BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. janin guna memenuhi peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data World

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara (Saifuddin 2009, h.7).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menilai proses tumbuh kembang pasca kelahiran ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang menerangkan derajat kesehatan didalam suatu negara.

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL PADA KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD WONOSARI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu hamil dan balita sangatlah penting, sehingga Notoatmodjo (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan manusia karena mempengaruhi kekebalan tubuh, kerentanan penyakit, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Gizi yang baik akan menurunkan kesakitan, kecacatan, dan kematian sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan, 2015). Hal tersebut penting karena kualitas sumber daya manusia merupakan tolak ukur Indeks Pembangunan Manusia untuk membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. Gizi merupakan kebutuhan dasar dari pertumbuhan dan perkembangan, terutama gizi pada bayi karena gangguan pertumbuhan dan perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang dilahirkan merupakan indikator penting dalam Scalling Up Nutrition. Status gizi bayi baru lahir sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas bayi pada umur selanjutnya. Penilaian status gizi pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri pada berat dan panjang badan bayi baru lahir (Kemenkes, 2010). Ukuran lahir mencerminkan bagaimana pertumbuhan janin dalam kandungan. Menurut (Branca & Ferrari, 2002) dalam Impact of Micronutrient Deficiencies on Growth anak yang sehat memiliki ukuran fisik yang sesuai dengan umurnya bersamaan juga dengan perkembangan psikologi dan emosional.

2 Ukuran fisik yang dimaksud adalah berat dan panjang bayi. Kesesuaian ukuran fisik terhadap umur ini dapat dilihat sejak anak tersebut dilahirkan. Saat ini, ukuran lahir yang menjadi perhatian penting adalah panjang lahir di samping ukuran lahir lainnya. Kategori panjang badan lahir menurut buku Standar Antropometri WHO 2005, panjang bayi lakilaki dikategorikan pendek (stunted) < 46cm dan tinggi > 53,7cm sedangkan bayi perempuan dikategorikan pendek < 45,4cm dan tinggi >52,9cm (Kemenkes, 2010). Berdasarkan (Riskesdas, 2013) penggolongan panjang bayi di Indonesia, panjang lahir pendek < 48cm, normal antara 48 52 cm dan panjang lahir tinggi > 52 cm. Pengumpulan data panjang lahir yang dilakukan pertama kali ini, didapatkan prevalensi panjang badan lahir pendek 20,2% bervariasi dari yang tertinggi di Nusa Tenggara Timur (28,7%) dan terendah di Bali (9,6%). Gambaran nasional kondisi bayi lahir di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi panjang badan <48 cm mencapai 20,2% dan 3,3% bayi dengan panjang badan >52 cm. Panjang badan pendek saat ini menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan prevalensi berat badan rendah yaitu 10,2% (Riskesdas, 2013). (Simbolon et al., 2013) menunjukkan bahwa panjang badan lahir pendek menunjukkan gangguan pertumbuhan janin. Panjang lahir bayi menggambarkan pertumbuhan linier bayi selama dalam kandungan. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita dalam waktu

3 lampau (Najahah, 2014). Kekurangan gizi selama dalam kandungan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian berupa perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya (Bappenas, 2013). Hipotesis Barker (Barker et al., 2002) Fetal Origin of Adult Disease Hypothesis menyatakan terdapat efek yang permanen akibat janin yang mengalami kurang gizi, sebagai akibat terjadinya adaptasi seluler terhadap kondisi kekurangan gizi yang mengakibatkan kesalahan pemrograman metabolisme pelbagai komponen seperti glukosa, lemak, protein dan hormon, terjadi resintensi insulin akibat gangguan toleransi glukosa dan rendahnya massa tulang. Dampak panjang badan lahir pendek sangat luas dan berkelanjutan. Berdasarkan penelitian Ernawati et al. (2013) membuktikan bahwa bayi panjang badan lahir pendek berisiko 5,9 kali mengalami stunting pada usia 12 bulan dibandingkan dengan anak panjang lahir normal. Stunting akan memberikan dampak lambatnya pertumbuhan anak, daya tahan tubuh yang rendah, kurangnya kecerdasan dan produktifitas yang rendah. Dampak dari stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya, namun juga berdampak terhadap roda perekonomian dan pembangunan bangsa. Stunting tidak terjadi secara mendadak melainkan melalui proses yang perlu waktu lama atau bersifat kronis. Stunting berkorelasi dengan gangguan perkembangan neurokognitif dan risiko menderita penyakit tidak menular di masa depan seperti hipertensi,

4 diabetes mellitus tipe 2, dan penyakit jantung koroner pada usia dewasa. Oleh karena itu, stunting merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pada pengembangan potensi bangsa (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan, 2015). Banyak yang berpendapat bahwa ukuran fisik, termasuk tubuh pendek, disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian, banyak yang beranggapan bahwa ukuran fisik tersebut tidak dapat diperbaiki dan diubah. Namun, berbagai penelitian dunia membuktikan secara ilmiah dan dapat mengubah paradigma tersebut. Tubuh pendek, gemuk, penyakit tidak menular, dan beberapa indikator kualitas hidup lainnya, faktor penyebab terpenting adalah lingkungan hidup sejak konsepsi sampai anak usia 2 tahun. Seribu hari pertama kehidupan, yang dimulai sejak janin di dalam kandungan hingga seorang anak berusia dua tahun, merupakan periode terpenting dan perlu mendapatkan perhatian terbesar. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga sering dikenal sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai sehingga tumbuh kembang dapat dicapai secara optimal. Sebaliknya, apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang

5 bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Khomsan et al., 2010) Dengan demikian, pengukuran panjang badan lahir harus dilakukan dengan tepat agar dapat dilakukan intervensi untuk memperbaikan gizi sehingga bayi dapat tumbuh normal dan optimal. Kekurangan gizi terutama pada ibu hamil dan anak balita akan berdampak pada lahirnya generasi muda yang tidak berkualitas (Lost Generation) (Miller & Rosso, 2009). Keadaan ibu selama kehamilan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap panjang lahir bayi. Faktor-faktor tersebut meliputi, keadaan lingkar lengan atas (LILA) ibu, tinggi badan, kadar Hb selama kehamilan, umur, paritas, pendidikan, dan status ekonomi ibu. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan anemia pada kehamilan dan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya sehingga menyebabkan bentuk tubuh pendek yang terlihat pada usia dewasa (MCAIndonesia, 2012; WHO, 2015). Ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin <11 g/dl. Anemia secara fungsional adalah ketidakmampuan sel darah merah dalam mengangkut oksigen ke jaringan perifer (Muljati et al., 2011). Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Ibu

6 yang mengalami kekurangan energi kronis, anemia atau sering mengalami penyakit infeksi seperti malaria pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga menyebabkan intrauterine growth retardation (IUGR) dan berpengaruh pada luaran bayi yang dilahirkan, seperti berat dan panjang badan bayi. Anemia yang selama ini terjadi sering dikaitkan akibat defisiensi zat besi. Hal tersebut karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma (Simbolon, 2013). Bila hal ini terjadi pada saat trimester III, maka berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta, risiko melahirkan prematur ataupun BBLR 3,7 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil trimester III non anemia. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan janin akan zat besi terakumulasi pada trimester akhir. Pertambahan panjang relatif kecil sampai usia 14-16 minggu kehamilan, kemudian meningkat cepat sampai minggu ke 35-37 kehamilan (Fatimah et al., 2011). Pada penelitian yang dilakukan (Najahah, 2014), menunjukan bahwa ibu hamil dengan anemia berisiko melahirkan bayi dengan panjang badan lahir bayi pendek 3 kali dibandingkan ibu dengan tidak anemia. Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa anemia ibu hamil di Indonesia mengalami peningkatan dari 24,5% (Riskesdas, 2008) menjadi 37,1% (Riskesdas, 2013). Proporsi anemia ini hampir sama antara ibu hamil di perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Profil kesehatan DI Yogyakarta menunjukkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil di

7 Kabupaten Sleman dan Gunungkidul di bawah 15%, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta 15% - 38%, dan Kabupaten Kulon Progo mencapai lebih dari 49%.(Dinkes DIY, 2013) Melihat fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan anemia ibu hamil trimester III dengan panjang badan lahir bayi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan anemia ibu hamil trimester III dengan panjang badan lahir bayi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan meminimalisir panjang badan lahir pendek, sehingga pertumbuhan fisik dan kognitif dapat berkembang secara optimal serta terhindar dari risiko penyakit degeneratif di masa dewasa. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kejadian anemia ibu hamil trimester III b. Mengidentifikasi panjang badan lahir c. Mengetahui hubungan anemia ibu hamil trimester III dengan panjang badan lahir D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

