BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Amin Kiswoyowati

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. pembahasannya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pendidikan nasional pada jenjang menengah adalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: SUNARTO A

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada. perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB 1 PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah dalam hal ini melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya inovasi serta program pendidikan telah dilaksanakan, antara lain yaitu penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum dilaksanakan dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan melaksanakan KTSP, pemerintah memberikan kesempatan yang luas kepada sekolah untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan mutu pendidikannya meningkat. Peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan dilakukan oleh pemerintah dengan menyelenggarakan program pendidikan dan latihan peningkatan kompetensi. Pemerintah juga berupaya memberikan bantuan-bantuan pengadaan fasilitas sekolah, misalnya pengadaan peralatan praktik, penambahan sarana kelas maupun laboratorium. Selain itu pemerintah juga berupaya untuk menyelenggarakan program diklat bagi Kepala Sekolah yang ditujukan untuk meningkatkan fungsi manajemen di sekolah. Walaupun pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dan inovasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun demikian peningkatan mutu pendidikan masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Kualitas 1

2 pendidikan di Indonesia ternyata masih sangat jauh dibandingkan dengan negaranegara lain di dunia. Global Competitiveness Report 2009/2010 menyebutkan bahwa tingkat persaingan global suatu negara antara lain ditentukan dari kualitas pendidikan dan mencatat daya saing Indonesia berada di peringkat ke-54 dari 133 negara, jauh di bawah negara tetangga termasuk Cina dan India (http://www.indomovement.com). Kualitas pendidikan yang rendah mempunyai dampak terhadap Human Development Indeks (HDI). Sebagaimana laporan UNDP, HDI yang dirilis tahun 2009 melaporkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 182 negara yang dipublikasikan HDI, dengan indeks 0,734 (http://id.wikipedia.org). Saat ini masalah kecakapan hidup (life skills) melalui pendidikan formal menjadi aktual untuk dibahas karena berbagai alasan seperti meningkatnya lulusan pendidikan dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah, lulusan sekolah menengah yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, serta meningkatnya jumlah pengangguran (Handayani, S, 2009:1). Diperkirakan bahwa rendahnya kualitas lulusan yang diindikasikan dengan kecakapan hidup yang rendah menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran. Demikian juga dengan kondisi tamatan Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari pihak sekolah dan alumni, dapat diperoleh gambaran tentang keterserapan lulusan didunia usaha/industri ternyata masih cukup rendah. Lulusan yang bekerjapun, kebanyakan dari mereka bekerja di industri-industri manufaktur

3 atau bekerja di instansi pemerintah. Sedikit sekali dari mereka yang membuka usaha sendiri dibidang agribisnis. Seperti yang terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Data Alumni Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura NO Keterangan Tahun Pelajaran 2007/2008 Tahun Pelajaran 2008/2009 Tahun Pelajaran 2009/2010 1 Jumlah lulusan 60 60 60 2 3 Jumlah lulusan yang disalurkan BKK Jumlah lulusan yang kuliah - 11 18 4 12 10 4 5 Jumlah lulusan yang ber-wirausaha - 2 - Jumlah lulusan yang bekerja dibidang lain 12 7 14 Sumber: Data Alumni Program Keahlian Agribisnis SMKN 1 Losarang Keberhasilan dalam suatu program pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal. Katresna (2009:5) mengemukakan bahwa rendahnya mutu guru, kurangnya sarana dan prasarana, kecilnya biaya operasional serta orientasi pendidikan yang semata-mata kepada penguasaan materi pelajaran merupakan penyebab rendahnya kualitas lulusan. Sementara itu Marwanti (2008:2) menyebutkan komponen mendasar yang secara langsung berkaitan dengan penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup dalam proses pembelajaran adalah interaksi segitiga antara guru, peserta didik dan materi pembelajaran. Pemahaman guru tentang pendidikan kecakapan hidup menentukan keberhasilan implementasi pendidikan kecakapan hidup untuk diberikan kepada

4 siswa. Berkaitan dengan implementasi pendidikan kecakapan hidup di SMK Negeri 1 Losarang, dapat diketahui bahwa kesiapan guru dalam pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup masih kurang, hal ini diindikasikan dengan dengan rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pendidikan kecakapan hidup dalam kegiatan pembelajarannya. Keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup tidak bisa dilepaskan dari pelaksananya. Selain guru, para pelaksana dalam hal ini adalah siswa. Pendidikan kecakapan hidup dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kecakapan hidup tersebut terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa, guru dan fasilitas belajar yang digunakan. Siswa melakukan aktivitas atau kegiatan belajar, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap/tingkah laku sesuai dengan tujuan belajar yang diinginkan. Oleh karena itu didalam belajar harus ada aktivitas atau kegiatan. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas atau kegiatan belajar siswa itu adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental. Dengan demikian kegiatan belajar siswa dapat menentukan keberhasilan belajarnya. Berkaitan dengan kegiatan belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, dari pengamatan ternyata masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kesiapan belajar siswa. Banyaknya siswa yang tidak mampu menjawab soal pre tes yang mengulas pelajaran sebelumnya, menunjukkan persiapan belajar yang kurang. Kondisi siswa yang siap menerima

