Kali Brantas Hilir Dalam Tinjauan Data Debit Dekade Terakhir

dokumen-dokumen yang mirip
Tinjauan Kapasitas Kali Brantas Sebelum dan Sesudah Insiden Lapindo Brantas ABSTRAK

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN dan DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DELINEASI BATAS DAS & ANALISIS LAHAN KRITIS BERBASIS DAS. Adipandang Yudono 11

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

ABSTRAK Faris Afif.O,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

Penerapan Beton Porous Untuk Resapan Air Injeksi Dalam Pengendalian Genangan Perkampungan Padat

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI DAPUR / OTIK SEHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KOTA LAMONGAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELUSURAN BANJIR WADUK DENGAN HYDROGRAF SERI

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.

ANALISA DEBIT BANJIR KALI NGOTOK RING KANAL KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-HMS TUGAS AKHIR

POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BRANTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis

Bab III Metodologi Analisis Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

Silabus (PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR)

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prasarana pengairan seperti waduk. Sejumlah besar waduk di Indonesia saat ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II STUDI PUSTAKA

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB II PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN DANAU, WADUK DAN BENDUNG

PEMODELAN OPTIMASI OPERASIONAL WADUK-WADUK BESAR DI KALI BRANTAS UNTUK PRODUKSI ENERGI MENGGUNAKAN DATA DEBIT REAL TIME

TINJAUAN DEBIT BANJIR KALA ULANG TERHADAP TINGGI MUKA AIR WADUK KRISAK KABUPATEN WONOGIRI

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

SAATNYA BERBALIK HALUAN DALAM PARADIGMA PENGENDALIAN BANJIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI...

STUDI ATURAN LEPASAN UNTUK OPERASI WADUK DI BENDUNGAN PENGGA KABUPATEN LOMBOK TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. persentasi uap air di udara semakin banyak uap air dapat diserap udara.

Analisis Pola Hujan dan Musim di Jawa Timur Sebagai Langkah Awal Untuk Antisipasi Bencana Kekeringan

PEMODELAN TRANSFER AIR PADA DAM PARIT BERTINGKAT UNTUK OPTIMASI SUMBERDAYA AIR LAHAN KERING 1) Ringkasan

MAKALAH WILAYAH POTENSI BENCANA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS. Oleh Sobirin Agus Sabana Hadi

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN GRAND CITY BALIKPAPAN

PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO AHMAD NAUFAL HIDAYAT

PERUBAHAN KECEPATAN ALIRAN SUNGAI AKIBAT PERUBAHAN PELURUSAN SUNGAI

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

PERENCANAAN NORMALISASI SUNGAI KEMUNING KABUPATEN SAMPANG PULAU MADURA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN EMBUNG BLORONG KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH. Muhammad Erri Kurniawan, Yudha Satria, Sugiyanto *), Hari Budieny *)

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN DISTRIBUSI SEDIMENTASI WADUK WONOREJO, TULUNGAGUNG-JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang

PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI BANGILTAK DAN KALI WRATI DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN NORMALISASI TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

STUDI OPTIMASI DISTRIBUSI AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI LODOYO

PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KALIMAS SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.

Transkripsi:

