dalam Trayek Pasal 18 (1) Setiap Badan Hukum dan/atau perorangan yang akan melakukan angkutan orang tidak dalam trayek dan angkutan khusus wajib memiliki izin penyelenggaraan Angkutan Tidak Dalam Trayek atau Izin Operasi.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada : a. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah. b. Usaha milik swasta. c. Koperasi; atau d. Warga Negara Indonesia. (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. izin penyelenggaraan taksi; b. izin penyelenggaraan angkutan sewa/ rental; c. izin penyelenggaraan angkutan pariwisata; d. izin penyelenggaraan angkutan karyawan; dan e. izin penyelenggaraan angkutan sekolah; f. Izin penyelenggaraan angkutan lingkungan. Bagian Kedua Tata Cara Memperoleh Izin Operasi Pasal 19 (1) Untuk memperoleh izin operasi, pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan izin usaha angkutan. (2) Pengajuan permohonan izin operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. Pasal 20 Persyaratan administrasi pengajuan izin operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2), sebagai berikut : a. memiliki surat izin usaha angkutan b. menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang izin trayek c. memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan fotocopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domosili perusahaan dan fotocopi Buku Uji d. menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan Pasal 21 Persyaratan teknis pengajuan izin operasi, meliputi : 1. Pada trayek yang dimohonkan masih memungkinkan untuk penambahan jumlah kendaraan; dan 2. Prioritas diberikan bagi pengusaha yang mampu memberikan pelayanan angkutan yang terbaik. Pasal 22 Izin Operasi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Bagian Ketiga Pasal 23 Kartu Pengawasan (1) Pengusaha atau Pemilik atau Pengusaha gabungan kendaraan bermotor angkutan umum yang telah mendapat izin trayek maupun izin operasi dari Bupati, diberikan Kartu Pengawasan untuk setiap kendaraan yang dioperasikannya. (2) Kartu pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditanda tangani oleh Kepala Dinas. (3) Kartu Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal ditetapkan izin trayek, dan dapat diperpanjang. Bagian keempat Kewajiban Pemegang Izin Operasi Pasal 24 Setiap badan hukum dan/atau perorangan yang telah mendapatkan izin Operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18ayat (1) diwajibkan : a. Melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan b. Melaporkan apabila terjadi perubahan domisili perusahaan c. Melaporkan kegiatan operasional angkutan setiap bulan d. Melunasi iuran wajib asuransi pertanggungan kecelakaan e. Mengembalikan dokumen izin operasi setelah terjadi perubahan f. Mengoperasikan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan g. Mengoperasikan kendaraan dilengkapi dokumen perjalanan yang syah yang terdiri dari kartu pengawasan, STNK, buku uji dan tanda uji kendaraan bermotor h. Mengangkut penumpang sesuai kapasitas yang ditetapkan i. Mengoperasikan kendaraan sesuai izin operasi yang dimiliki j. Mengutamakan keselamatan dalam mengoperasikan kendaraan sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa k. Mengoperasikan kendaraan cadangan harus dilengkapi dengan kartu pengawasan kendaraan yang digantikan l. Mengoperasikan kendaraan dengan identitas sesuai dengan ketentuan m. Mematuhi waktu kerja dan waktu istirahat pengemudi n. Memperkerjakan pengemudi yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan merupakan pengemudi perusahaan bersangkutan o. Menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang telah ditentuk p. Mematuhi ketentuan pelayanan angkutan r. menggunakan argometer di tera oleh instansi yang berwenang bagi kendaraan taksi; dan s. mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan bidang usaha angkutan. BAB VII IZIN INSIDENTIL ANGKUTAN Bagian Kesatu Izin Insidentil Angkutan Pasal 25 Setiap Badan Hukum dan/atau perorangan yang akanmelakukan angkutan orang yang menyimpang dari Izin Trayek yang dimilikinya wajib memiliki izin insidentil dari Bupati melalui Dinas.

