METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan Penelitian. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Rancangan Percobaan Metode Penelitian Koleksi Blastosis

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

PERKEMBANGAN PRAIMPLANTASI EMBRIO PARTENOGENETIK MENCIT (MUS MUSCULUS ALBINUS) DENGAN PERLAKUAN TRICHOSTATIN A DAN SCRIPTAID PADA MEDIUM AKTIVASI

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Fertilisasi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

PRODUKSI DAN KULTUR IN VITRO EMBRIO KLONING DAN EMBRIO PARTENOGENETIK MENCIT. Abstract

PEMANFAATAN SEL KUMULUS PADA MEDIUM KULTUR IN VITRO EMBRIO MENCIT TAHAP SATU SEL

Lampiran 1. Jumlah Zigot yang Membelah >2 Sel pada Hari Kedua

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

BAB III METODE PENELITIAN

DIAN KURNIAWATI M

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

TINJAUAN PUSTAKA. Superovulasi. Perkembangan Embrio Praimplantasi

Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA. Transfer Inti Sel Somatis

Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

PRODUKSI EMBRIO KLONING MENCIT DENGAN PENAMBAHAN SCRIPTAID PADA APLIKASI TRANSFER INTI SEL SOMATIS. Abstract

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.

Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Volume 14, Nomor 4, Oktober 2006 Artikel Penelitian:

II. METODELOGI PENELITIAN

Perkembangan Praimplantasi Embrio Mencit dengan Materi Genetik yang Berasal dari Parental, Maternal, dan Inti Sel Somatik

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN

PRODUKSI EMBRIO KLONING MENCIT DENGAN PENGEMBANGAN TEKNIK TRANSFER INTI SEL SOMATIS HARRY MURTI


PENGARUH PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPIN (PMSG) PADA MATURASI DAN FERTILISASI IN VITRO OOSIT KAMBING LOKAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

PENGEMBANGAN METODE KULTUR EMBRYONIC STEM CELLS DARI EMBRIO HASIL FERTILISASI DAN PRODUKSINYA DARI EMBRIO PARTENOGENETIK MENCIT THOMAS MATA HINE

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH INJEKSI PGF2α DENGAN HORMON PMSG PADA JUMLAH KORPUS LUTEUM, EMBRIO DAN JUMLAH ANAK KELINCI

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

LEMBAR KERJA KEGIATAN 8.3

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

Perlakuan Superovulasi Sebelum Pemotongan Ternak (Treatment Superovulation Before Animal Sloughter)

KRIOPRESERVASI DENGAN VITRIFIKASI GANDA PADA TAHAP PERKEMBANGAN ZIGOT DAN DILANJUTKAN PADA TAHAP BLASTOSIS CANDRANI KHOIRINAYA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

Kelahiran Anak Sapi Hasil Fertilisasi secara in Vitro dengan Sperma Hasil Pemisahan

Kata kunci: Sindroma Ovarium Poli Kistik, Folikulogenesis, Fertilisasi in vitro, viabiitas embrio

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

BAB 3 METODE PENELITIAN

Perbandingan Angka Fertilitas dan Hambatan Perkembangan Embrio Mencit yang Dikultur dalam Medium M16 dan Human Tubal Fluid

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

TINJAUAN PUSTAKA Radiasi Gelombang Elektromagnetik

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. pengamatan mulai dari Bulan April hingga Bulan Juli Persiapan alat dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun

BAB III METODE PENELITIAN

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

Produksi Parthenogenetik Blastosis Mencit Sebagai Sumber Stem Cell Ratih Rinendyaputri, Uly Alfi Nikmah

PEMBAHASAN Pengaruh Efek Whitten terhadap Siklus Estrus dan Perkawinan pada Mencit

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

Transkripsi:

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2011 s.d. Februari 2012. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Embriologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi dan UPT Hewan Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan mencit (Mus musculus albinus) betina sebanyak 32 ekor dan jantan sebanyak 4 ekor berumur 8-10 minggu. Metode Penelitian Prosedur kerja penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Superovulasi b. Koleksi sel telur c. Koleksi embrio fertilisasi d. Aktivasi partenogenetik e. Kultur in vitro f. Evaluasi embrio Superovulasi Superovulasi dilakukan dengan menyuntikkan hormon Pregnant Mare s Serum Gonadotropin (PMSG, Folligon, Intervet, Netherlands) 5 IU secara intraperitoneal untuk menstimulasi folikulogenesis. Kemudian 46-48 jam setelahnya dilakukan penyuntikan hormon human Chorionic Gonadotropin (hcg, Chorulon, Intervet, Netherlands) 5 IU secara intraperitoneal untuk menginduksi ovulasi. Koleksi Sel Telur Koleksi sel telur dilaksanakan pada 14-18 jam setelah penyuntikan hcg (Otaegui et al. 1999). Koleksi sel telur dilakukan dengan cara menyayat ampula

tuba Falopii. Sel telur diletakkan dalam cawan petri dan dicuci sebanyak tiga kali dalam medium M2 (Hogan et al. 1994). Sel telur yang masih dikelilingi oleh selsel kumulus ditempatkan dalam kombinasi M2 dengan hyaluronidase 0,02% dan diinkubasi selama 5-10 menit hingga ikatan antara sel kumulus terlepas dan sel telur dapat dikoleksi. Sel telur yang telah terlepas dari Cumulus Oocyte Complexes (COC) dipindahkan ke dalam medium CZB tanpa glukosa kemudian diinkubasi dalam inkubator CO 2 5% dengan suhu 37 o C selama 10-20 menit. Kemudian sel telur yang ada dihitung jumlahnya dan diamati sel telur berkualitas baik dan kurang baik. Sel telur yang berkualitas baik (viable), ditunjukkan dengan keadaan sitoplasma bulat dengan granulasi yang homogen sedangkan sel telur berkualitas kurang baik ditunjukkan dengan keadaan sitoplasma yang fragmentasi atau degenerasi (Rumiyati 2001). Koleksi Embrio Fertilisasi Mencit betina yang telah dilakukan superovulasi digabungkan dengan mencit jantan dengan perbandingan 1:1. Identifikasi mencit betina yang telah melakukan perkawinan dengan mencit jantan dilakukan dengan memeriksa sumbat vagina (vaginal plug) 15-18 jam setelah penyuntikan hcg (Hine 2009). Koleksi embrio dilakukan pada hari kedua setelah penyuntikan hcg dengan mencacah tuba Falopii di dalam medium M2 menggunakan bantuan mikroskop stereo. Embrio yang telah membelah menjadi dua sel atau lebih dimasukkan ke dalam cawan petri dan dicuci sebanyak tiga kali dalam medium Chatot Ziomec Bavister (CZB) tanpa glukosa. Aktivasi Partenogenetik Aktivasi partenogenetik menggunakan kombinasi medium CZB tanpa Ca 2+ dan Mg 2+ dengan cytochalasin B (Sigma, C6762, St. Louis, MO, USA) 5 µg/ ml dan strontium chlorida (SrCl 2 ) (Sigma, 255521, St. Louis, MO, USA) 10 mm (Murti et al. 2009). Aktivasi dilakukan dengan tiga jenis perlakuan: 1) menggunakan medium aktivasi tanpa HDACi, 2) kombinasi medium aktivasi dengan TSA 5 nm, 3) kombinasi medium aktivasi dengan scriptaid 5 nm. Sel telur dipindahkan ke dalam medium tetes sebanyak 50 µl pada masing-masing

perlakuan tersebut kemudian diinkubasi selama 6 jam dalam inkubator CO 2 5% dengan suhu 37 o C. Kultur In Vitro Embrio yang telah teraktivasi dari masing-masing medium dipindah ke medium CZB tanpa glukosa untuk kontrol positif, kombinasi CZB tanpa glukosa dengan TSA untuk perlakuan pertama, dan kombinasi CZB tanpa glukosa dengan scriptaid untuk perlakuan kedua kemudian diinkubasi selama 4 jam (Kishigami et al. 2006) dalam inkubator CO 2 5% dengan suhu 37 o C. Setelah itu, embrio dikultur pada medium CZB tanpa glukosa dalam medium tetes sebanyak 50 µl yang disiapkan dalam cawan petri 35 mm (Falcon 3002) dan ditutupi dengan mineral oil (Sigma; M8410) (Haydar et al. 2001). Medium tetes tersebut diekuilibrasi dalam inkubator CO 2 5% dengan suhu 37 o C selama semalam sebelum dimasukkan embrio. Embrio dikultur hingga mencapai tahap 2-8 sel. Setelah 48 jam, embrio yang telah membelah tersebut dipindah ke dalam medium CZB glukosa dalam medium tetes sebanyak 50 µl yang disiapkan dalam cawan petri 35 mm (Falcon 3002) dan ditutupi dengan mineral oil (Sigma; M8410) hingga tahap blastosis. Embrio hasil fertilisasi normal dikultur pada medium CZB tanpa glukosa dalam medium tetes sebanyak 50 µl yang disiapkan dalam cawan petri 35 mm (Falcon 3002) dan ditutupi dengan mineral oil (Sigma; M8410) (Haydar et al. 2001). Embrio dikultur hingga mencapai tahap blastosis. Evaluasi Embrio Evaluasi embrio dilakukan di bawah mikroskop inverted. Evaluasi pertama yaitu mengamati pembentukan pronukleus pada 0 jam setelah aktivasi kemudian dicatat jumlah embrio yang tidak membentuk pronukleus, membentuk 1 pronukleus, 2 pronukleus, lebih dari 2 pronukleus, serta immadiately cleavage. Hal serupa dilakukan pula pada 4 jam setelah aktivasi. Selanjutnya, embrio yang telah dikultur selama 24 jam diamati perkembangannya hingga 48 jam berikutnya.

Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Penelitian ini terdiri atas kelompok fertilisasi in vivo (kontrol negatif), kelompok aktivasi partenogenetik tanpa HDACi (kontrol positif), dan kelompok aktivasi partenogenetik dengan HDACi (perlakuan). Kelompok kontrol negatif adalah embrio yang dihasilkan dari proses fertilisasi normal secara in vivo. Kelompok kontrol positif adalah embrio yang dihasilkan dari proses aktivasi secara in vitro menggunakan medium aktivasi tanpa disertai penambahan HDACi. Kelompok perlakuan adalah embrio yang dihasilkan dari proses aktivasi secara in vitro menggunakan medium aktivasi dengan disertai penambahan HDACi. Perlakuan pertama yaitu dengan penambahan TSA dan perlakuan kedua yaitu dengan penambahan scriptaid. Penelitian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Respon yang diamati adalah viabilitas embrio sejak aktivasi hingga kultur. Viabilitas embrio meliputi kelangsungan hidup berdasarkan morfologis embrio dan keberhasilan perkembangan setiap tahapan embrio. Perkembangan tahapan embrio ini dinilai dari kemampuan embrio membentuk pronukleus setelah aktivasi. Perkembangan selanjutnya diamati setelah 24 dan 48 jam pada kontrol positif dan perlakuan sedangkan pada kontrol negatif dilakukan setelah 48 dan 72 jam. Perkembangan embrio yang diamati mulai dari tahap pembelahan (cleavage) (2 sel, 4 sel, dan 8 sel), morula, dan blastosis. Kelompok Kontrol negatif Kontrol positif Perlakuan Fertilisasi Aktivasi tanpa HDACi Aktivasi dengan TSA Aktivasi dengan scriptaid Gambar 5 Diagram kelompok penelitian

Superovulasi Isolasi tuba falopii Koleksi sel telur 6 jam dalam medium aktivasi (kontrol positif) 4 jam dalam CZB tanpa glukosa 6 jam dalam medium aktivasi + TSA (perlakuan 1) (perlakuan 4 jam dalam CZB tanpa glukosa + TSA 6 jam dalam medium aktivasi + scriptaid (perlakuan 2) 4 jam dalam CZB tanpa glukosa + scriptaid Kultur dalam CZB tanpa glukosa hingga 8 sel (24 jam) Kultur dalam CZB glukosa hingga blastosis (24 jam) Gambar 6 Diagram rancangan penelitian aktivasi embrio partenogenetik Gambar 7 Diagram rancangan penelitian embrio fertilisasi

Analisis Data Data pembentukan pronukleus dan perkembangan embrio disajikan dalam bentuk persentase dan dianalisis dengan sidik ragam (Anova). Perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji perbandingan berganda Duncan (DMRT, Duncan Multiple Range Test). Perhitungan statistik dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS ver. 16.0.