I. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TENTANG ANDROPAUSE DI DESA SAMBI BOYOLALI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata andropause diambil dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI ANDROPAUSE PADA PRIA USIA 30 TAHUN KE ATAS DI KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN Oleh: IKE SETIAWATI NIM: G2A

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

HUBUNGAN ANDROPAUSE DENGAN DEPRESI PADA GURU DAN KARYAWAN SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PRIA USIA TAHUN YANG MENGALAMI ANDROPAUSE DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG (STUDI DI KECAMATAN TEMBALANG)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

Ditandai dg penurunan kekuatan fisik & daya ingat Dibagi dlm 2 bagian :

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

I. PENDAHULUAN. perempuan menopause (Rachmawati, 2006). usia. Seorang wanita yang sudah menopause akan mengalami berhentinya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut

PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DAN SEKSUALITAS PADA LANSIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

I. PENDAHULUAN. wilayah pesisir yang sangat ter-marginal-kan, kesulitan mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN MASA DEWASA MADYA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

WIJI LESTARI J

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana terjadi penurunan kemampuan reproduksi. Andropause atau PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Men) adalah suatu istilah yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kondisi pria di atas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan mirip dengan menopause pada wanita. Meski keluhannya mirip dengan menopause, tetapi tidak berarti bahwa kondisi dan keluhannya akan sama persis seperti pada wanita (Setiawati, 2006). Hormon yang turun pada andropause ternyata tidak hanya testosteron saja, melainkan penurunan multi hormonal yaitu penurunan hormon DHEA, DHEAS, Melantonin, Growth Hormon, dan IGFs (Insulin like growth factors) (Setiawan, 2007). Cepat atau lambatnya proses andropause dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal bisa dari dalam tubuhnya sendiri atau faktor genetik, bisa juga disertai sindroma metabolik misalnya darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, dan kencing manis. Faktor eksternal dapat berasal dari lingkungan, polusi, kebisingan, terlalu sering terpapar sinar

2 matahari, stres, gaya hidup tidak sehat, merokok, pola tidur, dan pola makan tidak seimbang (Isnawati, 2008). Data di negara barat menyebutkan bahwa sindrom andropause ini dialami oleh sekitar 15 % pria umur 40-60 tahun, sebagian lagi telah dialami dan dimulai pada umur sekitar 30 tahun dengan penderita kurang dari 5 %. Prevalensi andropause pada pria usia 30 tahun ke atas di Kabupaten Bantul Propinsi D.I. Yogyakarta sebesar 43,34% dengan distribusi 34,17% mengalami gejala andropause ringan, 1,67 % sedang, dan tidak didapatkan responden yang mengalami gejala andropause berat dan sangat berat (Setiwati, 2006). Manifetasi yang dapat muncul pada andropause adalah gangguan vasomotor, gangguan virilitas, gangguan seksual, gangguan fungsi kognitif dan suasana hati. Bentuk gangguan gangguan tersebut seperti gelisah, takut, mudah lelah, menurunya libido, perubahan tingkah laku, menurunnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental, dan keluhan depresi (Setiawan, 2007). Berkaitan dengan depresi yang dapat timbul sebagai manifestasi dari andropause, penelitian yang akhir-akhir ini dipublikasikan menyatakan bahwa kadar testosteron yang rendah berhubungan dengan gejala depresi disertai gangguan psikologis lainnya. Beberapa laporan menyatakan efek dari rendahnya kadar testosteron dapat menyebabkan kehilangan kemampuan dalam berkonsentrasi, perubahan suasana hati, emosional, mudah marah,