Pasal 26 (1) Izin Insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk kepentingan : a. menambah kekurangan angkutan pada waktu keadaan tertentu seperti perayaan hari besar keagamaan, liburan sekolah, tahun baru dan kegiatan lainnya, dengan ketentuan kendaraan bermotor angkutan umum tersebut diwajibkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di Terminal; dan b. keadaan darurat tertentu, misalnya bencana alam, pengerahan massa berupa kampanye Pemilihan Umum, rombongan olahraga, karya wisata dan sejenisnya yang tidak diwajibkan menaikkan dan menurunkan penumpang di Terminal. (2) Izin insidentil hanya diberikan untuk 1 (satu) kali perjalanan pulang pergi dan berlaku paling lama 14 (empat belas) hari dan tidak dapat diperpanjang. Pasal 27 (1) Izin dispensasi merupakan izin yang dapat diberikan kepada kendaraan angkutan orang dan atau barang yang akan melakukan aktivitasnya pada waktu dan wilayah tertentu. (2) Izin dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan un tuk kepentingan : a. angkutan barang pada lokasi dan ruas jalan tertentu; dan b. angkutan orang (bus AKAP dan AKDP) yang beroperasi dalam Daerah untuk keperluan tertentu. (3) Permohonan Izin dispensasi diajukan secara tertulis kepada Bupati. BAB VIII REKOMENDASI IZIN TRAYEK AKDP Pasal 28 Setiap Badan Hukum dan/atau perorangan yang akan melakukan kegiatan pengangkutan orang Antar Kota Dalam Provinsi atau Antar Jemput Dalam Provinsi yang Lintasan Trayeknya ada pada wilayah kabupaten wajib memiliki Rekomendasi Teknis dari Bupati melalui Dinas sebagai persyaratan penerbitan izin trayek dari Gubernur. Pasal 29 Bupati berwenang menerbitkan rekomendasi dalam rangka mendapatkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) kendaraan umum dalam Daerah. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 30 Untuk menjamin agar penyelenggaraan angkutan umum sesuai dengan maksud dan tujuan, Dinas mengadakan pembinaan dan pengawasan teknis operasional penyelenggaraan angkutan penumpang umum dan barang di jalan.

BAB X SANKSI Sanksi Administrasi Pasal 31 (1) Izin Operasional atau Izin Trayek angkutan dapat dicabut apabila pengusaha angkutan umum melanggar ketentuan Pasal 17 dan Pasal 24. (2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah melalui proses peringatan secara tertulis sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing peringatan selama 1 (satu) bulan. (3) Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilaksanakan dan pengusaha angkutan tidak mengindahkan, maka dilanjutkan dengan pembekuan izin untuk jangka waktu selama 1 (Satu) bulan. (4) Pembekuan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) telah berakhir masa berlakunya dan pengusaha angkutan umum tidak melaksanakan perbaikan, maka izin tersebut dicabut. Sanksi Pidana Pasal 32 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) hari atau denda paling banyak Rp.500.000 (lima ratus ribu rupiah). Setiap orang yang mengemudikan kendaraan Bermotor Umum yang : a. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimna dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1); b. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1); atau c. tidak memiliki izin insidentil bagi kendaraan yang menyelenggarakan angkutan orang yang menyimpang dari trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 (1) Dinas Perhubungan adalah sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah teknis pelaksana Peraturan Daerah ini. (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah yang telah diterbitkan sebelumnya yang isinya bertentangan dan/ atau telah diatur dalam Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. (3) Hal-hal yang belum diatur mengenai teknis pelaksanaan dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dalam peraturan Bupati.

Pasal 34 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dalam Lembaran Daerah Kabupaten Rokan Hilir. Ditetapkan di Bagansiapiapi pada tanggal 14 Februari 2014 BUPATI ROKAN HILIR, Diundangkan di Bagansiapiapi pada tanggal 14 Februari 2014 SEKRETARIS DAERAH, ANNAS MAAMUN WAN AMIR FIRDAUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2014 NOMOR 2

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN I. UMUM Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk mengganti Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 36 Tahun 2002 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. Penggantian Peraturan Daerah tersebut, dilaksanakan sehubungan adanya perkembangan perundang-undangan yaitu dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berikut peraturan pelaksanaannya serta sekaligus menyesuaikan dengan perkembangan keadaan dewasa ini. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal ini menjelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam Peraturan Daerah ini dengan maksud untuk menyampaikan pengertian tentang istilah-istilah itu, sehingga dengan demikian dapat dihindari kesalahpahaman dalam menafsirkannya. Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Ayat (1) Izin usaha angkutan yang dipindahtangankan adalah izin usaha yang dipindahtangan dengan cara dijual atau dengan cara lain tanpa menempuh prosedur balik nama. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 9 Pasal 10

Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32

Pasal 33 Pasal 34 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 168