mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDIDIKAN KONSERVASI TENTANG FUNGSI KAWASAN HUTAN PADA MASYARAKAT PEGUNUNGAN MULLER KALIMANTAN TENGAH JHON PITER MANALU NRP: E

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI LAMPIRAN A. Tabulasi Focus Group Discussion di Desa Batu Tangkui Kecamatan Kahayan Hulu Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Profil Wilayah Heart Of Borneo

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada

Oleh. Firmansyah Gusasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. hutan memiliki 3 fungsi utama yang saling terkait satu sama lain, yakni fungsi

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat hutan pegunungan sangat rentan terhadap gangguan, terutama yang berasal dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan manusia seperti pengambilan hasil hutan berupa kayu dan bukan kayu yang berlebihan (MacKinnon et al. 2000). Walaupun secara prinsip hutan memiliki banyak fungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, ekologi, budaya dan spiritual bagi generasi sekarang dan yang akan datang (Sumarwoto 2008) namun pengambilan sumber daya hutan bukan kayu seperti gaharu, damar, madu dan rotan yang berlebihan tanpa memperhitungkan suksesi atau kesinambungan jenis tanaman tersebut, akan mengancam keberadaannya menuju kepunahan (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Salah satu kawasan yang mengalami pengambilan sumber daya hutan bukan kayu yang berlebihan adalah Pegunungan Muller-Schwanner di Kalimantan Tengah, tetapi hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai dampak kerusakan hutan terhadap masyarakat yang memiliki ketergantungan tinggi pada hutan (Uluk et al. 2001) di kawasan ini. Pegunungan Muller-Schwanner adalah kawasan yang tepat berada ditengah-tengah Pulau Kalimantan yang merupakan gudang plasma nutfah dan ditetapkan sebagai kawasan pengelolaan lestari dan cagar biosfer. Kawasan ini menyimpan banyak keanekaragaman hayati yang sebagian besar belum dikaji manfaat dan kegunaannya dalam bidang ilmu terapan (LIPI 2005). Berdasarkan penelitian LIPI antara tahun 2003-2004 diketahui sedikitnya terdapat 1100 jenis tumbuhan dan 682 jenis hewan dengan jenis endemik sebanyak 11 jenis burung, 14 jenis ikan, 6 jenis primata dan 10 jenis mamalia (LIPI 2005). Sebelum kondisi krisis keanekaragaman hayati terjadi sebagai akibat dari tekanan kegiatan manusia maka perlu segera dilakukan upaya pelestarian atau konservasi (Primack et al. 1998) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan masyarakat sekitarnya (Harini dan Masy ud 2004). Salah satu langkah yang harus dilakukan guna mendukung kesinambungan ekonomi masyarakat sekaligus menghindari kepunahan jenis adalah dengan

2 mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003). Menurut Margoluis dan Salafsky (1998) beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi kawasan adalah: 1) faktor langsung, 2) faktor tidak langsung dan, 3) pengaruh faktor lainnya. Salah satu faktor langsung yang mempengaruhi kondisi kawasan hutan Pegunungan Muller adalah masyarakat sekitar hutan. Kawasan ini sejak dahulu sudah menjadi penyanggah kehidupan penduduk sekitarnya dan seiring pertambahan penduduk setelah pemekaran wilayah kabupaten dan kecamatan serta peningkatan kebutuhan manusia pada masa kini, mengakibatkan kawasan ini menjadi tujuan eksploitasi. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan perburuan dan pengambilan langsung hasil hutan berupa kayu dan bukan kayu oleh masyarakat setempat dan pendatang baru juga meningkat. Intensitas eksploitasi sumberdaya hutan yang semakin meningkat menyebabkan menurunnya masa istirahat lahan yang berakibat pada menurunnya kualitas hasil panen dan menurunnya daya dukung lahan (wawancara FGD 2008). Salah satu kelompok yang paling rentan terhadap efek pengelolaan lingkungan hutan adalah masyarakat yang tinggal di kawasan hutan. Pengetahuan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan diwariskan secara turun-temurun yang biasanya diikuti dengan aturan yang bertujuan mempertahanankan fungsi sumberdaya hutan dan sungai untuk menjamin hasil hutan berupa bahan makanan dan buruan terus-menerus mudah didapatkan (Uluk et al. 2001). Dengan menurunnya keanekaragaman hayati sebuah kawasan maka semakin rendah pula daya dukung kawasan terhadap kehidupan (Soerjani et al. 2008). Membangun sebuah kemitraan dalam pengelolaan sumberdaya lingkungan hidup akan melibatkan banyak kelompok seperti pemerintah, akademisi, LSM, dunia usaha dan masyarakat serta kelompok komunikator. Kemitraan yang terbangun hanya dapat dipertahankan dengan proses komunikasi yang menyambungkan seluruh kelompok yang terlibat dan sistem yang dibangun dapat dikomunikasikan dengan baik untuk melakukan identifikasi, penentuan masalah dan penyelesaian serta pemilihan strategi yang akan diwujudkan oleh tiap kelompok (Djajadiningrat 2001). Penerimaan sebuah kelompok pada kelompok

