BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan, efesiensi dan efektifitas. Perubahan tersebut menjadikan sistem

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah pengemban tanggung jawab kepentingan publik, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam reformasi di bidang keuangan negara, perubahan yang signifikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governance merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bergulirnya era reformasi sejak tahun 1998 membawa pula angin

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat agar keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi semacam new product dari sebuah industri bernama pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. baru dalam sektor pemerintahan. Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk


BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir reformasi keuangan di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan di lingkungan sektor publik semakin meningkat. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah di inginkan untuk berbuat lebih banyak dalam perubahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Hal ini dilakukan untuk terwujudnya good governance dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980- an yang mengusung semangat manajemen sektor publik, semakin banyak negara di dunia yang berlomba-lomba menerapkan konsep tersebut dengan melaksanakan reformasi manajemen keuangan sektor publik. NPM berakar dari teori manajemen yang beranggapan bahwa praktik bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik dan manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender, dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik (Mardiasmo, 2005). Tujuan dari reformasi manajemen keuangan sektor publik adalah untuk tercapainya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah. Prinsip akuntabilitas dan transparansi tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerintah berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme, dan akuntabilitas dalam melaksanakan pengelolaan keuangan pemerintah (Badjuri dan Trihapsari, 2004). 1

2 Dengan adanya perubahan pada sektor publik tersebut, terjadi pula perubahan pada akuntansi sektor publik, yaitu perubahan sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual. Perubahan tersebut diperlukan karena sistem akuntansi berbasis kas dianggap saat ini tidak lagi memuaskan, terutama karena kekurangannya dalam menyajikan gambaran keuangan yang akurat dan dalam memberikan informasi manajemen yang berguna dan memadai untuk memfasilitasi perencanaan dan proses kinerja (Cohen, et al,2007). Perubahan basis akuntansi tersebut merupakan salah satu bentuk dari reformasi akuntansi sektor publik yang dilakukan karena akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan dan menyediakan informasi sekaligus laporan pertanggungjawaban yang lebih berkualitas dibanding basis kas. Terdapat tiga argumen yang mendasari penerapan akuntansi akrual pada pemerintah. Pertama, adalah adanya pandangan bahwa penerapan pelaporan berbasis akrual dapat meningkatkan transparansi, baik secara internal maupun eksternal (Boxall, 1998; Denis, 1993; Micallef, 1994; Wong, 1998). Kedua, ditegaskan bahwa peningkatan transparansi, khususnya transparansi internal, diharapkan dapat mendorong kinerja organisasi yang lebih baik terutama melalui peningkatan alokasi sumber daya (Churchill, 1992; Likierman, 2000; Slamet, 1998). Ketiga, organisasi yang menggunakan akuntansi berbasis akrual akan mampu mengidentifikasikan biaya dari berbagai aktivitas pelayanan. Hal ini dapat membuat organisasi menjadi lebih efisien, alokasi sumber daya yang lebih baik, sehingga akan menghasilkan peningkatan kinerja (Evans, 1995; Webster, 1998).

3 Disamping itu, salah satu hasil studi yang dilakukan oleh IFAC Public Sector Committee (2002) menyatakan bahwa pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisisiensi dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintahan berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut. Menurut Christiaens, et al.(2001; 2003), reformasi akuntansi pemerintahan sering menjadi langkah pertama reformasi pemerintah dan itulah sebabnya dapat dianggap sebagai kondisi yang penting dan prasyarat bagi keberhasilan reformasi pemerintah lainnya di bawah gelombang transformasi NPM seperti reformasi organisasi dan manajerial. Oleh karena itu, penerapan yang efektif dan sukses dari reformasi akuntansi berperan penting dan dominan dalam penerapan dan keberhasilan praktik dan teknik NPM lain dalam organisasi sektor publik. Penerapan konsep NPM di Indonesia dalam bidang reformasi keuangan negara dimulai dengan diterbitkannya paket undang-undang keuangan negara, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2003 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Ketiga paket undang-undang keuangan negara tersebut diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan

4 transparansi pengelolaan keuangan negara, serta dapat mewujudkan good governance penyelenggaraan negara. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa sistem akuntansi dan penyusunan laporan keuangan pemerintah harus berdasarkan basis akrual. Pelaksanaan sistem akuntansi berbasis akrual ini harus sudah dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak undang-undang tentang keuangan negara pertama kali disahkan atau lebih tepatnya tahun 2008. Sebagai pedoman dalam pengimplementasian sistem tersebut telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Selama 5 (lima) tahun tersebut, sistem akuntansi akrual penuh belum dapat diimplementasikan sehingga pada masa transisi sistem yang digunakan adalah sistem kas menuju akrual (Cash Basis towards Accrual). Pada kenyataanya setelah tahun 2008 masih banyak yang harus dilakukan seperti persiapan-persiapan dan penyempurnaanpenyempurnaan sehingga terjadi penundaan implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Hal ini telah disepakati antara pemerintah dengan DPR yang dituangkan dalam UU Pertanggungjawaban APBN dan diterbitkannya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Berbasis Akrual) sebagai pengganti PP Nomor 24 Tahun 2005. Berdasarkan kerangka waktu implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tersebut, maka tahun 2014 merupakan tahun terakhir pemerintah diperkenankan menggunakan basis kas menuju akrual. Mulai Tahun 2015, pemerintah pusat dan daerah harus sudah menggunakan basis akrual dalam penyajian

5 laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan basis akrual dimaksudkan untuk memberikan informasi yang lebih komprehensif dan lebih baik bagi para pemangku kepentingan maupun para pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan basis kas menuju akrual yang selama ini dianut sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas Laporan Keuangan. Sementara itu Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menyatakan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan parameter-parameter normatif yang perlu diwujudkan dalam penyajian dan pelaporan informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Karakteristik tersebut juga merupakan prasyarat normatif yang dibutuhkan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang diinginkan. Karakteristik kualitatif sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan tersebut mencakup empat unsur yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Dalam perkembangannya, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang telah disusun sejak tahun 2004 mengalami progres yang cukup baik. Indikator perkembangan kualitas LKPP tersebut ditunjukkan dari opini audit yang diberikan BPK, yaitu dari Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) untuk LKPP tahun 2004-2008 menjadi Wajar Dengan Pengecualian (Qualified) untuk LKPP tahun 2009-2015. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas LKPP tentunya adalah kualitas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang merupakan bagian integral dari LKPP. Secara keseluruhan kualitas LKKL juga mengalami perkembangan yang baik sebagaimana ditunjukkan dalam data rekapitulasi opini LKKL pada tahun 2006-2015 pada tabel 1.1. Perkembangan yang baik tersebut

6 ditunjukkan dengan semakin banyaknya LKKL yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian. Tabel 1.1 Perkembangan Opini BPK terhadap LKKL Tahun 2006-2015 Opini Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 7 16 35 42 50 61 62 65 62 56 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 38 31 31 24 25 17 22 19 17 26 Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) 36 33 18 7 2 2 3 2 7 4 Tidak Wajar (TW) 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah Entitas Pelaporan 81 81 84 73 77 80 87 86 86 86 Sumber: Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas LKPP Tahun 2006-2015 (telah diolah kembali) Walaupun tidak ada desain baku kualitas implementasi akuntansi basis akrual di sektor publik namun penelitian atas berbagai pengalaman implementasi basis akrual tersebut telah menunjukkan adanya suatu kondisi/faktor agar implementasi basis akrual dapat dilaksanakan dengan baik. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual, seperti komitmen organisasi, sumber daya manusia, teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Stamatiadis, et al. (2009) di Yunani yang mengukur sampai sejauh mana tingkat adopsi reformasi akuntansi akrual pada sektor publik dan menghubungkan tingkat kepatuhan (compliance) akuntansi akrual dengan faktor-faktor kontigensi yang ada pada organisasi sektor publik tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tingkat adopsi akuntansi akrual pada sektor publik di Yunani yang cukup rendah setelah enam tahun peraturan tentang hal tersebut ditetapkan, selain itu penelitian tersebut juga menunjukkan faktor-faktor kontigensi yang terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat adopsi akuntansi akrual tersebut, diantaranya faktor

