BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga. di pasar nasional, regional, maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerja Kabupaten Sleman, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Pelaksanaan program ini menggunakan pendekatan bottom up, jadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sebagian besar corak kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pagu anggaran yang dapat direalisasikan dapat mencerminkan berjalannya fungsi-fungsi

I. PENDAHULUAN. ekonomi menggambarkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi riil yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan nasional mengacu pada Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kerja pada umumnya relatif rendah dikarenakan rendahnya pendidikan dan latihan. setiap tahunnya tidak dapat terserap sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Nomor KEP. 31/LATTAS/II/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wujud kebudayaan manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. lulusannya kelak dapat memasuki dunia kerja dan menjadi tenaga kerja yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. penulis mengambil tema mengenai Pajak Daerah, khususnya Pajak Reklame.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB IV SUSUNAN ORGANISASI DAN ESELON

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menuntut setiap daerah otonom dituntut untuk dapat

PELAKSANAAN PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN INSTITUSIONAL DI UPT BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. JUDUL I.2. DEFINISI DAN PEMAHAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 t

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melimpah. Sumber daya ini harus dapat

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah diberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan fasilitas fisik, peningkatan mutu guru, dan perubahan kurikulum.

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk kontrak antara eksekutif, legislatif dan publik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hamid Edy Sunandi, Ekonomi Indonesia Dari Sentralisasi Ke Desaentralisasi, UII Press, Yogyakarta, 2006 hal 90.

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses kearah yang lebih baik sesuai tujuan yang

BAB II PROGRAM KERJA. Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketersediaan lapangan atau kesempatan kerja baru untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional maupun daerah. Pertumbuhan pengangguran tersebut secara langsung menimbulkan kesulitan bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, karena membuat sumber daya terbuang percuma, dan pendapatan masyarakat berkurang. Sementara itu adanya keterbatasan pendidikan dan keterampilan, berakibat pada rendahnya produktivitas tenaga kerja dan menjadi kendala bagi pengangguran untuk memasuki dunia kerja. Keadaan seperti itu menimbulkan tekanan ekonomi yang mempengaruhi emosi masyarakat maupun kehidupan rumah tangga sehingga akan mengurangi kesejahteraan masyarakat (Budi, 2001: 4). Terkait dengan hal itu, diselenggarakan pembangunan ketenagakerjaan atas asas keterpaduan dan kemitraan, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Menurut UU tersebut, salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, serta menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan 1

2 daerah (Hariyadi, 2009: 3). Berdasarkan upaya mencapai tujuan pembangunan ketenagakerjaan dan mengurangi tingkat pengangguran di berbagai daerah, pemerintah pusat dengan kewenangan yang dimiliki, turut berperan serta mengatasi permasalahan tersebut. Bantuan tersebut diberikan melalui Tugas Pembantuan (TP) dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Permasalahan pengangguran merupakan masalah nasional yang dihadapi seluruh wilayah di Indonesia, demikian juga di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang memiliki pengangguran tertinggi di DIY, padahal wilayah ini memiliki dinamika ekonomi yang cukup tinggi dengan potensi-potensi sumber daya yang tersedia. Hal tersebut dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan bisnis mulai dari perusahaan besar, menengah, hingga kecil yang berjumlah 1.080, namun belum sepenuhnya dapat mengimbangi tingkat pengangguran di Kabupaten Sleman. (Disnakersos Sleman). Peningkatan jumlah pengangguran di Kabupaten Sleman terjadi pada tahun 2012, yakni dari sejumlah 31.152 pengangguran pada tahun 2011, menjadi 31.212 pada tahun 2012. (pusdatnaker.balitfo.depnakertrans.go.id) Pengangguran yang terjadi di Kabupaten Sleman akibat adanya kesenjangan yang semakin besar antara jumlah angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang ada. Sementara itu perkembangan teknologi begitu cepat yang diikuti dengan laju pertumbuhan industri membutuhkan

3 persyaratan keterampilan kerja tertentu. Tuntutan pasar kerja saat ini membutuhkan pekerja yang terampil, berkualitas, dan siap bekerja, namun kompetensi SDM yang tersedia tidak memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja (slemankab.go.id). Upaya penganggulangan pengangguran di Kabupaten Sleman dilaksanakan melalui progam pelatihan keterampilan bagi para pengangguran, yang merupakan wujud pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten Sleman menempuh langkah tersebut sebagai upaya pembaharuan di bidang ketenagakerjaan, dengan harapan mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Institusi yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan tugas pembantuan penanggulangan pengangguran di Kabupaten Sleman adalah UPT Balai Latihan Kerja, yang memiliki fungsi pelatihan kerja. Kewenangan untuk melaksanakan pelatihan tersebut telah tertera dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 88/MEN/1997 tanggal 20 Mei 1997, BLK Sleman ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelatihan Kerja. Berbagai program pelatihan diselenggarakan oleh BLK Sleman, terdiri dari pelatihan keterampilan institusional, non institusional, dan swadana. Keseluruhan program pelatihan keterampilan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian para pencari kerja untuk dilatih di berbagai bidang kejuruan agar menjadi tenaga kerja yang terampil, berkompeten, dan produktif serta dapat mengisi lowongan kerja lokal dan mampu menciptakan lowongan kerja