Kali Brantas Hilir Dalam Tinjauan Data Debit Dekade Terakhir Kuntjoro Saptarita K. Dosen Diploma Teknik Sipil ITS kuntjoro@ce.its.ac.id Abstrak Beban paling berat bagi pengendali banjir di seluruh DAS Brantas adalah pada Kanal Porong. Walaupun alur sungai dan infrastruktur sungai Brantas merupakan reservoir pengendali debit banjir serta regulator bagi pengendali banjir, perubahan fluktuasi debit yang terjadi dalam dekade terakhir ini merupakan hal yang sangat penting dalam peninjauan kembali keamanan flood way ini. Tinjauan, analisis dan tindakan secara integral serta seksama sangat diperlukan untuk kepentingan pengamanan seluruh DAS. Dari tinjauan berdasar data debit dekade terakhir ini segmen sungai Brantas Hilir (dari muara sampai dengan Dam Menturus); kondisi segmen Km10 sudah tidak memadai dalam mengendalikan Q1; Km20 memadai dalam mengendalikan Q1 sampai Q2 namun tidak memadai dalam mengendalikan Q5; Km30 tidak memadai dalam mengendalikan Q1; Km40 memadai dalam mengendalikan Q1 sampai Q2 namun tidak dalam Q5; Km45 memadai untuk Q1 samapi Q15 namun tidak untuk Q25. Perlu adanya perhatian dan kewaspadaan khusus dengan adanya perubahan fluktuasi debit dalam dekade terakhir ini, ditambah beban dari lumpur Lapindo Brantas yang belum bisa dipastikan kapan berakhirnya. Sehingga diperlukan tindakan tindakan yang lebih apresiatif dari pihak pihak terkait terhadap perubahan pola fluktuasi debit ini. Kata kunci : fluktuasi debit, kapasitas sungai, Porong Kanal. I. PENDAHULUAN Kanal Porong merupakan tumpuan beban terakhir bagi pengendalian banjir Kali Brantas dan seluruh DASnya. Kali Brantas sendiri mempunyai peran yang sangat besar dalam menunjang ekonomi Propinsi Jawa Timur, sebagai lumbung pangan nasional yang memberi kontribusi lebih dari 30% stok pangan nasional, dimana 7,8% merupakan sumbangan dari DPS Kali Brantas. Luas Daerah Pengaliran Sungai 12.000 km2 atau sekitar 25% dari luas Propinsi Jawa Timur. Curah hujan rata-rata mencapai 2000 mm/tahun dan dengan total panjang sungai 320 km, mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Kelud. Penduduk yang tinggal di wilayah Sungai Brantas yang Tabel 1 : Kapasitas waduk waduk di DAS Brantas tercacata pada tahun 1996 mencapai 13,8 juta orang atau sekitar 42% dari penduduk Propinsi Jawa Timur. Waduk waduk dan bangunan bangunan sungai merupakan reservoir dan sekaligus sebagai pengendali debit banjir serta regulator bagi supply kebutuhan air. Dengan berkembang pesatnya pembangunan infrastruktur di DASnya mengakibatkan perubahan tutupan lahan sehingga mengakibatkan meningkatnya run off dan debit banjir. Perubahan tutupan lahan di DAS ini juga menyebabkan laju sedimentasi di waduk dan pendangkalan sungai. Perubahan fluktuasi debit dalam dekade terakhir sangat krusial untuk dibahas dalam kaitannya dengan kapasitas Kanal Porong ini. Lapindo Brantas accident dengan semburan lumpur panas mencapai sekitar 50 ribu m3/hari yang terjadi pada tahun 2006 di dekat Porong Canal merupakan bagian kejadian yang berpengaruh pada kondisi keamanan Kali Brantas, karena solusi semburan lumpur ini dialirkan ke Porong Canal, sehingga mengurangi kapasitas canal ini dan juga operasionalnya. II. MASALAH Perubahan iklim dan perubahan perubahan yang terjadi di DAS-nya yang tercermin dalam perubahan fluktuasi debit dan ditambah dengan Lapindo Brantas accident perlu peninjauan terhadap kondisi kapasitas, operasional dan kemananan sungai Brantas khususnya Kanal Porong dalam mengendalikan banjir. III. PENDEKATAN PENYELESAIAN MASALAH 3.1. KANAL PORONG DALAM INFRASTUKTUR DI DAS BRANTAS 1). WADUK Terdapat tujuh bendungan/waduk multi fungsi di DAS Kali Brantas, pada saat musim hujan waduk waduk ini berfungsi sebagai pengendali banjir. Kapasitas waduk waduk tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Nama Waduk Sengguruh Karangkates Lahor Wlinggi Wonorejo Selorejo Bening Kapasitas (m3) 2.45.10E+07 3.90E+08 3.61E+07 2.41E+07 2.59E+08 6.25E+07 3.75E+07 Bangunan bangunan sungai sebagai pengendali debit 2). BANGUNAN SUNGAI dan elevasi permukaan air. Bangunan bangunan ini berupa bendung garak yang dijelaskan sebagai berikut : Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 D-15

