Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN (ILLEGAL FISHING) SEBAGAI TINDAK PIDANA INTERNASIONAL DI PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

Heni Susila Wardoyo, S.H., M.H

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERIKANAN

Penenggelaman Kapal Asing dalam Upaya Perlindungan Sumber Daya Laut di Indonesia: Perspektif Hukum Indonesia dan Hukum Internasional 1

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

BAB III PENUTUP. bahwa upaya Indonesia dalam menangani masalah illegal fishing di zona

MEMPERKUAT MEKANISME KOORDINASI DALAM PENANGANAN ABK DAN KAPAL IKAN ASING

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. A. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. VMS/(Vessel Monitoring System) dihubungkan dengan Undang-

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASPEK LEGAL INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL IMPLEMENTASI PENGAWASAN SUMBERDAYA PERIKANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pencegahan Illegal Fishing di Provinsi Kepulauan Riau. fishing terdapat pada IPOA-IUU. Dimana dalam ketentuan IPOA-IUU

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hukum Laut Indonesia

LAPORAN AKHIR ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)

- l~ r C.r C. ~,J:: ')!; "f ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DYAH HARINI

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 69 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

KEBIJAKAN PENETAPAN ACCESS RIGHT DI ZEE INDONESIA

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB II PENGATURAN ILLEGAL FISHING DALAM HUKUM INTERNASIONAL. Dalam definisi internasional, kejahatan perikanan tidak hanya pencurian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

PENENTUAN TITIK TERLUAR DARI PULAU REKLAMASI BERDASARKAN UNCLOS 1982

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

ANALISIS PERATURAN DAERAH

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

luas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENCURIAN IKAN OLEH KAPAL ASING DIPERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF BERDASARKAN UNDANG-

BAB I PENDAHULUAN. ikan (illegal fishing) atau IUU (illegal, unregulated, and unreported fishing

Keywords: UNCLOS 1982, Laut Yuridiksi Nasional, Pembajakan dan Perompakan

PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara

Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA

PENEGAKAN YURISDIKSI TERITORIAL NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENCAPAIAN ASEAN PHYSICAL CONNECTIVITY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Laut yang pada masa lampau didasari oleh kebiasaan dan hukum

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia

NAVIGASI. Pengertian Lintas (Art. Art. 18 LOSC) SELAT SELAT REZIM HAK LINTAS. Dalam arti geografis: Dalam arti yuridis: lain.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING MELAKUKAN LINTAS DI ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA SKRIPSI

Oleh. Roberta Kristine. Anak Agung Ngurah Yusa Darmadhi. Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tidak semua negara bisa memilikinya, melainkan hanya dimiliki oleh negaranegara

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk masa depan bangsa, sebagai tulang punggung pembangunan

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bahan baku industri, kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya. 1

PENENGGELAMAN KAPAL ILLEGAL FISHING DI WILAYAH INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Transkripsi:

YURISDIKSI INDONESIA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN PENENGGELAMAN KAPAL ASING YANG MELAKUKAN ILLEGAL FISHING BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA Oleh : Kadek Rina Purnamasari I Gusti Agung Ayu Dike Widhyaastuti Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This writing aims to discuss the Jurisdiction of Indonesia in protecting its territorial sea of illegal fishing by foreign vessel. It applies normative legal research that uses with statutory and historical approaches. This paper will describe the sovereignty of Indonesia and the rights of coastal states according to United Nations Convention on the Law of the Sea. Conclusion can be drawn from this paper is the country legally enforceable, final and binding as a form of state sovereignty. Keywords : Jurisdiction, Foreign vessel, UNCLOS ABSTRAK Tulisan ini bertujuan membahas Yurisdiksi Indonesia dalam upaya melindungi wilayah lautnya dari penangkapan ikan secara ilegal dengan melakukan penenggelaman terhadap Kapal Asing. Tulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan historis. Tulisan ini akan menggambarkan kedaulatan negara Republik Indonesia dan hak negara pantai menurut United Nations Convention on the Law of the Sea. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan ini adalah Negara memiliki kekuatan hukum tetap, final dan mengikat sebagai wujud Kedaulatan Negara. Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penangkapan ikan secara ilegal yang terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh kapal-kapal asing marak terjadi di Indonesia. Dari 37 kapal asing, 17 diantaranyaberasal dari Vietnam, 11 kapal Filipina, 5 dari Thailand dan 2 dari Malaysia. 1 Pemerintah Indonesia kemudian menenggelamkan ratusan kapal yang terbukti melakukanpencurian 1 Anonim, 2015, Lagi, kapal-kapal asing pencuri ikan akan ditenggelamkan, Serial Online Agustus 2015, URL: www.bbc.com/indonesia/berita_indo. diakses tanggal 21 April 2016.

ikan di perairan Indonesia.Langkah tegas yang diambil oleh Pemerintah Indonesia tersebut memicu pro dan kontra masyarakat Internasional yang mempertanyakan legalitas kebijakan tersebut dari perspektif Hukum Internasional yang berlaku. Kebijakan penenggelaman kapal asing pencuri ikan di Indonesia dilakukan oleh pemerintah Indonesia ditinjau dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yakni tercantum dalam Pasal 64 ayat (4) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Apabila kapal asing penangkap ikan di perairan Indonesia terbukti melakukan illegal fishing, maka Indonesia sebagai Negara Pantai berhak menggunakan yurisdiksinya dalam mengambil keputusan dalam menjaga dan melindungi kekayaan laut teritorialnya dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Isu ini juga berkaitan dengan pengaturan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), Pasal 73 ayat (1) UNCLOS menentukan bahwa dalam melakukan penenggelaman terhadap kapal asing illegal fishing, negara pantai berhak melaksanakan hak berdaulatnya untuk melakukan proses peradilan sebagaimana diperlukan untuk menjamin peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan UNCLOS. Selain itu subyek yang dilindungi konvensi dalam hal ini adalah manusia dan bukan kapalnya. 2 Maka dari itu, dalam upaya Indonesia melakukan penenggelaman kapal sesuai dengan prosedur hukum nasional yang berlaku di Indonesia tidaklah bertentangan dengan hukum Internasional. Selain itu Pasal 21 (1) UNCLOS, secara tegas mengatur bahwa negara pantai bisa menetapkan hukum dan peraturan kegiatan lintas damai yang berkenaan dengan pencegahan pelanggaran hukum dan peraturan penangkapan ikan negara pantai. 3 1.2 Tujuan Artikel ini bertujuan untuk menganalisis hak yang dimiliki negara pantai dan Yurisdiksi Indonesia dalam menerapkan kebijakan penenggelaman kapal asing pencuri ikan berdasarkan UNCLOS.Berdasarkan uraian di atas, dengan pemberlakuan hukum yang berlaku secara Nasional di Indonesia yang tidak terlepas dari Hukum Internasional yang berlaku oleh negara-negara di dunia terkait dengan wilayah laut Negara dan upaya negara dalam membuktikan Kedaulatannya, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai kedaulatan Indonesia dan hak Negara Pantai menurut UNCLOS. 2 United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) Article 73 (2) dan 73 (3). 3 United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS,) Article 21 (1), (e).

II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Artikel ini merupakan penelitian hukum normatif yang dilakukanmenggunakan pendekatan perundang-undangan yang menganalisis instrumen hukum internasional yang relevan danpendekatan historis. Dalam menganalisis bahan-bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan dengan teknik deskripsi, teknik evaluasi dan teknik argumentasi. 4 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1. Hak Negara Pantai Menurut UNCLOS 1982 Negara pantai memiliki hak-hak berdaulat dan yurisdiksi khusus dalam pemanfaatan sumber daya alam ikan yang berada di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Sesuai dengan ketentuan Bab V UNCLOS yang mengatur ZEE, Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. 5 Dalam kaitannya dengan penegakan hukum perikanan di ZEE, Pasal 73 (1) UNCLOS mengemukakan bahwa negara pantai dalam melaksanakan hak-hak berdaulat di zona ekonomi eksklusifnya, dapat mengambil tindakan-tindakan seperti menaiki, memeriksa, menahan, dan melakukan penuntutan hukum, yang diperlukan untuk menjamin penataan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh negara pantai sesuai dengan UNCLOS. Oleh karena itu, negara pantai dapat memaksakan berlakunya peraturan perundangan terhadap pelanggaran oleh kapal-kapal perikanan asing yang melakukan penangkapan ikan tanpa izin di ZEE yang dimilikinya. Bagaimanapun, kewenangan untuk menaiki, memeriksa, menahan dan menjatuhkan hukumankepada pelaku pelanggaran tersebut diperlukan agar negara pantai mampu melaksanakan tindakan konservasi dan pengelolaansumber daya ikan di ZEE. 6 Dalam melaksanakan yurisdiksinya apabila terjadi pelanggaran oleh kapal asing yang melakukan illegal fishing di ZEE Indonesia. Pemerintah Indonesia dalam 4 Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 22-23. 5 Dikdik Mohamad, 2014, Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia, (Edisi Revisi), Refika Aditama, Bandung, h. 165. 6 Transform Aqorau, 2000, Illegal Fishing and Fisheries Law Enforcement in Small Island Developing States: The Pasific Islands Experience, The International Journal of Marine and Coastal Law, Vo. 15, No1, h. 40.

mengambil tindakan dibatasi oleh Pasal 73 ayat (2), (3), dan (4) UNCLOSseperti; pengembalian awak kapal dengan jaminan, hukuman yang tidak boleh mencakup pengurungan terhadap awak kapal, negara pantai harus melaporkan kepada Negara berbendera mengenai tindakan dan hukuman yang diambil. Upaya pembatasan ini dilakukan untuk tetap menjaga keseimbangan antara kepentingan negara pantai dan negara-negara penangkap ikan dengan menggunakan kapal berbendera asing. 2.2.2 Yurisdiksi Indonesia dalam Penenggelaman Kapal Asing Pencuri Ikan berdasarkan UNCLOS Kedaulatan dapat diartikan sebagai kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara dalam batas wilayahnya, yang meliputi wilayah darat, laut, dan udara. Kedaulatan Negara dibatasi oleh wilayah negara itu dan berlaku dalam batas-batas wilayahnya. Negara dikatakan sebagai subjek hukum internasional apabila memiliki batas-batas wilayah tertentu sebagai satu kesatuan geografis disertai dengan kedaulatan dan yurisdiksinya. 7 UNCLOS dijadikan acuan dalam pembentukan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan Dalam Pasal 69 ayat (4) undang-undang tersebut disebutkan bahwa:...penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Ketentuan ini memungkinkan penerapan sanksi pidana berupa penenggelaman kapal asing yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia dengan bukti permulaan yang cukup 8 melanggar peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia. Yurisdiksi Indonesia melakukan penenggelaman kapal asing illegal fishing di teritorial perairan Indonesia dibutuhkan guna meminimalisir illegal fishing secara besarbesaran, mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan baik itu dalam menjaga ekosistem laut Indonesia dan peluang bagi nelayan Indonesia dalam memanfaatkan ikan-ikan untuk memajukan perekonomian negara, serta dapat menimbulkan efek jera 7 Dikdik Mohamad, op.cit., h. 19. 8 Kapal perikanan berbendera asing tidak memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Ijin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), serta nyata-nyata mengangkut ikan di wilayah pengelolaan Perikanan NRI.

bagi pelaku kepentingan yang tidak bertanggung jawab. Jika ditinjau dari UNCLOS, Negara lain harus mentaati peraturan perundang-undangan yang dibuat negara pantai sepanjang itu tidak bertentangan dengan konvensi dan Hukum Internasional. 9 III. KESIMPULAN Negara Pantai memiliki kedaulatan terhadap sumber daya alam ikan yang berada di Zona Ekonomi Ekslusifnya sesuai dengan Bab V, Pasal 73, UNCLOS 1982 yang mengatur ZEE. Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang ZEE Indonesia, sehingga Indonesia memiliki hak-hak berdaulat untuk mengambil tindakan-tindakan hukum kepada kapal-kapal perikanan asing yang melakukan illegal fishing di wilayah perairannya.unclos 1982 dijadikan acuan dalam pembentukan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dalam penerapan sanksi Pidana berupa penenggelaman Kapal Asing yang melakukan illegal fishingdi perairan laut Indonesia yang tercantum dalam Pasal 69 ayat (4). DAFTAR PUSTAKA Dikdik Mohamad, 2014, Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia, (Edisi Revisi), Refika Aditama, Bandung. Malcolm, 2013, International Law, Edisi Keenam, Nusa Media, Bandung. Marie Jacobsen, 2000, Sovereignty at Sea Illusion or Reality, in R. A. Herr (ed): From Westphalia to Madrid. Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS, 1982). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang ZEE Indonesia. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. 9 United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) Article 58 (3).