3 lain tergantung pada persepsi yang timbul dalam pemikiran setiap kelompok yaitu, persepsi adalah proses yang dilalui untuk menerima, memilah, mengorganisir dan menafsirkan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti tentang sesuatu hal (Andreasen 1995; Weinreich 1999; Kotler et al. 2006). Pemerintah menyadari bahwa kerusakan lingkungan hidup (hutan) dan penyusutan keanekaragaman hayati di Indonesia harus segera diatasi. Keterbatasan pemerintah dalam pendanaan, luasan dan perbedaan karakteristik kawasan, maka pemerintah mengupayakan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan konservasi. Guna mendorong peranserta masyarakat dalam konservasi, pemerintah melaksanakan berbagai kegiatan yang berdayaguna dan berhasil guna (UU No. 5 Tahun 1990, pasal 37 butir 1). Upaya tersebut hanya dapat dilakukan dengan pola keterbukaan dalam perwujudan peran dan hak masyarakat sekitar sumberdaya (hutan) dalam pengelolaannya. Penguatan kontrol masyarakat hanya dapat diwujudkan melalui partisipasi dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya tersebut (Primack et al. 1998). Guna mempertahankan keanekaragaman hayati yang dimiliki kawasan ini maka perlu dilakukan suatu upaya bersama masyarakat setempat untuk melestarikan sumberdaya alam hutan Pegunungan Muller dengan gerakan penyadaran. Salah satu bentuknya adalah kegiatan pendidikan konservasi dengan metode kampanye konservasi melestarikan alam. Program kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kawasan dan mendorong perubahan perilaku masyarakat dari pengumpul hasil hutan menjadi kelompok pelaku budidaya tanaman yang memiliki nilai ekonomi sekaligus mendorong pemantapan fungsi ekologis, hidrologis dan budaya masyarakat setempat. Jenis komoditi ini menjadi tumpuan ekonomi masyarakat lokal sejak abad ketujuh (Mackinon 2000). Gaharu adalah salah satu sumber mata pencaharian masyarakat lokal yaitu masyarakat Dayak (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Motif ekonomi yang juga terbangun bersama program kampanye konservasi melalui kegiatan budidaya tanaman lokal diharapkan menjadi insentif bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati secara terus-menerus.

4 1.2. Perumusan Masalah Penelitian Pegunungan Muller yang terletak di tengah-tengah jantung Borneo adalah satu dari sedikit kawasan hutan hujan tropika yang tersisa di Indonesia. Topografi kawasan ini didominasi daerah pegunungan tinggi dengan kemiringan terjal. Hutan dalam kawasan pegunungan Muller dan sekitarnya sepantutnya dilindungi karena berperan sebagai fungsi cadangan air di masa yang akan datang. Kawasan ini terletak di tiga provinsi yaitu provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah yang menjadi menara air tidak hanya bagi ketiga provinsi tersebut di atas tetapi juga negara tetangga Sabah dan Sarawak. Hampir semua sungai-sungai besar di Kalimantan berhulu dari Pegungungan Muller ini seperti Sungai Barito, Sungai Kahayan, Sungai Kapuas dan Sungai Mahakam. Di samping itu kawasan Pegunungan Muller menyimpan kekayaan biodiversitas dan misteri alam yang belum banyak terungkap. Hal ini menjadi alasan dalam pengusulan kawasan Pegunungan Muller menjadi Alam Warisan Dunia (LIPI 2005). Guna mendorong pengelolaan suatu kawasan hutan alam yang memiliki biodiversitas tinggi secara terus menerus, dibutuhkan tidak hanya informasi dan data mengenai keanekaragaman hayati dan fungsi kawasan saja. Diperlukan dukungan dari masyarakat sekitar kawasan yang menjadi kelompok paling berkaitan langsung. Kajian sosial masyarakat, terutama yang berkaitan dengan aktifitas pengelolaan kawasan oleh masyarakat setempat perlu digali dan didorong untuk menghindari konflik kepentingan dalam mengelola kawasan. Kelompok masyarakat Dayak di kawasan ini sejak abad ke 7 telah melakukan berbagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya kawasan berupa sumber daya hutan kayu dan non kayu (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang telah mengenal berbagai jenis tumbuhan hutan di sekitar kawasan mereka, sebagian juga telah mengenal berbagai jenis tanaman berkayu bermanfaat. Sebagian besar belum dibudidayakan (wild-species), setengah dibudidayakan (semi-cultivated species) dan dibudidayakan sepenuhnya (cultivated species). Jenis tumbumhan yang dibudidayakan didominasi jenis pohon penghasil buah-buahan yang sebagian