Lodoyo Sluice : bendung gerak berupa pintu air. Untuk irigasi Lodoyo - Tulungagung Ngrowo Gate : pintu air untuk mengendalikan debit Kali Brantas Kali Ngrowo Mrican Barrage : bendung gerak di Kediri untuk irigasi Papar-Peterongan dan Warujayeng Turi Tunggorono Mlirip Gate : pengendali debit banjir ke Kali Surabaya dan kebutuhan air ke Surabaya Gunungsari Dam : Industri, Agriculture dan Air minum untuk Surabaya dan sebagian untuk Industri dan Air minum Gresik Jagir Dam : untuk air minum PDAM Surabaya SELAT MADURA SELAT MADURA Kebututuhan (m3/dt) Sidoarjo X29 Irigasi : 0 KalibokorCS X34 I : 2.433 0 D : 6.135 0 Dam Jagir D : 0.02 X28 I : 5.563 Dam Lengkong A : 1.71 13.408 D : 3.0 Brantas Delta X27 Jumlah : 13.408 X32 0 0 Kebut. Irigasi = 0 lt/det/ha. X36 X35 X33 X31 X30 X26 Bendungan Sengguruh DamGunungsari X25 Gubeng Mojokerto X1 Ruber Dam Sby/Gresik I : 1.23 Bendungan Lahor Bendungan Karangkates I : 0.600 A : 1.7 X2 D : 0.10 A : 0.01 X24 X3 D : 3.015 0 0 X4 Simowau CS Brts Kiri Mjkt Jatikulon 0 0 0 X23 Bendungan Wlingi Sotowuluh X5 0 Keterangan : 0 Lodoyo Sluice Lodoyo-Tl.agung In : Industri m 3 /det) Menterus Rubber Dam 0 Ag :Agriculture (m 3 /det) X22 Bend.Selorejo X6 Dr : Drinking water (m 3 /det) Bebekan: 0 X12 10.367 : Irigasi(m 3 /dt) X21 Turi-Tunggorono : Gate Gotan : 0 0 0 X7 : Bendungan X13 : Bendung geark Jatimlerek Rubber Dam 0 X20 Papar-Peterongan Kediri Jatimlerek : 0 0 I : 0.700 Bunder : 0 X19 Jatimlerek Ruber Dam : untuk irigasi Bunder dan irigasi Bunder. Menturus Ruber Dam : untuk irigasi Bebekan. Dam Lengkong : untuk irigasi Delta Brantas, air minum Mojokerto dan Sidoarjo dan Industri di Sodoarjo. Ngagel Gubeng Ruber Dam : untuk PAM Kayoon dan Irigasi Kalibokor Tata air dan tata letak infrastruktur sungai Brantas secara skematis dinyatakan dalam Gambar 1. X14 X18 X17 X15 X11 X10 X9 X8 Nganjuk I : 0.600 X16 24.562 0 Brantas Kiri Kediri Warujayeng-Kertosono 0 0 Bend. Wonorejo Bend. Bening Mrican Barage SAMODERA INDONESIA Gambar 1 : Tata air dan tata letak infrastruktur sungai Brantas 3.2. BANJIR RENCANA TERKENDALI 1). BANJIR RENCANA Banjir rencana didekati dengan metode regresi Gumbel dari data seri debit aliran masuk/inflow untuk masing masing waduk seperti yang terlihat pada Gambar 1. Kemudian hasil analisis debit banjir rencana ini dipakai untuk input operasi sistem sungai untuk mendapatkan minimize debit release dari masing masing waduk. 2). OPTIMASI OPERSI SISTEM SUNGAI Dalam pembahasan ini ditinjau proses optimasi dengan mempertimbangkan ketertabatasan kapasitas waduk yang ada dalam wilayah sungai dan keterbatasan kapasitas fasilitas sungai untuk menampung dan mengalirkan debit banjir. Dengan demikian diperoleh sistem regulasi pengaliran debit banjir yang optimum. D-16 Optimasi operasi reservoir dan bangunan pengendali lainnya yang dilakukan adalah dengan meminimumkan outflow pada saat banjir. Dalam bahasan ini dilakukan optimasi operasi dari semua reservaoir yang ada dalam wilayah Sungai Brantas pada saat musim hujan dilakukan optimasi minimize outflow dan daya tampung air dari semua waduk dengan mempertimbangkan kapasitas sungai. Penyelesaian model matematis yaitu dengan program Microsoft Solver Excel dengan sel target untuk keadaan banjir adalah meminimumkan outflow dari semua waduk dengan asumsi bahwa semua lahan untuk irigasi tidak membutuhkan air. Model matematis untuk optimasi penggunaan air menggunakan beberapa istilah-istilah sebagai berikut : ISBN : 978-979-18342-3-0

