Virnanda Adani*), Dina Rahayuning Pangestuti**), M.Zen Rahfiludin**)

dokumen-dokumen yang mirip
Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA KELUARGA PETANI (Studi di Desa Jurug Kabupaten Boyolali Tahun 2017)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaian Program Studi Stara 1 pada JurusanIlmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan.


Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI NARAPIDANA UMUM (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang Tahun 2016)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI RW 2 WILAYAH PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA REMAJA HAMIL USIA TAHUN (Studi pada Kelurahan Rowosari Kota Semarang)

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN TINGKAT KELUARGA DAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI BATITA DI DESA GONDANGWINANGUN TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

KECUKUPAN GIZI PROTEIN DAN ENERGI MAKAN SIANG SISWA DI TK TARUNA AL-QURAN YOGYAKARTA

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (TELUR REBUS DAN BUBUR KACANG HIJAU) TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

HUBUNGAN UMUR PENYAPIHAN DAN POLA ASUH MAKAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA USIA BULAN DI DESA PURWOSARI KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Tuti Rahmawati Prodi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

Transkripsi:

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Hubungan Makanan (Karbohidrat, Protein dan Lemak) dengan Status Gizi Bayi dan Balita (Studi pada Taman Penitipan Anak Lusendra Kota Semarang Tahun 2016) Virnanda Adani*), Dina Rahayuning Pangestuti**), M.Zen Rahfiludin**) *) Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang **) Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang Email : virnandaadani@gmail.com Abstract : Lusendra Day Care is one Day Care in Semarang City. Hour inpatient in Lusendra Day Care starting from 07.00 until 17.00. Different with other Day Care, Lusendra Day Care giving food to infants and toddlers as much as twice for infants and toddlers entrusted. Carbohydrates, proteins, and fats intake researched because energy needs carbohydrates, proteins and fats in large quantities. Energy will arise as a result of the burning of carbohydrates, proteins and fats. Purpose of this study was to analyze the relationship intake of carbohydrates, protein and fat with nutritional status of infants and toddlers in Lusendra Day Care. This study used observational research with crosssectional approach. The sampling technique used is total sampling infants and toddlers in Lusendra Day Care, namely three babies and fourteen toddlers. Data analysis using Pearson and Spearman Rank. The results showed Day Care carbohydrate intake accounted for 63% in the adequacy of the day, protein intake accounted for 60% in the adequacy of the day and fat intake accounted for 53% in the adequacy of the day. There is a relationship between carbohydrate intake in Day Care with the nutritional status of infants and toddlers (W/H) with pvalue=0.014. There is no relationship between protein intake and fat intake in Day Care with the nutritional status of infants and toddlers (W/A, H/A). There is no relationship between carbohydrate intake, protein intake and fat intake in Day Care with the nutritional status of infants and toddlers (W/A, H/A, W/H). There is no relationship between total carbohydrate intake, total protein intake and total fat intake with the nutritional status of infants and toddlers (W/A, H/A, W/H). It is advisable to hold periodic measurements of nutritional status every 1 or 2 months. Keywords : Carbohydrate Intake in Day Care, Protein Intake in Day Care, Fat Intake in Day Care, Nutritional Status PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan anak pada dasarnya dimulai sejak dalam kandungan dan berlangsung cepat sampai dengan usia empat tahun. Perkembangan intelegensia mencapai 20% pada usia 2 tahun, 50% pada usia 4 tahun, 80% pada usia 8 tahun dan 100% pada usia 261