4 mandiri dan kelompok. Pelatihan yang diselenggarakan pada setiap tahun anggaran ini terdiri atas kejuruan teknologi mekanik, otomotif, listrik, pertanian, tata niaga, dan bangunan. Salah satu program pelatihan yang diselenggarakan di BLK Sleman adalah melalui pelatihan keterampilan institusional yang mulai diselenggarakan pada Bulan Maret 2013 dengan pembiayaan berasal dari APBN, dan dasar hukum berupa DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran). Melalui pemberian tugas pembantuan, BLK Sleman dituntut dapat memberikan kontribusi pada penanggulangan pengangguran di Kabupaten Sleman agar dapat mengurangi tingkat atau jumlah angkatan kerja yang menganggur di Kabupaten Sleman. Selain itu BLK Sleman juga menghadapi tuntutan yang tinggi dalam melaksanakan pelatihan, karena pelatihan yang diprioritaskan harus relevan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja. Terkait dengan tuntutan yang dihadapi BLK Sleman tersebut, pada kenyataannya belum diketahui dengan jelas apakah penyelenggaraan program pelatihan yang merupakan tugas pembantuan ini telah berjalan baik, sehingga mencapai tujuan dan sasaran program sesuai dengan yang target yang diharapkan. Pada sisi lain, pelaksanaan pelatihan keterampilan telah berlangsung cukup lama, dan selalu mengalami perbaikan setiap tahunnya. Namun berdasarkan hasil monitoring pelaksanaan pelatihan pada tahun 2011, lulusan pelatihan yang telah terserap dalam dunia kerja hanya sejumlah 50%, sedangkan pada tahun 2012 telah meningkat menjadi 70%. Belum terserapnya seluruh lulusan pelatihan karena program pelatihan yang

5 dilaksanakan di BLK belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan di pasar kerja. Padahal kebutuhan pelatihan bagi pengangguran yang memiliki keterbatasan keterampilan sangat penting untuk menunjang keberhasilan memperoleh pekerjaan, sekaligus mempunyai dampak produktivitas yang berakibatkan peningkatan pendapatan pekerja. Adanya peningkatan pendapatan tenaga kerja, maka keinginan untuk menciptakan lapangan pekerjaan semakin terbuka sehingga kesenjangan antara tenaga kerja dan lapangan kerja tidak perlu terjadi. Berbagai permasalahan tersebut mendorong peneliti untuk menelaah lebih lanjut mengenai penyelenggaraan program pelatihan keterampilan di BLK Kabupaten Sleman. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Institusional Di UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi masalah yang dihadapi yaitu sebagai berikut : 1. Adanya kesenjangan yang semakin besar antara jumlah angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia mengakibatkan jumlah pengangguran di Kabupaten Sleman meningkat. 2. Masih belum mencukupinya kompetensi yang dimiliki pencari kerja untuk memenuhi kualifikasi pasar kerja.

6 3. Masih banyak sumber daya manusia terbuang percuma karena belum mendapatkan pekerjaan. 4. Tingginya tuntutan bagi BLK Sleman untuk melaksanakan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. 5. Belum optimalnya pelaksanaan pelatihan pada dua tahun terakhir karena masih terdapat lulusan yang menganggur. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini membatasi dan memfokuskan pada permasalahan yang dikaji terkait pelaksanaan program pelatihan keterampilan institusional dalam kerangka tugas pembantuan di UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman khususnya pada periode Maret 2013 dengan pembiayaan APBN. Penelitian dibatasi pada masalah tersebut karena dapat melihat pelaksanaan pelatihan yang dilakukan pemerintah daerah melalui bantuan pemerintah pusat, untuk mengatasi permasalahan peningkatan jumlah pengangguran di Kabupaten Sleman. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, serta pembatasan masalah yang dilakukan, maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang diambil adalah serbagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan program pelatihan keterampilan institusional di UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman?

7 2. Apa kendala-kendala pelaksanaan program pelatihan keterampilan institusional di UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman? E. Tujuan Penelitian Sebagaimana yang telah diuraikan dalam rumusan permasalahan, maka tujuan penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui gambaran secara lengkap mengenai pelaksanaan program pelatihan keterampilan institusional di UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman. 2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi berkaitan dengan pelaksanaan program pelatihan keterampilan institusional di UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman. F. Manfaat Penelitian Setelah tercapainya tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kepustakaan bagi penelitian lanjutan yang terkait dengan tema dan topik dalam penelitian ini. b. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya wawasan ilmiah serta memberikan kontribusi dalam pengembangan dan pemahaman Ilmu Administrasi Negara.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penelitian karya ilmiah dan untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan di Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Sekaligus untuk menambah pengetahuan tentang pelaksanaan otonomi daerah dan fungsi pelatihan dalam manajemen sumber daya manusia. b. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau sumbangan pemikiran untuk memperbaiki dan mengoptimalkan upaya pembangunan ketenagakerjaan dalam bidang pelatihan kerja guna penanggulangan pengangguran di Kabupaten Sleman selanjutnya. c. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan pada masyarakat mengenai kesadaran untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.