1. Optimasi, tujuan dari optimasi adalah untuk menentukan tingkat layanan Kali Brantas dalam mengalirkan debit banjir dan memenuhi semua kebutuhan air saat musim kering. 2. Fungsi Obyektif dari model matematis adalah meminimumkan release pada saat banjir dan meminimumkan kekurangan suplai dengan asumsi semua kebutuhan terpenuhi dengan memberikan kebebasan nilai suplai. 3. Kendala, adalah faktor yang membatasi dalam pemenuhan kebutuhan air sesuai dengan kondisi sistem yang ada, kendala ini antara lain adalah : Volume air yang diterima tidak boleh lebih dari air yang tersedia. Harus ada debit minimum di sungai untuk menjaga konservasi sungainya sendiri. Kondisi muka air maksimum dan minimum di reservoir sudah tertentu sesuai dengan ketentuan teknis reservoirnya. Kondisi debit banjir di reservoir air tidak hanya keluar dari intake-intake saja melainkan juga melimpah dari saluran pelimpah. Penggunaan air dari reservoir harus lebih besar dari nol. Outflow dari reservoir harus lebih kecil dari volume air di reservoir ditambah inflow dikurangi dengan kapasitas minimum. 3). PENELUSURAN BANJIR DI SUNGAI (RIVER ROUTING). Hasil yang didapat dari optimasi operasi waduk kemudian sebagai input pada proses perhitungan routing dengan river routing metode Muskinghum. 3.3. PERKIRAAN DEBIT SEMBURAN LUMPUR LAPINDO BRANTAS Besarnya debit semburan lumpur diperkirakan dengan menggunakan data area yang terkena pengaruh lumpur sampai hari ke 20 (duapuluh). Dengan memetakan area yang terkena luberan lumpur, maka area lumpur pada hari ke 20 diperkirakan sebesar 84 ha (840.000 m2). Sedangkan ketinggian lumpur yang terjadi bervariasi, tergantung jaraknya dari pusat semburan. Makin jauh dari pusat semburan lumpur, tinggi lumpur makin berkurang. Pada pusat semburan, tinggi lumpur pada hari kedua puluh diperkirakan telah mencapai 4,5 meter. Dari analisa data yang tersedia diperoleh tinggi rata-rata lumpur adalah sebesar 1,0 meter. Dengan demikian volume total lumpur sampai hari ke 20 diperkirakan sebesar 840.000 m3, sehingga besarnya debit lumpur diperkirakan sebesar ± 42.000 m3/hari atau sama dengan + 0,5 m3/detik. 3.4. KAPASITAS KANAL PORONG SEBELUM LAPINDO BRANTAS ACCIDENT Gmbar 2 dan gambar 3 menunjukkan kemiringan hilir Porong Canal dari berbagai tahun pengukuran sebelum Lapindo Brantas accident. Kemiringan dasar berkisar antara 1,00x10-3 - 6,67x10-4, bagian tengah dengan kemiringan dasar berkisar antara 6,67x10-4- 4,00x10-4, dan bagian hilir dengan kemiringan dasar berkisar antara 4,00x10-4- 1,67x10-4. Gambar 2 Kemiringan Kanal Porong sebelum Lapindo Brantas accident Gambar 3 : Planform alur Kanal Porong sebelum Lapindo Brantas accident Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 D-17