5 pelajaran dari guru, akan berusaha merespon atas pertanyaan atau tugas yang diberikan oleh guru. Untuk dapat memberi jawaban dan melaksanakan tugas yang benar, tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajarai materi yang telah dan akan diajarkan oleh guru. Dengan adanya kesiapan belajar, akan mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar secara maksimal. Selain itu, pada kegiatan praktik dijumpai siswa tidak mampu bekerja secara kelompok. Mengingat lahan yang dimiliki sekolah untuk kegiatan praktik terbatas, maka kegiatan praktik di lahan dilakukan secara berkelompok. Beberapa siswa cenderung lebih giat melakukan praktik dari pada siswa yang lain. Motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana, N (2009:61) bahwa menilai keberhasilan suatu program pengajaran salah satunya ditentukan oleh motivasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan dan berusaha untuk mengingat atas apa yang telah diajarkan oleh guru, dan melaksanakan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru. Berkaitan dengan motivasi belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, dari pengamatan masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya semangat belajar, rendahnya kreatifitas, dan keingintahuan juga rendah. Rendahnya kualitas lulusan Agribisnis SMK Negeri 1 Losarang diperkirakan karena kecakapan hidupnya rendah. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kecakapan personal yang dimiliki siswa. Berdasarkan informasi dari bagian kesiswaan diketahui sekitar 30% siswa kurang disiplin, sering terlambat datang ke sekolah. Sedangkan berdasarkan informasi dari para guru diketahui

6 sekitar 30% kecenderungan siswa kurang memperhatikan pelajaran, 60% tidak adanya kemandirian dalam mengerjakan tugas-tugas dan sekitar 10% dari mereka terlambat mengumpulkan tugas-tugas. Kecakapan akademik juga rendah, misalnya kemampuan memecahkan suatu masalah yang kurang, serta kreativitas yang rendah. Hal ini juga ditunjukkan dengan sekitar 70% dari mereka nilai mata pelajaran adaptif dibawah KKM. Demikian pula dengan rendahnya kecakapan sosial, misalnya kemampuan berkomunikasi yang rendah, tidak mampu bekerja secara kelompok. Kecakapan vokasional yang juga rendah ditunjukkan dengan kompetensi yang kurang, sekitar 60% nilai mata pelajaran produktif dibawah KKM. Kondisi ini membuat siswa tidak mengetahui manfaat dari apa yang dipelajari, dan setelah lulus mereka juga tidak tahu bagaimana menerapkan apa yang dipelajari. Pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, membuat kebijakan program pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skills). Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu jenjang pendidikan yang dapat memasukkan kecakapan hidup dalam kurikulumnya. SMK dalam pelaksanaannya, menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana didalam kerangka kurikulumnya dapat menerapkan pendidikan yang berorientasi kepada kecakapan hidup (life skills) dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 13. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) dalam pelaksanaannya terintregasi dalam setiap mata diklat dan dilaksanakan di dalam kelas, bengkel, laboratorium, lahan budidaya, di tempat Prakerin, Unit Produksi dan kegiatan ekstrakurikuler.

7 Pendidikan berorientasi kecakapan hidup diperlukan karena muatan kurikulum di Indonesia cenderung memperkuat teoritis akademik (academic skill) (Handayani, S, 2009:2). Banyak kebutuhan dan persoalan empirik lingkungan tempat tumbuh siswa kurang diperhatikan. Hal ini menyebabkan siswa kurang mampu mengaplikasikan kemampuan belajarnya dengan kebutuhan dunia kerja dan persoalan yang terjadi di sekitarnya. Pendidikan kecakapan hidup mengorientasikan siswa untuk memiliki kemampuan dan modal dasar agar dapat hidup mandiri dan survive di lingkungannya. Menurut Tim BBE Depdiknas dalam Sukmara D, (2007:33), kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Kecakapan hidup mempunyai cakupan yang luas, berintegrasi antara pengetahuan dan keterampilan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dituntut memiliki (1) Kecakapan Pribadi (Personal Skill), (2) Kecakapan Sosial (Sosial Skill), (3) Kecakapan Akademik (Academic Skill), dan (4) Kecakapan Vokasional (Vocational Skill). Pengembangan pendidikan berorientasi kecakapan hidup berbeda pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pengembangan pendidikan berorientasi kecakapan hidup pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dititik beratkan pada kecakapan vokasional (Vocational Skill). Kecakapan vokasional sering disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang

8 pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional lebih cocok untuk siswa yang akan menekuni pekerjaan yang lebih mengandalkan ketrampilan psikomotor daripada kecakapan berpikir ilmiah. Oleh karena itu kecakapan vokasional lebih cocok bagi siswa SMK, kursus ketrampilan atau program diploma (Handayani, S, 2009:5). Tujuan kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura antara lain adalah setelah lulus siswa mampu memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional dalam bidang budidaya tanaman. Sesuai dengan standar kompetensi kejuruan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, siswa diajarkan bagaimana memproduksi tanaman pangan dan hortikultura. Sesuai dengan kondisi daerah di Indramayu dan lahan yang dimiliki oleh sekolah, maka komoditas yang diajarkan oleh guru kepada siswa antara lain tanaman cabe, jagung, tomat, sawi, dan kembang kol. Pada penelitian ini kecakapan vokasional siswa dibatasi pada kompetensi membudidayakan cabe hibrida. Jenis cabe ini cocok dibudidayakan di daerah dataran tinggi maupun rendah, termasuk Indramayu. Seperti yang ditulis dalam Suara Karya Online, 2010 bahwa Kabupaten Indramayu mempunyai produk hortikultura unggulan seperti bunga kol dan cabe. Pelaksanaan program pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skills) diharapkan dapat memberikan bekal kepada siswa untuk dapat memiliki kecakapan dan keberanian memecahkan permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menegaskan betapa pentingnya sekolah berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup bagi siswanya.

9 Penyelenggaraan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang terintegrasi kedalam mata pelajaran di SMK Negeri 1 Losarang selama ini belum pernah dievaluasi sehingga gambaran menyeluruh tentang hasilnya pun belum diketahui. Berdasarkan uraian diatas perlu adanya suatu penelitian terhadap siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1 Losarang dengan judul Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Belajar Siswa Terhadap Kecakapan Hidup Siswa (Studi Tentang Pembelajaran Berorientasi Kecakapan Hidup di SMK Negeri 1 Losarang Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura-Budidaya Cabe Hibrida).. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Banyaknya lulusan yang belum diterima di dunia industri, tidak berani untuk berwirausaha dan lebih memilih menganggur. 2. Fasilitas yang ada belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup. 3. Kurangnya kesiapan guru dalam pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup, dengan diindikasikan rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup. 4. Orientasi pendidikan yang semata-mata kepada penguasaan materi pelajaran.

10 5. Motivasi belajar siswa yang rendah, hal ini diindikasikan dengan rendahnya keinginan bersaing untuk berprestasi, semangat belajar yang rendah dan keingintahuan juga rendah. 6. Kegiatan belajar siswa yang rendah, hal ini diindikasikan dengan persiapan belajar yang kurang, kecenderungan siswa pasif dalam menerima pelajaran teori dikelas, serta mengandalkan teman dalam melaksanakan tugas. 7. Kecakapan hidup (kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional) yang rendah. 8. Kecakapan vokasional yang diajarkan kepada siswa meliputi kecakapan membudidayakan cabe, jagung, tomat, sawi, dan kembang kol. 9. Penyelenggaraan pendidikan berorientasi kecakapan hidup yang terintegrasi kedalam mata pelajaran di SMK Negeri 1 Losarang selama ini belum pernah dievaluasi. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor yang diprediksi kuat mempunyai pengaruh terhadap kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu motivasi belajar siswa dan kegiatan belajar siswa, dimana kecakapan hidup siswa ditekankan pada kecakapan vokasional membudidayakan cabe hibrida.

11 D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tentang motivasi belajar siswa, kegiatan belajar siswa dan kecakapan hidup siswa? 2. Seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kegiatan belajar siswa? 3. Seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa? 4. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa, kegiatan belajar siswa, dan kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida). 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kegiatan belajar siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida).

12 3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida). 4. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (budidaya cabe hibrida). F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini dapat berguna untuk : 1. Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk mensosialisasikan pelaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life skills) kepada para guru dan siswa. 2. Memberikan masukan kepada pihak sekolah, bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3. Membantu siswa sehingga mengenal secara pasti jenis kecakapan hidup yang harus dimilikinya, selama masih sekolah maupun setelah lulus sekolah. 4. Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan informasi bagi para peneliti untuk mengkaji secara lebih mendalam pada penelitian selanjutnya. G. Asumsi Penelitian Asumsi-asumsi dalam penelitian diperlukan karena asumsi-asumsi merupakan dasar berpijak dan landasan pemikiran yang menentukan batas-batas

13 dalam keseluruhan proses penelitian. Adapun asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor yang menonjol dalam kecakapan hidup adalah kecakapan vokasional. 2. Kecakapan hidup siswa dibangun melalui peningkatan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. 3. Pendidikan kecakapan hidup terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran dan dilaksanakan di dalam kelas, bengkel, laboratorium, lahan, tempat Prakerin, Unit Produksi dan kegiatan ekstrakurikuler. H. Definisi Operasional Beberapa pengertian dalam definisi operasional dapat membantu memahami pengertian yang digunakan pada judul penelitian ini yaitu: 1. Motivasi belajar siswa Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan atau daya penggerak yang memberikan kekuatan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk melakukan usaha dalam mencapai suatu tujuan dalam belajar. 2. Kegiatan belajar siswa Kegiatan belajar siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yang dilakukan siswa selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah baik di kelas maupun di luar kelas. 3. Kecakapan hidup Kecakapan hidup dalam penelitian ini adalah kemampuan, ketrampilan dan kesanggupan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi dan menjalani

14 kehidupan, yang meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional.