BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. Salah satu wacana yang menarik dalam studi globalisasi adalah hipotesis tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lunturnya rasa solidaritas. Hampir setiap hari orang disibukkan dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi penerusnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sebuah negara. Maka dari itu, jika ingin memajukan sebuah negara terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi memberi pengaruh penting pada kondisi negara Indonesia. Salah satu wacana yang menarik dalam studi globalisasi adalah hipotesis tentang homogenitas budaya (Hannerz, 1992). Homogenitas budaya sebagai proses terjadi fenomena masuknya budaya asing ke Indonesia. Hal tersebut dapat berdampak positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan yaitu bertambahnya khasanah budaya nasional yang ada, sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan yaitu budaya asing dapat mengikis rasa cinta terhadap budaya lokal. Generasi muda lebih bangga dengan budaya asing dari pada budaya lokal. Hal tersebut terjadi karena terkikisnya rasa nasionalisme pada generasi muda. Budaya lokal Indonesia sebagai perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang perlu dihayati dan dilestarikan, maka diperlukan upaya kritis untuk mengubah dan membentuk nasionalisme pada generasi muda. Nasionalisme terhadap negara penting dimiliki oleh generasi muda, karena generasi muda memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Menurut Satries (2009) terdapat tujuh alasan pemuda memiliki tanggung jawab besar dalam membangun tatanan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, yaitu: 1. Kemurnian idealisme; 2. Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasangagasan baru; 1

2 3. Semangat pengabdian; 4. Inovasi dan kreativitas; 5. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru; 6. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadiannya yang mandiri; 7. Masih lengkapnya pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap, dan tindakannya dengan kenyataan yang ada. Tujuh karakteristik tersebut dapat digunakan sebagai modal dalam pembangunan tatanan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat yang memiliki nasionalisme. Nasionalisme tersebut muncul sebagai bentuk kebanggaan terhadap negaranya. Menurut Tilaar (2007) etnisitas, identitas budaya, kepemilikan dan kebanggaan terhadap budaya sendiri dalam kehidupan bersama merupakan political nation-state. Warga negara seyogyanya tidak sekedar tahu, melainkan mengerti, memahami dan memiliki rasa kebanggaan terhadap budayanya sendiri sehingga budaya tersebut dapat menjadi sebuah kebutuhan dan kepentingan yang dimiliki oleh warga negara, barulah kebudayaan itu dapat dinilai sebagai political nation state. Rasa bangga terhadap budaya sendiri sebagai salah satu unsur penting dalam political nation state yang perlu dikembangkan dan dilestarikan, diperlukan suatu usaha sadar agar budaya bangsa tidak lekang oleh waktu dan tetap dihayati oleh bangsa Indonesia. Kesadaran seperti itu dapat dicapai melalui proses pendidikan dan komunikasi dalam kehidupan bersama sebagai suatu negara.

3 Proses pendidikan merupakan sarana yang efektif dalam penumbuhan kesadaran, namun kondisi di negara Indonesia saat memiliki banyak tantangan, salah satunya karakter pemuda Indonesia menjadi lemah. Imam Nahrowi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga ketika memberi sambutan pembukaan Konferensi Asia-Afrika menggungkapkan bahwa negara Indonesia memberi harapan dalam proses pendidikan dan pembudayaan dalam pola perilaku pemuda yang saat ini sedang mengalami krisis karakter. Karakter pemuda yang semakin lembek akan mengakibatkan gagalnya estafet kepemimpinan bangsa, sehingga semangat kepemimpinan hanya menguntungkan segelintir orang yang berfikir tentang hegemoni dan kapitalisme (Cahyono, 27 April 2015: joglosemar.com). Kondisi pemuda yang belum memiliki karakter yang kuat mudah menerima pengaruh negatif dari luar. Kondisi seperti ini akan berakibat menipisnya tata krama, etika, kreativitas dan rasa cinta tanah air generasi muda. Pendidikan dan pembudayaan diharapkan mampu membentuk pola tingkah laku warga negara terutama pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Namun, menurut pendapat di atas masih ditemukan pemuda yang tidak berkarakter kuat. Pendidikan dan pembudayaan dinilai belum mampu menghasilkan keluaran yang berkualitas, yakni manusia Indonesia seutuhnya sesuai tujuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional di negara Indonesia mempunyai tujuan yang sudah dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang berbunyi Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

4 berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Realita dalam kehidupan masyarakat menunjukkan bahwa tujuan pendidikan nasional tersebut belum tercapai secara maksimal, masih banyak ditemukan pemuda Indonesia yang belum memenuhi tujuan pendidikan nasional tersebut. Data kemerosotan nilai pemuda dapat dilihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Muis (2013), yang menyimpulkan bahwa jumlah populasi sebanyak 2.458 dan 304 sampel terhadap mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan 90% berpegangan tangan, 82% berpelukan, 77% berciuman, 65% meraba bagian tubuh yang sensitif, 33% petting, 30% oral seks, 27% pernah hubungan seksual dan 40% pernah mengalami kekerasan seksual. Lokasi untuk memadu kasih yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni tempat hiburan 34%, 33% kos/kontrakan, 32% lingkungan kampus, 2% rumah dan 1% memilih tempat lain (danau dan tempat wisata). Data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan tatanan kehidupan kolektif sebagai bangsa juga disebabkan karena mengendornya implementasi nilai luhur Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia seharusnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijiwai dalam kehidupan. Dewasa ini banyak ditemukan generasi muda yang kurang menjiwai nilai-nilai Pancasila, sebagai contoh banyak ditemukan generasi muda berbondong-bondong melihat konser boyband luar negeri dengan biaya mahal.

5 Kondisi tersebut sangat berbeda dengan kondisi pertunjukan kesenian daerah. Tempat-tempat pertunjukan kesenian daerah dengan biaya murah sepi pengunjung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lickona dalam Megawangi (2004) ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai sebuah bangsa sedang menuju kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan katakata yang memburuk, (3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayakan ketidakjujuran, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Modal dasar dan modal sosial yang diperlukan adalah kesadaran kolektif serta adanya proses character and nation building guna mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu pembangunan karakter pemuda Indonesia menjadi pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab. Pendidikan nasional di negara Indonesia memiliki tiga jalur pendidikan. Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal dilakukan melalui pembelajaran di persekolahan. Pendidikan nonformal dilakukan melalui peran organisasi, kegiatan diluar kelas, sedangkan pendidikan informal dapat

6 dilakukan dalam keluarga. Salah satu instrumen pelaksana pendidikan nasional pada jalur nonformal melalui gerakan pramuka. Gerakan pramuka sebagai proses pendidikan nonformal yang diaplikasikan ke dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metodik kepramukaan serta sistem among yang bertujuan pembentukan karakter generasi muda. Salah satu nilai karakter yang dikembangkan adalah nasionalisme, oleh karena itu pemerintah melakukan revitalisasi kegiatan pramuka. Hal tersebut dilakukan mengingat manfaat dan pentingnya pendidikan pramuka. Pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo melakukan revitalisasi kegiatan pramuka. Gerakan Pramuka sebagai salah satu wadah pendidikan non formal yang ada di sekolah. Gerakan Pramuka memiliki tanggung jawab dalam rangka mendidik dan membina generasi muda Indonesia dalam mengembangkan mental, moral spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik. Diharapkan generasi Indonesia menjadi sosok berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur serta menjadi warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, nasionalis, patriotis, setia dan patuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian lebih lanjut dari penguatan nasionalisme melalui revitalisasi kegiatan pramuka jenjang pendidikan tinggi di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo. Universitas Veteran Bangun Nusantara memiliki muatan Mata Kuliah Pendidikan Kepramukaan. Gerakan pramuka dipilih sebagai salah satu upaya peningkatan kemampuan pribadi generasi muda Indonesia,

7 sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tesis yang berjudul Penguatan Nasionalisme melalui Revitalisasi Gerakan Pramuka dan Implikasinya terhadap Ketahanan Pribadi Mahasiswa (Studi pada Mata Kuliah Pendidikan Kepramukaan di Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jawa Tengah). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana penguatan nasionalisme melalui revitalisasi gerakan pramuka di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo? 2. Bagaimana implikasi penguatan nasionalisme melalui revitalisasi gerakan pramuka dalam mewujudkan ketahanan pribadi mahasiswa di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo? 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian tentang penguatan nasionalisme dilaksanakan melalui revitalisasi pramuka sudah banyak dilakukan para peneliti sebelumnya. Namun sejauh yang peneliti ketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti penguatan nasionalisme melalui revitalisasi kegiatan pramuka jenjang pendidikan menengah atas di Kabupaten Sukoharjo implikasinya terhadap ketahanan pribadi. Sejauh ini, penelitian yang pernah dilakukan terkait penguatan nasionalisme melalui revitalisasi kegiatan pramuka :

8 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Nama Tahun Judul Penelitian Topik Penelitian Peneliti 1. Kasim 2004 Pendidikan Penelitian ini bertujuan untuk Sembiring Pendahuluan Bela mengetahui hubungan antara Negara melalui kegiatan Pramuka dengan tahap Gerakan Pramuka dan awal Pendidikan Pendahuluan Kaitannya dengan Bela Negara untuk memperkuat Ketahanan Nasional 2. Misrakandi 2009 Strategi Revitalisasi Ketahanan Nasional. Dalam penelitian yang dilakukan, Gerakan Pramuka Misrakandi ini lebih pada strategi dalam Pengembangan dalam revitalisasi Gerakan Kepemimpinan Kepramukaan. Revitalisasi Pemuda Gerakan Kepramukaan tersebut 3. Purwanto, 2009 Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan sikap kepemimpinan yang ada pada diri pemuda. Penelitian ini menyoroti tentang Chambali Kewarganegaraan peran Pendidikan Bambang dalam Meningkatkan Kewarganegaraan sebagai upaya Semangat Nasionalisme peningkatan mahasiswa. nasionalisme Pendidikan Mahasiswa di Kewarganegaraan dinilai sebagai

9 Lingkungan Perguruan Tinggi, suatu strategi yang dinilai sesuai untuk meningkatkan semangat Studi di Universitas Pancasila, Jakarta nasionalisme. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas 4. Raden Roro 2013 Peran Museum Pancasila Jakarta. Museum Benteng Vredeburg Muri Benteng Vredeburg Yogyakarta memiliki peran Kusniawati Yogyakarta sebagai sebagai sarana pendidikan Sarana Pendidikan nasionalisme, hal ini terbukti Nasionalisme dengan adanya peningkatan pemahaman pengunjung terhadap nilai-nilai nasionalisme melalui sajian pameran di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Keberadaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai sarana pendidikan yang mengkomunikasikan nilai-nilai 5. Teguh 2013 Peran Bintal Kodam sejarah kejuangan khususnya nasionalisme. Penelitian ini bertujuan untuk Triono Jaya terhadap mengetahui sejauhmana pengaruh Ketahanan Mental pembinaan mental yang

10 Prajurit-PNS dalam dilaksanakan oleh Bintaldam Jaya Mendukung Semangat Nasionalisme terhadap ketahanan mental prajurit/pns dalam mendukung semangat nasionalisme. Kesimpulan penelitian ini yaitu melalui berbagai aktifitas pembinaan yang intensif, Bintaldam Jaya telah berhasil menanamkan jati diri TNI kepada prajurit Kodam Jaya sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional. Sumber: Olahan Peneliti 2016 Perbedaan antara penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokus dan lokus penelitian, belum ada satupun dari penelitian tersebut yang membahas bagaimana sebenarnya penguatan nasionalisme melalui Gerakan Kepramukaan jenjang pendidikan tinggi di Kabupaten Sukoharjo dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mendalami lebih jauh fokus penelitian seperti yang tertera di dalam judul tesis ini.

11 1.4. Tujuan PenelitianPenelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui penguatan nasionalisme melalui revitalisasi gerakan pramuka di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo. 2. Mengetahui implikasi penguatan nasionalisme melalui revitalisasi gerakan pramuka dalam mewujudkan ketahanan pribadi mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara di Kabupaten Sukoharjo. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat secara teoritis akademis Memperkaya ilmu pengetahuan bagi pengembangan program kepemudaan dalam hal ini Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo pada umumnya, serta pihak Kemenpora RI sebagai penyelenggara program khususnya. 2. Manfaat bagi program studi Ketahanan Nasional Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya nasionalisme khususnya bagi mahasiswa dalam mewujudkan ketahanan pribadi sebagai tumpuan Ketahanan Nasional. 3. Manfaat bagi Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo Penelitian ini diharapkan dapat memberi pandangan terhadap gerakan pramuka di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo. 4. Manfaat bagi mahasiswa

12 Penelitian ini diharapakan dapat menyadarkan mahasiswa mengenai pentingnya nasionalisme pada generasi muda dan Kegiatan Kepramukaan terutama dalam mengoptimalisasi ketahanan pribadi.