IV. HASIL DAN ANALISIS 1). SEBELUM LAPINDO BRANTAS ACCIDENT Hasil pengendalian debit banjir rencana dengan operasi waduk dan sistem pengaturan infrastruktur sungai serta penelusuran banjir dinyatakan dalam Tabel 2. Kemudian dinyatakan dalam Tabel 3 yaitu perbandingan antara kapasitas sungai sebelum Lapindo Brantas accident dengan debit banjir terkendali, yang kemudian dijelaskan dengan Gambar 4. Tabel 2: Debit banjir rencana terkendali Lokasi Km Kapasitas Debit banjir rencana terkendali (m 3 /det) Q 10 Q 20 Q 30 Q 40 Q 50 Q 60 Q 70 Q 80 Q 90 Q 100 Porong 10 875 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 20 1450 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 30 1080 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 40 1360 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 Dam Lengkong 45 1825 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 Jabon 50 1620 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 60 1360 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 70 1250 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 80 1700 650.9 793.3 879.9 943.1 992.3 1032.6 1066.7 1096.2 1122.3 1145.7 Junction Widas 90 820 663.0 805.4 892.0 955.2 1004.4 1044.7 1078.8 1108.3 1134.4 1157.8 Junction Konto 100 900 663.6 806.0 890.5 950.8 997.8 1036.2 1068.7 1096.9 1121.8 1144.1 Kertosono 110 1020 663.6 806.0 890.5 950.8 997.8 1036.2 1068.7 1096.9 1121.8 1144.1 120 930 663.6 806.0 890.5 950.8 997.8 1036.2 1068.7 1096.9 1121.8 1144.1 Mrican Barage 130 690 683.7 832.2 920.4 983.3 1032.3 1072.3 1106.3 1135.7 1161.7 1184.9 Kediri 140 720 683.7 832.2 920.4 983.3 1032.3 1072.3 1106.3 1135.7 1161.7 1184.9 150 720 683.7 832.2 920.4 983.3 1032.3 1072.3 1106.3 1135.7 1161.7 1184.9 Junction Ngrowo 160 960 683.7 832.2 920.4 983.3 1032.3 1072.3 1106.3 1135.7 1161.7 1184.9 Pakel 170 1370 673.3 821.9 910.0 972.9 1021.9 1062.0 1095.9 1125.3 1151.3 1174.6 Tabel 3 : Rasio kapasitas sungai sebelum Lapindo Brantas accident dengan debit banjir terkendali Lokasi Km Kapasitas Perbandingan Kapasitas Sungai dengan Debit Banjir Terkendali (m 3 /det) Q 10 Q 20 Q 30 Q 40 Q 50 Q 60 Q 70 Q 80 Q 90 Q 100 Porong 10 875 1.344 1.103 0.994 0.928 0.882 0.847 0.820 0.798 0.780 0.764 20 1450 2.228 1.828 1.648 1.537 1.461 1.404 1.359 1.323 1.292 1.266 30 1080 1.66 1.361 1.227 1.145 1.088 1.046 1.013 0.985 0.962 0.943 40 1360 2.089 1.714 1.546 1.442 1.371 1.317 1.275 1.241 1.212 1.187 Dam Lengkong 45 1825 2.804 2.300 2.074 1.935 1.839 1.767 1.711 1.665 1.626 1.593 Jabon 50 1620 2.489 2.042 1.841 1.718 1.633 1.569 1.519 1.478 1.443 1.414 60 1360 2.089 1.714 1.546 1.442 1.371 1.317 1.275 1.241 1.212 1.187 70 1250 1.920 1.576 1.421 1.325 1.260 1.211 1.172 1.140 1.114 1.091 80 1700 2.612 2.143 1.932 1.803 1.713 1.646 1.594 1.551 1.515 1.484 Junction Widas 90 820 1.237 1.018 0.919 0.858 0.816 0.785 0.760 0.740 0.723 0.708 Junction Konto 100 900 1.356 1.117 1.011 0.947 0.902 0.869 0.842 0.820 0.802 0.787 Kertosono 110 1020 1.537 1.265 1.145 1.073 1.022 0.984 0.954 0.930 0.909 0.892 120 930 1.401 1.154 1.044 0.978 0.932 0.898 0.870 0.848 0.829 0.813 Mrican Barage 130 690 1.009 0.829 0.750 0.702 0.668 0.643 0.624 0.608 0.594 0.582 Kediri 140 720 1.053 0.865 0.782 0.732 0.697 0.671 0.651 0.634 0.620 0.608 150 720 1.053 0.865 0.782 0.732 0.697 0.671 0.651 0.634 0.620 0.608 Junction Ngrowo 160 960 1.404 1.154 1.043 0.976 0.930 0.895 0.868 0.845 0.826 0.810 Pakel 170 1370 2.035 1.667 1.505 1.408 1.341 1.290 1.250 1.217 1.190 1.166 D-18 ISBN : 978-979-18342-3-0