8 a. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar, khususnya pada mata ajaran Asuhan Kebidanan pada Kehamilan sebagai mata ajaran yang berhubungan dengan anemia ibu hamil b. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar, khususnya pada mata ajaran Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir sebagai mata ajaran yang berhubungan dengan antropometri pada bayi baru lahir, terutama panjang badan lahir c. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan pada khususnya, maupun tenaga kesehatan pada umumnya tentang pentingnya pencegahan anemia ibu hamil trimester III yang dapat berpengaruh dengan panjang badan bayi yang dilahirkan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Kesehatan Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan dan Instansi terkait dalam pengambilan kebijakan upaya perbaikan gizi, terutama dalam hal anemia ibu hamil yang dapat mempengaruhi salah satu indikator status gizi, yaitu panjang badan lahir bayi di Kabupaten Wates. b. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat pentingnya pencegahan anemia pada ibu hamil yang dapat mempengaruhi panjang badan lahir bayi yang dilahirkan. c. Bagi Peneliti

9 Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata bagi peneliti sehingga dapat menjadi bahan rujukan untuk mecocokan teori dengan keadaan yang sebenarnya. E. Keaslian Penelitian 1. Faktor risiko panjang lahir bayi pendek di ruang bersalin RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat (Najahah, 2014) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko panjang lahir pendek di Ruang Bersalin RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan besar sampel 126 bayi baru lahir. Analisis data dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat, bivariat (chi-square) dan multivariat (regresi logistik). Prevalensi panjang lahir pendek 38,1%. Pada analisis multivariat variabel yang dominan adalah status KEK OR 6,2 (CI 95% 1,146-34,049) dan status HDK OR 2,6 (CI 95% 1,010-7,159). Persamaan dengan penelitian ini terletak pada desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dan variabel terikat yang diteliti yaitu panjang badan lahir. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas, peneliti menggunakan status HDK, status KEK, status anemia, dan persalinan preterm dan berat lahir bayi, penelitian ini menggunakan status anemia ibu hamil trimester III. Perbedaan lain terletak pada waktu dan lokasi penelitian.

10 2. Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi: sebuah studi prospektif (Kusharisupeni, 2004) Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi. Desain penelitian yang digunakan adalah studi prospektif kohor, dan besar sampel ditetapkan dari perhitungan Fliess, dengan power sebesar 0,80 untuk studi longitudinal. Dari perhitungan itu didapat jumlah sampel minimal untuk bayi kelompok normal 221, untuk kelompok prematur 50, kelompok IUGR API 81 dan IUGR LPI 92. Uji yang digunakan adalah uji analysis of variance (Anova) dan Tuckey digunakan untuk membandingkan pertumbuhan antara kelompok. Hasil penelitian menunjukkan, pada umur 3 bulan dan 6 bulan, pada bayi laki-laki terdapat perbedaan panjang badan yang bermakna antara kelompok normal dan prematur, intra uterine growth retardation - low Ponderal index (IUGR LPI) serta intra uterine growth retardation - adequate Ponderal index (IUGR API). Untuk bayi perempuan terdapat perbedaan panjang badan yang bermakna antara kelompok normal dan prematur; selain itu juga terdapat perbedaan panjang badan yang bermakna antara kelompok IUGR API dan IUGR LPI. Pada umur 12 bulan, pada bayi laki-laki terdapat perbedaan panjang badan yang bermakna antara kelompok normal dan prematur, IUGR API serta IUGR LPI, sedangkan untuk bayi perempuan terdapat perbedaan panjang badan yang bermakna antara kelompok normal

11 dan prematur serta IUGR API. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa risiko relatif growth faltering lebih besar padabayi yang telah mengalami growth faltering sebelumnya. Semua kelompok status kelahiran berkontribusi terhadap terjadinya stunting pada umur 12 bulan; kontribusi terbesar dari kelompok IUGR API dan terkecil kelompok normal. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat yang digunakan yaitu anemia panjang badan lahir. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas, desain, waktu dan tempat penelitian. 3. Study of effects of maternal anaemia on anthropometric measurements of newborns (Gaur et al., 2015) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui efek dari anemia ibu pada pengukuran antropometri bayi baru lahir di Rajasthan Barat, India. Dari penelitian yang dilakukan, 938 ibu 90 (9,58%) menderita anemia dan 848 ditemukan normal (90,40%). Anemia pada ibu sangat mempengaruhi berarti berat lahir dan tingkat BBLR. Pada analisis multivariat dengan uji ANOVA, anemia ibu memiliki sangat signifikan (p <0,01) efek pada berat lahir, dada dan pertengahan lingkar lengan dan signifikan (P <0,05) berpengaruh pada panjang dan betis lingkar neonatus. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas yang digunakan yanitu anemia pada ibu hamil. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat, desain, waktu dan tempat penelitian.

12