UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

dokumen-dokumen yang mirip
KENDALA PERIZINAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

AKIBAT HUKUM BAGI PENANAM MODAL ASING YANG MELAKUKAN PELANGGARAN KONTRAK DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA

PENGATURAN BERINVESTASI ALAT PELEDAK DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG INVESTASI ASING DI BIDANG PARIWISATA. sejak tahun Pada saat itu dikeluarkan Undang-Undang No.

BENTUK KEBIJAKAN YANG DIPEROLEH INVESTORDALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN

FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEBAGAI LEMBAGA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

INVESTASI ASING PADA SEKTOR PARIWISATA DI BIDANG PERHOTELAN DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

ANALISIS PEMBERIAN INSENTIF KEPADA INVESTOR ASING MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

ANALISIS PENGATURAN DAN TUJUAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

ANALISIS PENGATURAN KRITERIA FASILITAS PENANAMAN MODAL DIKAITKAN DENGAN PRINSIP MOST FAVORED NATION (MFN)

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM PENANAMAN MODAL DI KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN. Menurut Hendrik Budi Untung (2010: 48), mengingat akan begitu besarnya peran

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)

HAK DAN KEWAJIBAN INVESTOR ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

HAK ISTIMEWA BAGI INVESTOR ASING DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang pribadi ( natural person) ataupun badan hukum (juridical

Keywords : protection, Insurance, compensation

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

LAYANAN PURNA JUAL PRODUK ELEKTRONIK DENGAN GARANSI. Oleh Dian Pertiwi Ketut Sudiarta Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

PERAN UNDANG UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DALAM PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN OBJEK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DUMPING DAN ANTI-DUMPING SEBAGAI BENTUK UNFAIR TRADE PRACTICE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PENGATURAN MENGENAI PENGENDALIAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL GOLONGAN A DI KOTA DENPASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Serang Menurut Lapangan Usaha (Serang: BPS Kabupaten Serang, 2015), 3.

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK APOTEK

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENANAMAN MODAL (INVESTASI) TERKAIT PENGEMBANGAN MASYARAKAT LOKAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

STANDARISASI KEAMANAN DAN KESELAMATAN WISATAWAN YANG WAJIB DIPENUHI OLEH BIRO PERJALANAN WISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ida Bagus Wyasa Putra, et.al., 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, Refika Aditama, Bandung, h.1.

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan dalam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

PENGATURAN PENYUSUNAN DATABASE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN UMKM DALAM UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP NON DISKRIMINASI PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. diuraikan penulis berkesimpulan bahwa

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN INVESTASI OLEH BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH DI KALIMANTAN TIMUR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DAN EKSISTENSI ELECTRONIC SIGNATURE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berbagai informasi, hal tersebut telah membawa dampak yang. signifikan dalam merencanakan sebuah perjalanan wisata.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL.

PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PARA PIHAK DALAM KONTRAK KERJASAMA INTERNASIONAL BERDASARKAN UNIDROIT

PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG JASA PERDAGANGAN EKSPOR

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan ideologi dan filosofi Bangsa Indonesia. Cita-cita luhur Bangsa

HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960

NARKOTIKA JENIS KATINON DALAM PERSPEKTIF ASAS LEGALITAS

AKIBAT HUKUM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER) PADA PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari

PEMBANGUNAN HUKUM INVESTASI DALAM PENINGKATAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Perlindungan Hukum bagi Pemilik Nama Domain. yang Beritikad Baik dalam Kaitannya dengan Perlindungan Hak Merek

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

BUPATI SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RELEVANSI KESEPAKATAN PAKET BALI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

AKIBAT HUKUM PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN ATAU AKUISISI TERHADAP STATUS PERUSAHAAN MAUPUN STATUS PEKERJA PADA PT (PERSEROAN TERBATAS)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

Transkripsi:

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA oleh Kezia Frederika Wasiyono I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki lahan investasi terbesar di dunia, salah satunya dalam kegiatan bisnis pariwisata. Bisnis investasi pariwisata dewasa ini sedang mengalami keterpurukan, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan berbagai faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal serta pembuatan kebijakan yang dapat memberikan rasa aman, kepastian hukum serta perlindungan hukum bagi investor. Sehingga dengan melakukan upaya-upaya tersebut, iklim usaha kondusif pun dapat tercapai dan tidak sulit untuk menjadikan Negara Indonesia sebagai negara tujuan penanaman modal di bidang pariwisata maupun di berbagai bidang lainnya. Dalam penulisan ini digunakan metode penelitian hukum normatif. Kata Kunci: Investasi, Iklim Usaha Yang Kondusif, Bisnis Pariwisata ABSTRACT Indonesia as one of the countries that have the greatest investment in the world, one in the tourism business activities. Investment tourism business nowadays are experiencing adversity, therefore it is necessary to fix all variety of contributing factors that hinder investment climate and policy making that can provide security, legal certainty and legal protection for investors. So by making such efforts, the conducive business climate can be achieved and not difficult to make Indonesia as the country's state investment objectives in the field of tourism as well as in many other fields. In this journal, use of normative legal research methods. Keywords: Investment, Conducive Business Climate, Tourism Business I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keindahan alam Indonesia menjadikan pariwisata sebagai sektor komoditi unggulan dalam pemberian sumbangan devisa bagi pemerintah, terutama dalam hal 1

penanaman modal dalam negeri maupun luar negeri. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus memberikan perhatian yang besar bagi penanaman modal di bidang pariwisata untuk menarik para investor domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia lebih banyak lagi. Pesatnya perkembangan pariwisata dihadapkan pula dengan tantangan yang cukup berat terutama pada aspek usaha jasa pariwisata yang memiliki lingkup nasional, regional, bahkan internasional. Usaha investasi jasa pariwisata dewasa ini sedang mengalami keterpurukan yang salah satunya disebabkan oleh adanya kecenderungan peraturan di Indonesia yang sering berubah-ubah dan tidak bertahan lama atau bersifat sementara. Hal tersebutlah yang kemudian menimbulkan kebimbangan bagi para investor sebab mereka merasa tidak memiliki jaminan kepastian hukum. Selain itu, mekanisme perizinan usaha jasa pariwisata, perhotelan misalnya, sering dipandang kurang efesien karena terlalu panjang sehingga menyita waktu dan tenaga, yang pada akhirnya merugikan dan mengganggu keamanan dan kenyamanan wisatawan. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, kebijakan apakah yang sebaiknya dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mencapai iklim usaha yang kondusif bagi para investor sebagaimana dimaksud pada pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. 1.2 Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya upaya upaya dari pemerintah untuk mencapai iklim usaha yang aman dan nyaman bagi penanaman modal (investasi) di Indonesia yang dalam penulisan ini dikhususkan pada bidang kepariwiasataan. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang beranjak dari adanya kesenjangan dalam norma atau asas hukum dengan cara meneliti bahan pustaka, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Dalam hal jenis pendekatan digunakan pendekatan undang undang (statute approach), yang dilakukan dengan menelaah semua undang undang dan regulasi yang berkaitan dengan isu hukum 2

yang sedang ditangani. 1 Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang sedang dihadapi. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Sistem Hukum Penanaman Modal dalam Kegiatan Bisnis Pariwisata Penanaman modal (investasi) merupakan suatu konsep ekonomi yang berintikan tindakan mengalokasikan sumber-sumber yang didasarkan pada analisis bahwa alokasi tersebut dapat mendatangkan hasil yang memuaskan dan kemudian ditindaklanjuti dengan perencanaan dan proyeksi-proyeksi sesuai dengan tingkatannya. Investasi pada dasarnya dapat meliputi berbagai bidang, termasuk bidang kepariwisataan yang bertujuan untuk menciptakan permintaan-permintaan terhadap barang dan jasa pelayanan. Usaha-usaha transportasi, akomodasi, konsumsi, rekreasi, atraksi, pengorganisasian, dan lainnya yang berkaitan dengan kepariwisataan merupakan usaha-usaha yang kemudian dikenal dengan nama tourist business. 2 Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan penanaman modal, berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, sistem hukum investasi secara garis besar terdiri dari bidang hukum mengenai perizinan, permodalan, bentuk usaha, status pelakunya (investor), lokasi, lingkungan, obyek, dan lain sebagainya. 3 Faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal harus diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, serta iklim usaha yang nyaman di bidang ketenagakerjaan dan keamanan dalam menjalankan usaha yang disesuaikan dengan sistem hukum investasi di Indonesia. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan. 2.2.2 Penyelenggaraan Urusan Penanaman Modal Kepariwisataan Dalam Rangka Pencapaian Iklim Usaha Yang Kondusif Dalam hal penyelenggaraan kepariwisataan, pemerintah masih menjalankan fungsinya secara klasik yang justru sangat relevan dengan kecenderungan mekanisme perekonomian yang berlangsung, yaitu dengan menyediakan pengaturan-pengaturan dan 1 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Cet V, Kencana, Jakarta, h. 95. 2 Ida Bagus Wyasa Putra et. Al. 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, PT Refika Aditama, Bandung, h. 51, dikutip dari Mulia Nasution, 1977, Teori Ekonomi Makro, Pendekatan Pada Perekonomian Indonesia, Djambatan, Jakarta, h. 53. 3 Ibid. h. 56. 3

melaksanakan pengawasan, terutama yang berkaitan dengan tujuannya untuk mewujudkan keharmonisan dalam penyelenggaraan kepariwisataan, pelestarian lingkungan, peragaman obyek dan daya tarik wisata. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) selama periode 2009-2010 terjadi penurunan aplikasi dibandingkan tahun sebelumnya dari hanya US$ 2,72 miliar penanaman modal menjadi US$ 1,75 miliar pada 2010. 4 Dengan melihat kondisi tersebut, maka penanaman modal dapat dikatakan sangat memprihatinkan, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki iklim penanaman modal melalui perubahan kebijakan dalam hal pengembangan penanaman modal dengan juga membentuk satuan gugus pengendalian penanaman modal atau yang disebut dengan task force. Penciptaan iklim investasi pariwisata yang kondusif perlu ditingkatkan secara berkelanjutan, salah satunya dengan melakukan peningkatan koordinasi antar instansi secara lintas sektoral yang tak bisa lepas dari dukungan dunia usaha dan masyarakat luas. Dalam pasal 30 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Undang-Undang Penanaman Modal diamanatkan agar pemerintah daerah lebih diberdayakan, baik dalam pengembangan peluang potensi di setiap daerah maupun dalam hal koordinasi promosi mengenai kepariwisataan serta pelayanan penanaman modal. Demikian pula diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 23 ayat (1a) yang isinya: Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan dan keselamatan kepada wisatawan. Secara obyektif dapat dikatakan bahwa prospek pengembangan penanaman modal khususnya penanaman modal asing dalam bidang pariwisata sangatlah menjanjikan dan memberi peluang besar, dengan syarat pemerintah mampu membuat berbagai kebijakan yang dapat mendukung kegiatan pariwisata secara adil dan tanpa mengandung unsur diskriminasi didalamnya. 5 Kegiatan kepariwisataan tidak sedikit yang hukum atau kebijakannya mengacu pada prinsip hukum umum sehingga mengakibatkan keanehan dan bahkan bisa sampai merugikan pelaku-pelaku bisnis. 4 Aminuddin Ilmar, 2010, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Kuwais, Jakarta Timur, h. 263-264. 5 Ibid. h. 269-70. 4

Kegiatan atau obyek hukum yang memiliki karakter khusus seharusnya memiliki sistem hukum tersendiri pula agar dapat diperlakukan dengan lebih adil, rasional serta akurat. Kebijakan-kebijakan tersebut juga berkaitan erat dengan hubungan antara investor dengan penerima modal karena investor sebagai pemilik modal akan bersedia menanamkan modalnya di negara penerima modal jika negara penerima modal dapat memberikan kepastian hukum, perlindungan hukum, dan rasa aman bagi investor dalam berusaha. III. KESIMPULAN Dalam rangka pencapaian iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dalam kegiatan bisnis pariwisata, diperlukan langkah sebagai berikut: 1. Melakukan perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, dan memberikan kepastian hukum di bidang penanaman modal yang disesuaikan dengan sistem hukum investasi di Indonesia. 2. Melakukan perubahan kebijakan dalam hal pengembangan penanaman modal dengan membentuk satuan gugus pengendalian penanaman modal atau yang disebut dengan task force. DAFTAR PUSTAKA Wyasa Putra, Ida Bagus et. Al. 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, PT Refika Aditama, Bandung. Ilmar, Aminuddin, 2010, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Kuwais, Jakarta Timur. Marzuki, Peter Mahmud, 2005, Penelitian Hukum, Cet V, Kencana, Jakarta. Salim, HS, dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Simatupang, Violetta, 2009, Pengaturan Hukum Kepariwisataan Indonesia, PT Alumni, Bandung. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 5