Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

dokumen-dokumen yang mirip
Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera dalam Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera

PENATAAN KORIDOR RIMBA

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Disampaikan Pada Acara :

TATA RUANG LAHAN GAMBUT

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

STRUKTUR RUANG DAN POLA RUANG RTR KEPULAUAN MALUKU DAN RTR PULAU PAPUA

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA STRATEGIS

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

Kementerian Kelautan dan Perikanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

Profil Tata Ruang. Provinsi Jambi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

Transkripsi:

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011

1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan RTR Pulau Sumatera terhadap Peta Jalan Menuju Penyelamatan Ekosistem Sumatera (al: RIMBA) dalam RTR Pulau Sumatera 2

1. Progress Legalisasi Raperpres RTR Pulau Sumatera a. Kesepakatan 10 Gubernur Di Pulau Sumatera (Oktober 2009- Februari 2010) dan Kesepakatan 17 Esselon I Tim Pelaksana BKPRN (Mei Agustus 2010). b. Penyampaian Raperpres RTR Pulau Sumatera dari Menteri PU kepada Presiden dengan tembusan Menteri Koordinator Perekonomian dan Sekretariat Kabinet RI (Oktober 2010). c. Sidang BKPRN Tingkat Kementerian (25 Januari 2011) d. Pembahasan harmonisasi dengan Setkab RI (Februari Juni 2011) e. Diperkirakan 1 (satu) s.d. 2 (dua) Bulan Raperpres RTR Pulau Sumatera dapat di Legalisasi

2. KONSEPSI TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI RTR PULAU SUMATERA Kebijakan Pembangunan Nasional: - RPJP/RPJMN - RTRWN - Sektor/Bidang Isu Global: - Perubahan Iklim - Krisis pangan - Krisis energi ISU-ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN WILAYAH PULAU/KEPULAUAN : a... b... c... S W O T TUJUAN PENGEMBANGAN WILAYAH PULAU/KEPULAUAN: a... b... c... KEBIJAKAN STRATEGI STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN STRUKTUR DAN POLA RUANG NASIONAL Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan

Data Spasial Tematik Ekosistem Penting (salah satu Pertimbangan dalam RTR Pulau Sumatera) Sebaran Tutupan Hutan Alami. Kawasan Kunci Keanekaragaman Hayati Kawasan penting bagi Burung Sebaran Badak Sumatera Sebaran Gajah Sumatera Sebaran Orangutan Sumatera Masukan Terhadap RTR Pulau Sumatera Sebaran Harimau Sumatera DAS Kritis 6789 12345 Sebaran Lahan Gambut di Sumatera

KETENTUAN UMUM KEDUDUKAN, PERAN, DAN FUNGSI PENATAAN RUANG TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG RENCANA STRUKTUR DAN POLA RUANG PULAU STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN (SOP) STRUKTUR RUANG Sistem Perkotaan Nas Sistem Jar Transportasi Nas Sistem Jar Energi, Telekom, SDA (S I S T E M) POLA RUANG Kaw Lindung Nas Kaw Budidaya Nas Fungsional Kaw Perkotaan Fungsional Jar. Jalan Nas Fungsional Jar Jalur Kereta Api Fungsional Jar ASDP Fungsional Pelabuhan Fungsional Bandar Udara Fungsional Jar. Energi Fungsional Jar Telekomunikasi Fungsional Wilayah Sungai Fungsional Kaw Lindung Nas. Fungsional Kaw Andalan I N D I V I D U ARAHAN PEMANFAATAN RUANG: INDIKASI PROGRAM UTAMA 5 TAHUNAN ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KOORDINASI DAN PENGAWASAN

1. terwujudnya pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan secara seimbang di Bagian Barat dan Bagian Timur Pulau Sumatera; 2. terciptanya kemandirian energi dan lumbung energi; 3. terciptanya swasembada dan lumbung pangan nasional; 4. terwujudnya kawasan pariwisata berdaya saing internasional di wilayah Bagian Barat dan Bagian Timur Sumatera; 5. terwujudnya pusat industri pengolahan berbasis daya saing global; 6. terwujudnya kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen; 7. terwujudnya kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah; 8. terkendalinya perkembangan kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, dan kawasan rawan bencana; 9. terwujudnya kawasan perkotaan di pesisir Timur dan pesisir Barat Pulau Sumatera sebagai pusat pertumbuhan baru; 10. terwujudnya akses pelayanan infrastruktur antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi dengan memperhatikan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana alam; dan 11. terciptanya percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan negara India, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan (security) negara, kesejahteraan masyarakat (prosperity), dan kelestarian lingkungan hidup (sustainability).

