1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah penduduknya yang besar, telah memiliki modal sumber daya manusia yang secara kuantitatif cukup besar. Oleh karena itu kiranya perlu diusahakan agar penduduk yang demikian besar dapat digerakkan dan dibina menjadi sumber daya yang produktif, berbudi luhur, cakap dan terampil, percaya pada kemampuan diri sendiri untuk bekerja dan memandang hari esok dengan penuh optimis. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur serta dapat memungkinkan warganya untuk mengembangkan diri, baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah (Priyono, Onny.S, 1996: 58). Baik buruknya mutu pendidikan, terkait erat dengan berbagai komponen, seperti guru, siswa, kurikulum, serta sarana dan prasarana. Kesemuanya ini dapat ditinjau
2 dari segi, kualitas, kuantitas, dan kelengkapannya, karenanya sekolah merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pelayanan pelaksanaan pendidikan, sehingga melalui sekolah diharapkan dapat dihasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan era globalisasi, informasi, dan kemajuan teknologi. Upaya peningkatkan mutu pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah, dengan cara melakukan pengembangan dan pembinaan. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai kebijakan yang diambil seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajar, sampai pada penyediaan sarana dan prasarana. Oleh sebab itu, diharapkan semua komponen pendidikan tersebut dapat difungsikan dengan optimal untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang- Undang Sisdiknas No. 23 tahun 2003 yang merupakan tujuan pendidikan nasional yang berbunyi bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Menurut Djojonegoro dalam Manullang (http://www.hariansib.com) mutu pendidikan dapat ditinjau dari segi proses dan produk. Pendidikan disebut berkualitas dari segi proses, jika proses pembelajaran berlangsung secara efektif, dan siswa mengalami pembelajaran yang bermakna. Pendidikan berkualitas dari
3 segi produk, jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) siswa menunjukkan penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar (learning task) yang harus dikuasai dengan tujuan dan sasaran pendidikan, diantaranya hasil belajar akademik yang dinyatakan dalam prestasi belajar (kualitas internal); 2) hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan, sehingga dengan belajar siswa bukan hanya mengetahui sesuatu, tetapi dapat melakukan sesuatu yang fungsional dalam kehidupannya (learning and learning); 3) hasil pendidikan sesuai atau relevan dengan tuntutan lingkungan khususnya dunia kerja. Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu : siswa, pengelola sekolah (kepala sekolah, karyawan dan komite sekolah), lingkungan (orangtua, masyarakat, sekolah), kualitas pembelajaran, kurikulum dan sebagainya. Hal senada dikatakan Mardapi (2003: 8) bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem pendidikan yang baik akan mampu mendorong guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang baik dan memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar. Salah satu faktor yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah bagaimana pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan di antara faktor penting dalam efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Evaluasi mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan mendorong guru untuk lebih meningkatkan
4 kualitas pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah. Sehubungan dengan perlunya evaluasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melalukan evaluasi dengan baik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap siswa, lembaga, dan program pendidikan. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari rangkaian pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi juga perlu penilaian terhadap input, output maupun kualitas pembelajaran itu sendiri. Optimalisasi sistem evaluasi menurut Mardapi (2003: 12) memiliki dua makna. Pertama adalah sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah manfaat yang diperoleh dari sistem evaluasi. Manfaat utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan. Evaluasi dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, ada evaluasi yang bersifat makro dan mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu program yang digunakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas, khususnya untuk
5 mengetahui pencapaian belajar siswa. Pencapaian belajar ini bukan hanya saja yang bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup semua potensi yang ada pada siswa. Jadi sasaran mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk perguruan tinggi (Mardapi, 2000: 2). Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran. Evaluasi pembelajaran mencakup pembuatan pertimbangan tentang jasa, nilai atau manfaat suatu program, hasil, dan proses pembelajaran. Tujuan utama dari evaluasi pembelajaran adalah memperoleh sejumlah informasi atau data tentang jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran. Sejumlah informasi atau data yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran inilah yang kemudian difungsikan dan ditujukan untuk pengembangan pembelajaran. Mutu pendidikan tidak lepas dari hasil belajar siswa untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang baik, diharapkan guru mampu menciptakan suasana belajar yang baik, hangat dan antuasias. Dalam hal ini dituntut keprofesionalan guru, baik dari segi penguasaan materi maupun keterampilan menentukan metode, teknik, dan alat yang tepat untuk melakukan pembelajaran, sehingga siswa menyukai apa yang dibelajarkan. Pemilihan teknik dan metode ini perlu diperhatikan bagaimana membuat siswa suka dan merasa butuh akan apa yang dipelajari. Keberhasilan pembelajaran selalu dilihat dari hasil yang dicapai oleh siswa. Di sisi lain evaluasi pada program pembelajaran membutuhkan data tentang
6 pelaksanaan pembelajaran dan tingkat ketercapaian tujuannya. Keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari aspek hasil belajar, sementara implementasi program pembelajaran di kelas atau kualitas pembelajaran itu berlangsung jarang tersentuh kegiatan penilaian. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan masing-masing. Agar pelaksanaan pendekatan KTSP dapat dilakukan secara lebih maksimal, maka perubahan-perubahan yang harus dilakukan sekolah adalah perubahan pada kegiatan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, Kontekstual, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, belajar melalui berbuat. Melaksanakan penilaian kelas yang lebih efektif dengan menggunakan berbagai cara, seperti portofolio (kumpulan kerja siswa), hasil karya, pemberian tugas, dan sebagainya. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah yang mengacu pada visi dan misi sekolah, mengembangkan perangkat kurikulumnya sendiri, pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumberdaya lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar, pemantauan dan penilaian untuk meningkatkan efisiensi, kinerja dan kualitas pelayanan terhadap siswa, berkolaborasi secara horizontal
7 dengan komite sekolah, organisasi profesi dan sekolah lain, serta berkolaborasi secara vertikal dengan Dewan Pendidikan dan Dinas Pendidikan. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Telah diketahui bersama bahwa di kalangan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA maupun MA) telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari matematika dengan senang hati, merasa terpaksa atau suatu kewajiban. Hal tersebut merupakan akibat kurangnya pemahaman tentang hakikat, kemanfaatan, keindahan matematika. Hasil-hasil evaluasi belajar menunjukkan bahwa nilai ratarata kelas di raport untuk pelajaran matematika seringkali merupakan nilai yang
8 rendah dibanding dengan pelajaran pelajaran lain. Tanpa disadari, para pendidik atau guru turut memberikan kontribusi terhadap faktor yang menyebabkan kesan siswa tersebut di atas. Kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan para guru, khususnya guru matematika diantaranya adalah seringkali mata pelajaran matematika disajikan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang harus dihafal mati oleh siswa, hingga akhirnya ketika evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan menjadi kusut di benak siswa, dalam menyampaikan materi mata pelajaran matematika kurang memperhatikan proporsi materi dan sistematika penyampaian, serta kurang menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit untuk siswa, kurangnya variasi dalam pembelajaran matematika serta jarangnya digunakan alat bantu yang dapat memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari, metode pembelajaran yang digunakan seringkali monoton dan kurang sesuai dengan materi pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran Matematika yang dituntut dalam KTSP yaitu pembelajaran matematika yang hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika yaitu mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika, melalui bimbingan guru. Agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu, fokus dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui pendekatan pemecahan masalah yang mencakup masalah tertutup, mempunyai solusi tunggal, terbuka, atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Keterampilan untuk meningkatkan
9 kemampuan memecahkan masalah melalui memahami soal, memilih pendekatan atau strategi pemecahan, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menghendaki para guru untuk kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Secara umum tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam setiap pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada siswa (Student Center Learning); 2) kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan kreativitas guru dan siswa; 3) kegiatan pembelajaran dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menantang dan menyenangkan; 4) kegiatan pembelajaran bersifat kontekstual, yaitu belajar sambil menerangkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari; 5) belajar melalui berbuat/membiasakan siswa untuk melakukan penyelidikan dan menemukan fokus dalam pembelajaran; 6) kegiatan pembelajaran dapat menimbulkan pengalaman belajar yang beragam. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kalianda adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan Sekolah Menengah Atas, yang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Agama. Madrasah Aliyah Negeri Kalianda yang berlokasi di jalan Soekarno Hatta, desa Way Urang kecamatan Kalianda merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Kurikulum Madrasah Aliyah sama dengan kurikulum Sekolah Menengah Atas, yang berarti kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum Sekolah Menengah Atas sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan Nasional baik jumlah jam
10 maupun sebaran dan jumlah mata pelajaran, kecuali pada pelajaran agama. Madrasah Aliyah hanya mempelajari agama Islam dan memiliki porsi lebih banyak muatan Pendidikan Agama Islam, yaitu Fiqih, Aqidah akhlak, Al Quran Hadits, Bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam melaksanakan pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran matematika, MAN Kalianda sudah mengacu pada KTSP. Meskipun begitu setelah melakukan pengamatan di lapangan, ternyata pada proses pembelajaran masih belum sepenuhnya berpusat pada siswa, guru masih terlalu banyak mendominasi dalam pembelajaran dan masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Sebagian besar pembelajaran yang dilakukan juga belum kontekstual yang berarti guru belum mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Padahal pembelajaran yang kontekstual sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika karena dengan begitu siswa akan merasa bahwa pembelajaran matematika menjadi bermakna, sehingga siswa memiliki motivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran serta dapat lebih menghargai kegunaan matematika dalam kehidupannya. Beberapa guru juga masih terlihat sering terlambat atau bahkan tidak hadir pada saat jam mengajar (proses pembelajaran) dengan tidak memberikan tugas (arahan belajar mandiri kepada siswa) yang jelas, sementara pihak pimpinan kurang begitu peduli terhadap hal-hal seperti ini. Pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung guru juga masih sering memberikan rumus-rumus langsung dan praktis kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat menemukan sendiri, hal ini mengakibatkan kurangnya konsep maupun pemahaman yang tertertanan pada diri siswa. Jumlah sarana dan
11 prasarana dalam pembelajaran matematika juga belum memenuhi standar rasio seperti yang diharapkan dalam Permendiknas No. 19 dan 24 tahun 2007 tentang pengelolaan dan kelengkapan sarana prasarana pembelajaran, contohnya masih ada ruang pembelajaran yang belum terasa nyaman karena sirkulasi udara yang kurang memadai. Hasil evaluasi sumatif untuk pelajaran matematika menunjukkan masih belum tuntas 100% berdasarkan nilai KKM pelajaran matematika sebesar 70, sehingga hal tersebut perlu ditindaklanjuti agar permasalahan yang ada dapat teratasi. Rata-rata hasil nilai ujian nasional tiga tahun terakhir pada MAN Kalianda tahun 2009/2010 sebesar 6,11 tahun 2010/2011 sebesar 6,23 dan tahun 2011/2012 sebesar 6,15. Agar pelaksanaan pendekatan KTSP dalam pembelajaran matematika pada MAN Kalianda dapat dilaksanakan secara maksimal, maka pihak sekolah melakukan perubahan pada proses pembelajaran yaitu, dimana proses pembelajaran matematika diusahakan lebih berpusat kepada siswa (Student Center Learning), mampu mengembangkan kreativitas guru dan siswa, menyenangkan dan menantang bagi siswa, kontekstual, menimbulkan pengalaman yang beragam. Namun untuk melaksanakan itu semua masih banyak kendala yang dihadapi. Untuk kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa walaupun sudah dilaksanakan oleh guru bidang studi matematika, namun masih banyak kekurangan-kekurangan yang masih diperlukan perbaikan. KTSP menginginkan agar guru berkreativitas semaksimal mungkin dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika, guru dan siswa sudah melakukan kreativitas walaupun masih banyak kendala. Dalam pembelajaran matematika, guru mencoba
12 metode dan strategi agar suasana pembelajaran matematika menantang dan menyenangkan, selain itu bersifat kontekstual, memanfaatkan fasilitas yang ada dan pembelajaran yang dilaksanakan menimbulkan pengalaman yang beragam. Untuk itu setelah selesai proses pembelajaran hal yang paling penting adalah melakukan evaluasi berkaitan dengan pembelajaran matematika yang sudah dilaksanakan di MAN Kalianda. Selama ini belum pernah dilakukan evaluasi baik secara internal maupun eksternal, yang diperoleh baik dari pengawas, kepala sekolah, maupun dari pihak kordinator mata pelajaran matematika terhadap pembelajaran matematika yang dilakukan di MAN Kalianda. Oleh karenan itu, peneliti menganggap perlu melakukan penelitian evaluasi terhadap pembelajaran matematika di MAN kalianda, sehingga dengan penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran matematika di MAN Kalianda. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Guru masih sering memberikan rumus langsung dan praktis kepada siswa, sehingga pemahaman konsep pada diri siswa kurang tertanam. 2. Budaya guru dalam melaksanakan pembelajaran secara optimal belum terbentuk dengan baik, artinya masih ada beberapa guru yang kurang disiplin.
13 3. Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah dan hanya datang pada saat mengajar saja, bahkan masih ada yang sering tidak hadir di dalam kelas. 4. Ketuntasan minimal dalam pembelajaran matematika belum seratus persen. 5. Kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru belum semua berlatar belakang pendidikan formal yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. 6. Motivasi belajar matematika siswa masih rendah. 7. Motivasi guru dalam mengimplementasikan KTSP dalam program pembelajaran belum maksimal. 8. Ketersediaan sarana dan prasarana belum semuanya memenuhi rasio standarnya. 9. Pembelajaran masih banyak yang didominasi guru, dan belum berpusat pada siswa. 10. Dukungan dari komite maupun pimpinan dalam pelaksaksanaan pembelajaran matematika belum maksimal. 11. Kemampuan kognitif siswa masih tergolong rendah. 12. Pembelajaran matematika secara menyeluruh belum berlangsung menyenangkan, kontekstual, dan bermakna bagi siswa. 1.3 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah evaluasi implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MAN Kalianda. Evaluasi difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yang dikaitkan terhadap komponen-
14 komponen evaluasi yaitu konteks (context), masukan (input), proses (process), dan produk/keluaran (product/output): 1. Evaluasi context, dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang lingkungan yang mendukung pembelajaran meliputi dukungan masyarakat terutama komite sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran, budaya guru dalam pelaksanaan pembelajaran, serta suport pimpinan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. 2. Evaluasi input, dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi: ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran matematika, motivasi guru, sumber daya manusia, serta karakteristik siswa. 3. Evaluasi process, dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi: kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran, kemampuan dan keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran matematika. 4. Evaluasi product, dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah implementasi pembelajaran
15 matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kalianda? Secara rinci rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rumusan tentang evaluasi context dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang lingkungan yang mendukung pembelajaran yaitu: a. Bagaimana dukungan masyarakat terutama komite madrasah dalam pembelajaran matematika di madrasah? b. Bagaimana budaya guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika? c. Bagaimana dukungan pimpinan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika? 2. Rumusan tentang evaluasi input dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu: a. Bagaimanakah ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran matematika di madrasah? b. Bagaimanakah motivasi guru dalam melaksanakan program pembelajaran matematika? c. Bagaimanakah sumber daya guru matematika di Madrasah Aliyah Negeri Kalianda? d. Bagaimana karakteristik siswa Madrasah Aliyah Negeri Kalianda?
16 3. Rumusan tentang evaluasi process dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu: a. Bagaimanakah kemampuan guru dalam merancang pembelajaran matematika di madrasah? b. Bagaimanakah kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika? c. Bagaimanakah kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran matematika? 4. Rumusan tentang evaluasi product dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu: Bagaimanakah ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran matematika? 1.5 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi, dan memberrikan rekomendasi perbaikan pada proses dan hasil pembelajaran dengan cara menilai tentang implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kalianda. Secara rinci tujuan penelitian adalah mengevaluasi: 1. Konteks (context), dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang lingkungan yang mendukung pembelajaran meliputi dukungan masyarakat terutama komite sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran, budaya guru dalam
17 pelaksanaan pembelajaran, serta dukungan pimpinan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. 2. Masukan (input), dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi: ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran matematika, motivasi guru, sumber daya manusia, serta karakteristik siswa. 3. Proses (process), dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi: kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran, kemampuan dan keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran matematika. 4. Produk (product), dalam implementasi pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Secara teori, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan pada bidang pendidikan khususnya dibidang teknologi pendidikan kawasan penilaian.
18 1.6.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada kepala madrasah, komite madrasah, serta pihak-pihak yang terkait tentang implementasi pembelajaran matematika di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kalianda. 2. Memberikan masukan kepada madrasah dalam rangka optimalisasi peran dan pemberdayaan madrasah dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika. 3. Memberikan informasi dan masukan kepada madrasah khususnya berkenaan dengan kinerja guru dan kelengkapan semua aspek pendukung dalam pembelajaran matematika. 4. Sebagai bahan referensi dalam penelitian yang relevan.