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm 17 tahun. Dengan demikian usia sampai dengan empat tahun merupakan usia yang sangat penting dan cepat dalam perkembangan intelegensia anak. 1 Setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari. 2 Status Gizi bayi dan balita erat hubungannya dengan pertumbuhan anak, oleh karena itu perlu alat ukur untuk mengetahui adanya kekurangan gizi pada anak. Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum dan tidak spesifik. TB/U dinyatakan dalam tinggi badan normal, pendek dan sangat pendek. Indikator lain yang digunakan untuk menilai status gizi balita adalah BB/TB, yang menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam jangka waktu pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Indikator BB/TB digunakan untuk menyatakan kurus, sangat kurus dan gemuk. 4 Faktorfaktor yang mempengaruhi asupan makanan ke status gizi bayi dan balita adalah pendidikan, pengetahuan gizi, pola asuh, kebiasaan makan, kebersihan makanan, daya beli makanan, dan penyakit infeksi. 5,6, 7 Prevalensi anak balita di Provinsi Jawa Tengah dengan status gizi buruk 4,1 persen, gizi kurang 13,5 persen dan gizi lebih 3,5 persen; dengan status gizi sangat pendek 16,8 persen dan pendek 19,9 persen dan dengan status gizi sangat kurus 4,5 persen, kurus 6,6 persen dan gemuk 12 persen. Prevalensi gizi kronis 36,7 persen dan prevalensi gizi akut 11,1 persen. 8 Dari 100% perempuan di Indonesia didapatkan 97,25% adalah perempuan bekerja. 9 Perilaku ibu dalam pemberian makanan kepada balita juga dipengaruhi oleh status pekerjaan ibu. Ibu yang memiliki jenis pekerjaan berat maka akan mengalami kelelahan fisik. 10 Jika ibu kelelahan, maka ibu akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anaknya, baik itu kebutuhan fisik, psikis maupun asupan makanan bergizi seimbang. Oleh sebab itu, banyak ibu yang menitipkan anaknya di taman penitipan anak saat ia sedang bekerja. Taman Penitipan Anak adalah wahana asuhan kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya tidak punya waktu untuk memberikan pelayanan 262

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm kebutuhan pada anaknya karena bekerja atau sebab lainnya. 11 Taman Penitipan anak merupakan satuan PAUD. PAUD Holistik Integratif adalah upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terikat secara simultan, sistematis, terintegrasi dan berkesinambungan. Layanan paud HI idealnya dilaksanakan terpusat, artinya semua layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan dan perlindungan anak dilakukan dalam satu tempat yakni satuan PAUD. 12 Penelitian yang dilakukan oleh Jose Augusto Taddei, dkk di Kota S.Paulo, Brazil tahun 2000, dimulai pada bulan keempat anak yang hadir di Taman Penitipan Anak, persentase anak yang berisiko terkena malnutrisi secara signifikan berkurang dibandingkan dengan baseline. Taman Penitipan anak diperkotaan dirasa efektif dalam memberikan zat gizi yang lebih baik untuk anakanak. 13 Peneliti mengambil asupan makronutrien karena karbohidrat, protein dan lemak merupakan sumber utama yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh energi. Energi akan timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. 3 Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Taman Penitipan Anak Lusendra, diketahui bahwa dari awal anak dititipkan pengasuh tidak mengetahui status gizi anak yang dititipkan. Bayi dan balita yang dititipkan di Taman Penitipan Anak Lusendra diberi makan sebanyak 2x. Berbeda dengan Taman Penitipan Anak lainnya yang memberikan makanan pada sebanyak 1x. Jam inap di Taman Pentipan Anak Lusendra dimulai dari jam 7.00 hingga jam 17.00. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian observasional melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah totalsampling. Sampel berjumlah 3 bayi dan 14 balita. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, dan status gizi. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner,food weighing 2 hari tidak berurutan dan food recall 2 hari tidak berurutan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan Pearson. 263

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Variabel Penelitian Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur dan Jenis Kelamin Bayi dan Balita Karakteristik Balita N % a. Umur Balita Bayi (111 bulan) 3 18 Balita (14 thn,11 bln) 14 82 b. Jenis Kelamin Lakilaki 12 71 Perempuan 5 29 Total 17 100,0 Tabel 1 menunjukkan, balita yang dititipkan di Taman Penitipan Anak Lusendra sebagian besar berusia lebih dari 3 tahun. Usia tertua yaitu 4 tahun dan usia termuda yaitu 4 bulan. Ratarata umur balita adalah 2,47 tahun. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu dan Pengetahuan Gizi Ibu Bayi dan Balita N % Pendidikan Terakhir Ibu SMA 5 29 D3 5 29 S1 6 35 S2 1 6 Pengetahuan Gizi Ibu Kurang 5 29 Baik 12 71 Total 17 100,0 Tabel 2 menunjukkan, sebagian besar pendidikan terakhir ibu dari balita yang diteliti adalah tamat S1, sedangkan pengetahuan gizi sebagian besar ibu balita(71%) adalah baik.. Pendidikan terakhir seluruh pengasuh balita di Taman Penitipan Anak Lusendra adalah tamat SMA, sedangkan pengetahuan gizi seluruh pengasuh balita adalah baik. Makanan a. KH Luar Day Care Dalam Day Care Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Balita di Rumah Kebiasaan Makan N % Kurang baik 3 21 Baik 11 79 Total 14 100,0 Distribusi frekuensi kebiasaan makan balita selama dirumah diperoleh melalui kuesioner yang ditanyakan kepada 14 orang tua balita, sedangkan untuk 3 orang tua bayi, hanya menanyakan frekuensi minum susu bayi dalam sehari, frekuensi makan makanan tambahan dalam sehari, dan untuk melihat makanan tambahan seperti apa yang diberikan oleh orang tua bayi kepada bayi. Ratarata kebiasaan makan balita dirumah adalah baik. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Infeksi Balita Total N % N % N % Kurang (<80%) 16 94 15 88 3 18 Baik (80100%) 0 0 2 12 9 53 Lebih (>100%) 1 6 0 0 5 29 b. Protein Kurang (<80%) 13 76 2 12 1 6 Baik (80100%) 4 23 10 58 0 0 Lebih (>100%) 0 0 5 29 16 94 c. Lemak Kurang (<80%) 17 100 17 100 7 42 Baik (80100%) 0 0 0 0 6 35 Lebih (>100%) 0 0 0 0 4 23 264

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Varia bel Ratarata Asupa n % Total Asupa n Riwayat Penyakit N % Infeksi Ya 7 41 Tidak 10 59 KH Day Care Prot ein 99, 92 27,36 Lem ak 23,3 1 Tabel 4 menunjukkan, sebagian besar balita selama 1 minggu terakhir tidak mengalami sakit. Balita yang mengalami sakit selama seminggu terakhir, disebabkan karena balita terkena penyakit batuk dan pilek, gabakan, infeksi paruparu, infeksi lambung, diare dan radang ginjal. Tabel 5 Distribusi Kecukupan Karbohidrat, dan Lemak Balita Non Day Care Prot Lem KH ein ak 58, 26 18,54 20,4 8 63 37 % 60% 53% % 40% 47% Total 17 100,0 Frekuensi Protein Tabel 5 menunjukkan, ratarata asupan karbohidrat, protein dan lemak bayi dan balita selama dirumah adalah kurang, ratarata asupan karbohidrat, protein dan lemak selama berada di Taman Penitipan Anak adalah kurang. karbohidrat, protein dan lemak total(dalam sehari) adalah gabungan dari asupan karbohidrat, protein dan lemak yang dikonsumsi bayi dan balita dirumah ditambahkan di Taman Penitipan Anak. karbohidrat total sebagian besar balita adalah baik. protein total pada sebagian besar bayi dan balita melebihi AKG, dan lemak sebagian besar bayi dan balita adalah kurang. Tabel 6 Ratarata Persen Sumbangan Karbohidrat, Protein dan Lemak Balita Tabel 6menunjukkanTaman Penitipan Anak menyumbang karbohidrat, protein dan lemak lebih banyak daripada saat anak berada di luar Taman Penitipan Anak (rumah). Hal tersebut dikarenakan anak mengkonsumsi makanan yang lebih banyak pada saat anak di Taman Penitipan Anak. Tabel 7Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi dan Balita Status Gizi N (%) a. BB/U Kurang 0 0% Baik 17 100% Lebih 0 0% b. TB/U Pendek 0 Normal 15 88% Tinggi 0 12% c. BB/TB Kurus 2 12% Normal 15 88% Gemuk 0 0% Total 17 100% Tabel 7 menunjukkan bahwa, seluruh bayi dan balita yang dititipkan di Taman Penitipan Anak Lusendra memiliki status gizi (BB/U) yang baik, dengan z score terendah adalah 1,96 dan tertinggi adalah 1,82. Status gizi (TB/U) pada sebagian besar bayi dan balita adalah normal, dengan zscore 265

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Variabel terendah adalah 1,39 dan tertinggi adalah 2,32. Status gizi (BB/TB) pada sebagian besar balita adalah normal, dengan zscore terendah adalah 2,76 dan tertinggi adalah 1,3. 2. Analisis Hubungan Variabel Bebas dengan Terikat Tabel 8 Uji Korelasi Antara Variabel Variabel Penelitian N R hit. KH 17 0,118 0,653 Protein Lemak KH di TPA Protein di TPA Lemak di TPA Pengetahuan Gizi Ibu Pengetahuan Gizi Pengasuh Kebiasaan Makan Balita KH di Rumah Protein di Rumah Lemak di Rumah 17 0,015 BB/U TB/U BB/TB p R p R p value hit. value hit. value 0,355 0,162 0,392 0,119 17 0,333 0,191 17 0,458 0,064 17 0,169 0,516 17 0,176 0,498 17 0,012 Hubungan Antara Karbohidrat dengan Status Gizi Hasil uji statistik menunjukkan nilai p pada uji hubungan asupan karbohidrat total (dalam sehari) dengan status gizi adalah p=0,653 pada BB/U, p=0,162 pada TB/U dan p=0,119 pada BB/TB, maka dapat diinterpretasikan bahwa asupan karbohidrat total (dalam sehari) tidak berhubungan dengan status gizi bayi dan balita. 0,955 0,26 0,314 0,012 0,964 0,091 0,115 0,098 0,103 0,965 0,168 0,519 4 0,258 0,742 0,775 0,225 0,729 0,311 0,225 0,66 0,583 0,014* 0,708 0,045 0,863 0,694 0,3 0,242 0,131 0,258 0,617 0,742 14 0,116 0,694 0,157 0,593 0,070 0,811 17 17 0,093 0,142 0,722 0,586 17 0,137 0,599 0,203 0,446 0,056 0,434 0,127 0,626 0,072 0,087 0,740 0,830 0,225 0,384 Nilai p pada uji hubungan asupan karbohidrat di TPA dengan status gizi BB/U dan TB/U adalah p=0,064 dan p=0,66, sedangkan pada BB/TB nilai p=0,014, maka dapat diinterpretasikan bahwa asupan karbohidrat di TPA berhubungan dengan status gizi bayi dan balita (BB/TB), dan tidak berhubungan dengan status gizi bayi dan balita (BB/U dan TB/U). karbohidrat di TPA adalah asupan karbohidrat selama bayi dan balita berada di Taman Penitipan Anak. karbohidrat bayi dan balita di Taman Penitipan Anak sebagian besar masih kurang, hal tersebut dikarenakan balita mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 2x, yaitu pada saat makan besar. karbohidrat dalam sehari pada sebagian besar balita (53%) sudah baik. karbohidrat dalam sehari didapatkan dari total asupan balita selama dirumah ditambah asupan karbohidrat balita selama di Taman Penitipan Anak. Berdasarkan hasil food weighing dan recall 2x24 jam, diperoleh hasil bahwa sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi bayi dan balita adalah nasi, roti dan bubur. Konsumsi makanan yang beranekaragam dapat mengurangi resiko kekurangan zat gizi tertentu pada seseorang. 14 Ada 266

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm hubungan antara asupan karbohidrat di TPA dengan status gizi (BB/TB) pada penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian serupa yang pernah dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dengan responden siswasiswi SMP Muhammadiyah 1, menunjukkan bahwatidak ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi. 15 Hubungan Antara Protein dengan Status Gizi Hasil uji statistik hubungan antara asupan protein dengan status gizi, menunjukkan nilai p=0,955 pada BB/U, p=0,314 pada TB/U, dan p=0,964 pada BB/TB maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi bayi dan balita. Uji statistik hubungan asupan protein di TPA dengan status gizi didapatkan nilai p=0,516 pada BB/U, p=0,708 pada TB/U, dan p=0,863 pada BB/TB, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein TPA dengan status gizi (BB/U, TB/U dan BB/TB). Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian serupa yang pernah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomut Kota Manado dengan Responden anak usia 13 tahun, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan protein dengan BB/U dan TB/U, namun tidak terdapat hubunganantara asupan protein dengan BB/TB. 16 protein di TPA adalah asupan protein selama bayi dan balita berada di Taman Penitipan Anak. protein bayi dan balita di Taman Penitipan Anak sebagian besar sudah cukup baik. Hal tersebut dikarenakan balita banyak mengkonsumsi makanan yang berasal dari protein hewani sehingga memberikan sumbangan konsumsi protein yang cukup baik. protein dalam sehari pada sebagian besar balita (94%) adalah berlebih. protein dalam sehari didapatkan dari total asupan protein selama dirumah ditambah asupan protein balita selama di Taman Penitipan Anak. protein yang sudah cukup pada saat di Taman Penitipan Anak ditambah asupan protein dirumah menyebabkan kelebihan asupan protein dalam sehari pada anak. Tidak adanya hubungan asupan protein dengan status gizi kemungkinan disebabkan karena asupan protein dalam sehari pada sebagian besar balita melebihi AKG yang dianjurkan, yang dikarenakan balita banyak mengkonsumsi makanan yang bersumber dariproteinhewani, seperti susu, telur, ayam, tempe, bakso dan 267

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm ikan. Protein hewani memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan susu biasanya dipakai sebagai standar nilai gizi protein. 17 Hubungan Antara Lemak dengan Status Gizi Berdasarkan analisis data menggunakan uji Rank Spearman dan Pearson pada uji hubungan asupan lemak total dengan status gizi bayi dan balitadiperoleh nilai p=0,191 pada BB/U, p=0,729 pada TB/U, dan p=0,225 pada BB/TB, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi bayi dan balita. Uji statistik hubungan asupan lemak TPA dengan status gizi didapatkan nilai p=0,498 pada BB/U, p=0,694 pada TB/U, dan p=0,242 pada BB/TB, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi.hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan responden anak usia 57 tahun yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecukupan lemak dengan indeks BB/U dan TB/U. 18 lemak TPA adalah asupan lemak selama bayi dan balita berada di Taman Penitipan Anak. lemak seluruh bayi dan balita di Taman Penitipan Anak adalah kurang. lemak dalam sehari pada sebagian besar balita (42%) adalah kurang. lemak dalam sehari didapatkan dari total asupan lemak balita selama dirumah ditambah asupan lemak balita selama di Taman Penitipan Anak. lemak yang kurang dikarenakan sayuran dan lauk pauk yang dikonsumsi balita mengandung lemak yang sedikit, karena sayuran dan lauk pauk kebanyakan direbus. Tidak adanya hubungan antara asupan lemak dengan status gizi kemungkinan karena peneliti menggunakan desain cross sectional yang melihat variabel penelitian dalam satu waktu, dan karena kandungan lemak yang sedikit pada lauk pauk, sehingga kandungan lemak pada susu kurang mencukupi kebutuhan lemak dalam sehari. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. karbohidratbalita dalam sehari sebanyak 47% adalah baik, sedangkan asupan karbohidrat selama di TPA sebanyak 88% adalah kurang. b. protein balita dalam sehari sebanyak 94% adalah lebih, sedangkan asupan 268

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm protein balita selama di TPA sebanyak 58% adalah baik. c. lemak balita dalam seharidan selama di TPA sebagian besar adalah kurang. d. Seluruh balita yang dititipkan di TPA Lusendra berstatus gizi baik dan sebagian besar berstatus gizi normal. e. Tidak ada hubungan asupan karbohidrat total dengan status gizi bayi dan balita. f. Tidak ada hubungan asupan protein total dengan status gizi bayi dan balita. g. Tidak ada hubungan asupan lemak total dengan status gizi bayi dan balita. h. Ada hubungan asupan karbohidrat TPA dengan status gizi BB/TB, dengan nilai p=0,014 dan tidak ada hubungan asupan karbohidrat TPA dengan status gizi BB/U, TB/U. i. Tidak ada hubungan asupan protein TPA dengan status gizi bayi dan balita. j. Tidak ada hubungan asupan lemak TPA dengan status gizi bayi dan balita. 2. Saran a. Disarankan untuk Taman Penitipan Anak dan Ibu Balita untuk menerapkan Pedoman Gizi Seimbang. b. Disarankan adanya komunikasi antara Ibu Balita dengan Taman Penitipan Anak mengenai lauk yang disajikan agar kebutuhan asupan protein tidak hanya dicukupi dari protein hewani, tapi juga dari protein nabati. c. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti tentang faktorfaktor lain yang mempengaruhi status gizi, tidak hanya asupan karbohidrat, protein dan lemak. DAFTAR PUSTAKA 1. Eva. Makanan Suplemen Pada Anak. 2008. www.pediatrik.com. diakses tanggal 10 November 2015 2. Soetjiningsih, dr. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002 3. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002 4. Istiany Ari, R. Gizi Terapan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2013 5. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Pengantar Pangan 269

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya, 2000 6. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2001 7. Adnani, H. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Bedika, 2011 8. Riskesdas Provinsi Jateng. Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Tengah 2013. Cetakan Pertama, 3 Desember 2013. Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013 9. Badan Pusat Statistika. Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia. Jakarta: BPS Indonesia, 2012 10. Dyah, A.S. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Status Gizi Balita Usia 13 Tahun Didesa Lencoh Wilayah Kerja Puskesmas Selo Boyolali. Publikasi Penelitian. Boyolali: Akbid Estu Utomo, 2008 11. Asmawati, Luluk, dkk. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universita Terbuka, 2011 12. Direktorat Pembinaan PAUD. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Holistik Integratif di Satuan PAUD. Jakarta, 2015 13. Taddei, Jose Augusto, dkk. Nutritional Gains of Underprevileged Children Attending a Day Care Center in San Paulo City, Brazil: a Nine Month Followup Study, 2000 14. Peraturan Menteri Kesehatan No 41 tahun 2014 bab II Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta, 2014 15. Rinanti, Oky S. Hubungan Zat Gizi Makro dan Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Status Gizi SiswaSiswi di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah, 2014 16. Mamahit, D., dkk. Hubungan Antara Energi dan Protein dengan Status Gizi Anak Usia 13 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomut Kota Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 2014 17. Widjaja, M.C. Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Jakarta: Kawan Pustaka, 2008 18. Regar, E., dkk. Hubungan Kecukupan Energi dan Makronutrien dengan Status Gizi 270

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (ejournal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 23563346) http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Anak Usia 57 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur. Jurnal Kedokteran Universitas Indonesia, 2012 271