KAPASITAS SUNGAI/Qr terkendali 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 PERIODE ULANG (TH) Porong Dam Lengkong Junction Widas Junction Konto Kertosono Kediri Junction Ngrowo Pakel Gambar 4. Rasio Kapasitas Kali Brantas dengan Debit banjir terkendali Pra Lapindo Accident 2). KANAL PORONG DALAM DEKADE TERAKHIR Kondisi visual Kanal porong tahun 2011 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, sedangkan riwayat perubahan fluktuasi debit yang tercatat di Mojokerto seperti yang terlihat pada Hidrograf dalam gambar 6 (a),(b) dan (c). Analisis data riwayat debit ini menghasilkan kondisi kehandalan Kanal Porong seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4 : Kondisi Kehandalan Kanal Porong Berdasar Data Debit Dekade Terakhir Lokasi Porong Lengkong Menturus Km 10 20 30 40 45 50 Kapasitas (m3/dt) 875 1450 1080 1360 1825 1620 Kehandalan Q 1 0,71 1,18 0,88 1,11 1,48 1,32 Q 2 0,65 1,08 0,80 1,01 1,35 1,20 Q 5 0,56 0,93 0,70 0,88 1,18 1,04 Q 10 0,51 0,84 0,63 0,79 1,06 0,94 Q 15 0,48 0,80 0,59 0,75 1,00 0,89 Q 25 0,45 0,75 0,55 0,70 0,94 0,83 Q 50 0,41 0,68 0,51 0,64 0,86 0,76 Q 100 0,38 0,63 0,47 0,59 0,79 0,71 Gambar 5 : Kondisi Kanal Porong 2011 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 D-19

1350 1200 1050 900 750 600 450 300 150 0 (a) 0 1983 365 1984 730 1985 1095 1986 1460 1987 1825 1989 2190 1350 1200 1050 900 750 600 450 300 150 0 (b) 0 1992 365 1993 730 1994 1095 1995 1460 1996 1825 1997 1950 1800 1650 1500 1350 1200 1050 900 750 600 450 300 150 0 (c) 0 1997 365 2000730 2001 1095 20021460 2003 1825 2004 2190 2005 2555 20062920 20073285 20083650 2009 4015 2010 4380 2011 4745 Gambar 6 : Hidrograf Sungai Brantas di Mojokerto Sampai Dekade Terakhir (a): 1983-1989; (b): 1992 1997; (c): 2000 2011 D-20 ISBN : 978-979-18342-3-0

V. KESIMPULAN 1. KALI BRANTAS PRA DEKADE TERAKHIR. Kapasitas alur Kali Brantas sangat bervariasi, untuk segmen-segmen tertentu sangat riskan dalam pengendalian banjir debit di atas Q20 yaitu untuk segmen : Porong (Km 10), Konto Junction (Km 100), Widas Junction (Km 90) dan Ngrowo Junction (Km 160). Masih aman dalam pengendalian debit banjir Q100 hanya dua segmen yaitu segmen Pakel (Km 170) dan segmen Dam Lengkong (Km 45-50). 2. KANAL PORONG DALAM DEKADE TERAKHIR DAN KE DEPAN Terlihat kehandalan Kanal Porong = 0,71 untuk Q1, artinya kapasitas Kanal Porong dalam keadaan tidak memenuhi syarat dalam mengendalikan debit. Secara fisik semburan lumpur Lapindo Brantas hanya berpengaruh pada segmen Porong, namun secara operasional sungai Brantas akan berpengaruh pada keseluruhan komponen infrastruktur sungai. Diperlukan tindakan tindakan yang lebih apresiatif dari pihak pihak terkait terhadap perubahan pola fluktuasi debit ini. DAFTAR PUSTAKA [1]. Ang, A. H. S.; Tang, W. H, Probability Conseps in Engineering and Design, Volume 2, John Wiley & Sons Inc, New York, 1984 [2]. Chow V. T., Open Channel Hydroulics, Mc. Grow Hill, Kogakusha LTD, Tokyo, 1959. [3]. Chow. V.T, & Maidment D.R, Applied Hidrology, Mc.Graw-Hill International Edition, 1988. [4]. Handerson, Open Channel Flow, The Macmillion Company, New York, 1966. [5]. Hsieh Wen Shen, River Mechanics Volume I, H.W.Shen, Box 606, Fort Collins, Colorado, U.S.A. 80521. [6]. Japan International Cooperation Agency, DEVELOPMENT OF THE BRANTAS RIVER BASIN, coorperation of Japan and Indonesia, Printed in japan 1998. [7]. NIPPON KOEI Co, Ltd, PT. INDRA KARYA, COMPLETION REPORT ON RIVER IMPROVEMENT WORKS, OECF December 1993. [8]. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, 127/Hi_25/1984, PUBLIKASI DATA ALIRAN SUNGAI DI INDONESIA, 1974 1997. [9]. Perum Jasa Tirta I, DATA HIDROLOGI DPS Kali Brantas, 2000-2011. سأצأم salam Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 D-21

Halaman ini sengaja dikosongkan D-22 ISBN : 978-979-18342-3-0