TUJUAN 7: Terwujudnya Kelestarian Kawasan Keanekaragaman Hayati Hutan Tropis Basah KEBIJAKAN 1: KEBIJAKAN 2: pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah STRATEGI: 1. melestarikan kawasan konservasi keanekaragaman hayati hutan tropis basah; dan 2. mengembangkan pusat penelitian keanekaragaman hayati hutan tropis basah dunia. pengembangan penghubung antarkawasan berfungsi konservasi STRATEGI: 1. menetapkan koridor ekosistem kawasan suaka alam dan pelestarian alam; 2. mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya yang dilintasi koridor ekosistem 3. melarang keberadaan dan pengembangan kawasan permukiman yang dilintasi koridor ekosistem; 4. mengembangkan infrastruktur hijau.

Rencana Jalan Penyelamatan Ekosistem (penting) Sumatera Aspek yang diakomodasi dalam RTR Pulau Sumatera yaitu : 1.Ekologis (kawasan lindung), 2.Ekonomi (kawasan budidaya), 3.Sosial (permukiman), Melalui: (i) Penetapan kawasan berfungsi lindung seluas 40% dari luasan pulau, baik berupa: a) Hutan konservasi (32,2%) maupun b) Hutan lindung sebagai bagian Jaringan ekosistem (7.8%), keduanya sekaligus berfungsi sebagai habitat bagi ekosistem penting Sumatera (ekosistem gajah, harimau, orang utan, burung, badak,) keanekaragaman hayati kunci, daerah aliran sungai, lahan gambut. (ii) Prinsip pembangunan berkelanjutan : 1. Pengembangan kawasan budidaya yang berbasis sumberdaya alam (40,1%) 2. Penetapan koridor penghubung berfungsi lindung antar kawasan konservasi dengan fungsi untuk memberikan akses beraktifitas bagi ekosistem penting di atas, bagian dari jaringan ekosistem (19,5%).

Pengaturan spesifik dalam RTR Pulau Sumatera terhadap koridor penghubung antar kawasan konservasi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya yang dilintasi koridor penghubung; 2. Melarang keberadaan dan pengembangan kawasan permukiman yang dilintasi koridor penghubung; 3. Mengembangkan infrastruktur hijau yang dilintasi koridor penghubung.

Kawasan Koridor Ekosistem Penting RIMBA (Riau-Jambi-Sumatera Barat) Pengelolaan kawasan koridor RIMBA : Salah satu rencana aksi dari Rencana Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera Koridor kawasan koridor RIMBA ini terdiri dari 1. kawasan hutan konservasi (TN Kerinci Seblat, TN Berbak, CA Maninjau Utara, CA Pangean, CA Bukit Bungkuk, CA Cempaka, SM Bukit Rimbang Baling, dan TWA Sungai Bengkal), 2. Hutan lindung, dan 3. koridor penghubungnya (hutan lindung dan kawasan budidaya). Kawasan RIMBA ini meliputi : 1. 18 kabupaten/kota dalam 3 provinsi (Riau, Jambi, dan Sumatera Barat), dengan luas lebih dari 4 juta hektar. 2. Kawasan konservasi (suaka alam, cagar alam,dan taman nasional) = 1,2 jt hektar, Hutan lindung = 0,61 juta hektar Hutan produksi = 1,3 juta Budidaya lainnya = 0,85 juta hektar (Lihat Peta dan Luasan Kawasan RIMBA).

Strategi Operasionalisasi Perwujudan kawasan Rimba: Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung lainnya pada Pasal 47 pasal 7 point b: mempertahankan, melestarikan, dan mengembangkan kawasan koridor bagi jenis satwa yang dilindungi serta mengendalikan pengembangan kegiatan budi daya yang dilintasi koridor ekosistem antara lain: Koridor RIMBA (Riau-Jambi-Sumatera Barat) yang menghubungkan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling, Cagar Alam Batang Pangean I-Cagar Alam Batang Pangean II, Taman Nasional Kerinci Seblat, Suaka Margasatwa Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Berbak, Cagar Alam Maninjau Utara, Cagar Alam Bukit Bungkuk, Cagar Alam Cempaka, dan Taman Wisata Alam Sungai Bengkal sebagai koridor satwa Gajah, Harimau, dan Burung;

Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pelestarian Kawasan Lindung Nasional No. Nama Kawasan Lindung 1. Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling (Riau) 2. Cagar Alam Batang Pangean I (Sumatera Barat) Strategi Operasionalisasi a. Melestarikan kawasan bagi habitat Harimau Sumatera dan orang utan b. Mereboisasi/merestorasi secara bertahap seluruh kawasan yang rusak dengan vegetasi alaminya/ekosistem aslinya c. Memberikan insentif-disinsentif bagi kegiatan budi daya komersial untuk merelokasi kegiatannya ke luar kawasan lindung d. Merelokasi dengan segera kegiatan-kegiatan budi daya komersial (Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan Besar) yang berlokasi pada lahan yang berkemiringan lebih besar atau sama dengan 40% (empat puluh persen) a. Melestarikan kawasan bagi habitat Harimau Sumatera b. Mengembangkan fasilitas pendukung kegiatan penelitian c. Mempertahankan bentuk bentang alam kawasan d. Mempertahankan luasan dan tutupan vegetasi e. Menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat/lokal yang berada di zone penyangga dengan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan f. Menetapkan kawasan-kawasan penyangga di sekitar kawasan cagar alam

Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pelestarian Kawasan Lindung Nasional No. Nama Kawasan Lindung 3. Taman Nasional Kerinci Seblat 4. Cagar Alam Bukit Bungkuk Strategi Operasionalisasi 1. Mempertahankan luasan kawasan taman nasional serta tutupan dan jenis vegetasi alami serta merestorasi kawasan yang rusak sesuai dengan ekosistem aslinya 2. Merelokasi dengan segera kegiatan-kegiatan budi daya komersial (Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan Besar) yang berlokasi pada lahan yang berkemiringan lebih besar atau sama dengan 40% (empat puluh persen) 3. Melestarikan habitat badak, Harimau Sumatera, dan gajah 4. Memanfaatkan zona pemanfaatan bagi kegiatan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, pendidikan dan atau kegiatan penunjang budidaya 5. Memelihara zona rimba untuk melindungi area inti dari dampak negatif kegiatan masyarakat 6. Menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat/lokal yang berada di zone penyangga dengan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan taman nasional 7. Mempertahankan bentuk bentang alam kawasan taman nasional 8. Mendorong peran serta masyarakat untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari jasa lingkungan sebagai upaya pelestarian kawasan taman nasional 1. Melestarikan kawasan bagi habitat gajah dan Harimau Sumatera 2. Mempertahankan luasan tutupan dan jenis vegetasi alami dan merestorasi kawasan yang rusak sesuai dengan ekosistem aslinya 3. Mengembangkan fasilitas pendukung kegiatan penelitian 4. Mempertahankan bentuk bentang alam kawasan cagar alam 5. Mempertahankan luasan dan tutupan vegetasi 6. Mengendalikan perluasan permukiman masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan cagar alam 7. Menetapkan kawasan-kawasan penyangga di sekitar kawasan cagar alam 8. Mendorong peran serta masyarakat untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari jasa lingkungan sebagai upaya pelestarian kawasan cagar alam

INDIKASI PROGRAM UTAMA SUMBER PENDANAAN (*) INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN I II III IV 2010-2014 2015-2019 2020-2024 2025-2027 Pengembangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling Cagar Alam Pangean I Taman Nasional Kerinci Seblat Cagar Alam Bukit Bungkuk Kementerian Kehutanan Kementerian Kehutanan Kementerian Kehutanan Kementerian Kehutanan

Kawasan Kawasan Lindung Fungsi Strategi Operasionalisasi/Program I (2010-2014) Tahapan 5 Tahunan II (2015-2019) III (2020-2024) V (2025-2027) Insta nsi Pelak sana Sumbe Biaya Taman Nasional Kerinci Seblat Taman Nasional Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional RTRWN 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5.. Rehabilitasi Taman Nasionalyang telah terdegradasi RTR PULAU a. merestorasi kawasan yang rusak sesuai dengan ekosistem aslinya b. Merelokasi dengan segera kegiatan-kegiatan budi daya komersial (Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan Besar) yang berlokasi pada lahan yang berkemiringan lebih besar atau sama dengan 40% (empat puluh persen) c. Melestarikan habitat badak, Harimau Sumatera, dan gajah d. Memanfaatkan zona pemanfaatan bagi kegiatan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan pengembangan yang...........

Terima Kasih