3 merasa rendah diri, merasa lemah, gangguan memori, kelelahan, berkurangnya kemampuan intelektual, berkurangnya minat terhadap keadaan sekitar, dan hipokondriasis. Kesemuanya merupakan gejala klinik dari depresi (Pazuchowski, 2009). Depresi merupakan penyakit serius dan merupakan masalah kesahatan publik (Genud, dkk, 2009). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa secara global di seluruh dunia, saat ini ada 350 juta orang terkena depresi. Jumlah ini merupakan lima persen dari populasi penduduk di seluruh dunia (Bararah, 2012). Prevalensi depresi oleh kriteria DSM atau ICD adalah 16,3% (13,4 19,5); untuk DSM yang mendefinisikan depresi mayor adalah 14,9% (12,2 17,7) dan untuk DSM yang mendefinisikan depresi minor, yakni 19,2% (9,1 31,9) (Mitchell, 2011). Sedangkan untuk depresi berat yang merupakan suatu penyakit serius, diderita 5% populasi pria pertahun, serta 17% pria selama kehidupannya. Frekuensi depresi berat meningkat sesuai pertambahan umur dan menjadi lebih sering setelah usia 40 tahun, sebanding dengan penurunan kadar testosteron (Bexton, 2001). Dampak depresi dalam kehidupan sehari hari sangatlah mengganggu. Hal hal yang dapat muncul yaitu hasrat ingin bunuh diri, gangguan pola tidur baik insomnia maupun hipersomnia, gangguan hubungan sosial, gangguan dalam pekerjaan, gangguan pola makan seperti bulimia, anoreksia, obesitas,

4 dan perubahan perilaku yang merusak seperti agresitivitas, kekerasan, mengonsumsi alkohol, obat obatan terlarang dan merokok (Lumongga, 2009). Dampak paling buruk depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Meskipun itu bukan satu-satunya penyebab, tapi hampir satu juta nyawa hilang setiap tahunnya dan lebih dari setengahnya mengalami depresi (Bararah, 2012). Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara andropause dengan depresi pada karyawan di lingkungan Universitas Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Adakah hubungan andropause dengan depresi pada karyawan di Lingkungan Kantor Pusat Universitas Lampung? C. Tujuan 1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui hubungan andropause dengan depresi pada karyawan di Lingkungan Kantor Pusat Universitas Lampung.

5 1. Tujuan Khusus: 1. Untuk mengetahui prevalensi andropause pada karyawan di Lingkungan Kantor Pusat Universitas Lampung. 2. Untuk mengetahui prevalensi depresi pada karyawan di Lingkungan Kantor Pusat Universitas Lampung. 3. Untuk mengetahui adanya hubungan andropause dengan depresi pada karyawan di Lingkungan Kantor Pusat Universitas Lampung. D. Manfaat 1. Manfaat Bagi Peneliti Menambah pengetahuan mengenai andropause dan depresi serta menambah pengalaman dalam hal penulisan. 2. Manfaat Bagi Masyarakat Memberikan pemahaman kepada masyarakat umum, khususnya kaum pria mengenai hubungan andropause dengan depresi, sehingga dapat menjadi masukan dalam usaha pencegahan serta dalam menghadapi andropause untuk mempertahankan kualitas hidup yang sehat.

6 3. Manfaat Bagi Pendidikan Dapat memberikan bukti-bukti empiris tentang hubungan teoritis andropause dengan depresi, sehingga memberikan informasi bagi pengembangan ilmu kedokteran dan kesehatan reproduksi pria. 4. Manfaat Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut. E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori Hormon yang turun pada pada andropause ternyata tidak hanya testosteron saja, melainkan penurunan multi hormonal yaitu penurunan hormon DHEA, DHEAS, Melantonin, Growth Hormone, dan IGFs (Insulin like growth factors) (Setiawan, 2007). Beberapa laporan menyatakan efek dari rendahnya kadar testosteron dapat menyebabkan kehilangan kemampuan dalam berkonsentrasi, perubahan suasana hati, emosional, mudah marah, merasa rendah diri, merasa lemah, gangguan memori, kelelahan, berkurangnya kemampuan intelektual, berkurangnya minat terhadap keadaan sekitar, dan hipokondriasis. Kesemuanya merupakan gejala klinik dari depresi (Pazuchowski, 2009).

7 Penurunan kadar hormon testosteron, DHEA/DHEAS, Melatonin, GH, IGFs Andropause Depresi Gambar 1. Kerangka teori (Setiawan, 2007., Pazuchowski, 2009) 2. Kerangka Konsep Penurunan kadar hormon testosteron, DHEA/DHEAS, Melatonin, GH, IGFs Andropause Variabel Bebas Depresi Variabel Terikat Faktor Depresi : Faktor biologis Faktor genetika Faktor psikososial Faktor Pengganggu Gambar 2. Kerangka Konsep

8 F. Hipotesis Terdapat hubungan andropause dengan depresi pada karyawan di Lingkungan Kantor Pusat Universitas Lampung.