7 tingkat pendidikan staf, pelatihan, kualitas teknologi informasi dan dukungan konsultan. Juga terdapat faktor yang terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan yaitu faktor pengalaman, pendidikan pimpinan dan ukuran organisasi. Muhamad Indra Yudha Kusuma (2013) yang menyimpulkan bahwa faktor pelatihan yang diberikan kepada staf keuangan terkait penerapan akuntansi akrual terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual. Sementara faktor-faktor lainnya yaitu tingkat pendidikan staf keuangan, kualitas teknologi informasi, dukungan konsultan, pengalaman sebelumnya dalam menjalankan basis kas menuju akrual, latar belakang pendidikan pimpinan dan ukuran satuan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual. Disamping itu, penelitian yang dilakukan oleh Gabriella Ara Adventana (2014) menyimpulkan bahwa sumber daya manusia dan komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual sedangkan teknologi informasi dan komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Dina Apriliani (2015) menyimpulkan bahwa secara parsial sumber daya manusia, komitmen organisasi dan teknologi berpengaruh positif signifikan terhadap kesuksesan implementasi standar akuntansi pemerintah berbasis akrual sedangkan komunikasi dan ukuran satuan kerja tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kesuksesan implementasi standar akuntansi pemerintah berbasis akrual. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Novita Putri (2016) menyimpulkan bahwa secara parsial pemahaman akuntansi basis akrual, komitmen pimpinan, integrasi teknologi informasi, strategi komunikasi berpengaruh

8 signifikan terhadap penerapan akuntansi pemerintah basis akrual sedangkan sikap bersedia untuk berubah dan dukungan konsultan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerapan akuntansi pemerintah basis akrual. Penelitian-penelitian tersebut hanya terbatas pada satu instansi pemerintah/satuan kerja sehingga hasilnya belum tentu relevan bagi instansi lainnya dan belum diteliti bagaimana dampak implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual tersebut terhadap kualitas LKKL. Sementara itu, 87 Kementerian Negara/Lembaga yang ada saat ini memiliki karakteristik yang beragam sehingga diperlukan analisis mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual dan dampaknya terhadap kualitas LKKL. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan data sampel yang mewakili Kementerian Negara/Lembaga secara keseluruhan. Dengan demikian, diharapkan dapat diidentifikasi faktor-faktor determinan dalam rangka meningkatkan kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual dan dampaknya terhadap kualitas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka peneliti mengangkat judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dan Dampaknya terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Kementerian Negara/Lembaga di Republik Indonesia).

9 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dirumuskan pokok-pokok permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu: 1) Apakah komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual? 2) Apakah kapasitas SDM berpengaruh positif terhadap kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual? 3) Apakah SPI berpengaruh positif terhadap kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual? 4) Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual? 5) Apakah rekonsiliasi data berpengaruh positif terhadap kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual? 6) Apakah komunikasi berpengaruh positif terhadap kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual? 7) Apakah ketersediaan sarana dan prasarana berpengaruh positif terhadap kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual? 8) Apakah kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual berpengaruh positif terhadap kualitas LKKL?

10 C. Tujuan dan Konstribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : a) Menganalisis secara empiris pengaruh komitmen organisasi terhadap implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. b) Menganalisis secara empiris pengaruh kapasitas SDM terhadap implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. c) Menganalisis secara empiris pengaruh SPI terhadap implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. d) Menganalisis secara empiris pengaruh pemanfaatan tekonologi informasi terhadap implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. e) Menganalisis secara empiris pengaruh rekonsiliasi data terhadap implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. f) Menganalisis secara empiris pengaruh komunikasi terhadap implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. g) Menganalisis secara empiris pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana terhadap implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. h) Menganalisis secara empiris dampak kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual terhadap kualitas LKKL.

11 2. Kontribusi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut: a) Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori akuntansi sektor publik khususnya untuk melihat peranan akuntansi pemerintahan berbasis akrual dalam kerangka teori keagenan. Keterkaitan ini digambarkan dengan peranan akuntansi pemerintahan berbasis akrual dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan. b) Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga khususnya di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap faktor-faktor fundamental dalam rangka meningkatkan kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Selain itu juga, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan para pengambil kebijakan di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan di Kementerian Keuangan (cq. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Sistem Informasi dan Tranformasi Perbendaharaan, Ditjen Perbendaharaan) untuk penyempurnaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan, sistem aplikasi, serta pola sosialisasi dan pembinaan agar lebih efektif dan efisien; Bagi akademisi, dapat dijadikan referensi dalam penelitian-penelitan selanjutnya dan menambah wawasan mengenai implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Indonesia