5 besar juga dikombinasikan dengan tanaman dan hewan yang bermanfaat tersebar di bekas lahan ladang atau di sekitar perkampungan (Arifin et.al 2003) Pengetahuan tentang pemanfaatan jenis pohon dan tumbuhan hutan yang didapat secara turun-temurun terlihat dari kemampuan masyarakat mengenali jenis tumbuhan yang berguna bagi mereka dengan sistem penamaan yang berbeda pada tiap tingkatan umur tumbuhan tertentu. Berbagai jenis pohon dan tumbuhan yang berada di hutan, telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan seperti pemenuhan kebutuhan domestik rumah tangga dan kegiatan upacara adat yang menggunakan kayu khusus dan dinyatakan sebagai kayu adat seperi ulin (Eusyderoxylin swageri), rotan (Daemonorops sp). Ketergantungan masyarakat lokal di kawasan Pegunungan Muller terhadap sumberdaya hutan sangat tinggi, hal ini terlihat dari kondisi perekonomian masyarakat yang sangat tergantung dari kegiatan mengumpulkan hasil hutan seperti kayu, gaharu dan komoditi yang bernilai ekonomis lainnya. Tingginya permintaan pasar dan meningkatnya harga komoditi hasil hutan, mendorong peningkatan intensitas kegiatan perburuan hasil hutan yang berakibat pada penurunan keanekaragaman hayati kawasan Pegunungan Muller. Usaha budidaya tanaman yang dilakukan masyarakat Dayak di kawasan ini umumnya didominasi jenis tanaman padi dan buah-buahan seperti durian, rambutan, cempedak yang dilakukan di ladang dan pekarangan rumah mereka. Kegiatan pelestarian jenis tanaman oleh masyarakat lokal hanya pada jenis tanaman yang berperan dalam kegiatan budaya adat dan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu dapur. Meskipun kehidupan ekonomi mereka sangat tergantung pada jenis tanaman lokal yang sudah semakin sulit didapatkan, namun belum terpikirkan cara untuk membudidayakannya. Pada penelitian ini permasalahan yang dikaji adalah 1) tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap fungsi kawasan hutan selain fungsi ekonomi dalam mendukung kegiatan konservasi di kawasan Pegunungan Muller sesudah dan sebelum kampanye konservasi. 2) Faktor-faktor yang mendorong masyarakat menerima atau menolak kegiatan konservasi kawasan hutan sesudah dan sebelum kampanye konservasi.

6 1.3. Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir penelitian didasarkan pada kondisi hutan di kawasan Pegunungan Muller setelah penetapan kawasan ini menjadi bagian dari kawasan pengelolaan lestari HoB (Heart of Borneo). Untuk mendorong peran serta masyarakat dalam mendukung program ini maka diperlukan peningkatan pengetahuan masyarakat lokal tentang kawasan dan fungsinya bagi mereka dan orang lain yang tinggal di luar kawasan Jantung Borneo. Dengan peningkatan pengetahuan terkait fungsi kawasan maka diharapkan timbul sikap untuk mendukung program ini dan selanjutnya akan dapat mendorong perubahan perilaku menjadi mendukung kegiatan pelestarian sekaligus memberikan umpan balik berupa insentif ekonomi dalam kegiatan pengelolaan kawasan yang memiliki nilai ekonomi bagi mereka. Keberadaan hutan bagi masyarakat setempat sebetulnya sangat penting, karena hutan bagi mereka bukan hanya sekedar karena peran ekologis, tetapi lebih jauh merupakan bagian dari kehidupannya. Kawasan hutan Pegunungan Muller yang memiliki sumberdaya dan keanekaragaman hayati berlimpah sebagai penyokong kehidupan masyarakat lokal mendapatkan tekanan yang terus-menerus baik oleh masyarakat sekitar dan luar kawasan yang mengakibatkan fungsi dan hasil sumberdaya yang dimiliki kawasan menurun. Pendidikan konservasi melalui aktifitas kampanye konservasi bangga melestarikan alam diharapkan mampu mendorong peningkatan pengetahuan, kepedulian dan peran serta masyarakat pada kawasan ini. Meskipun mereka sadar akan arti penting hutan dalam kehidupannya, namun mereka belum tahu betul cara mengelola hutan secara berkelanjutan. Untuk mendorong peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat secara positif terhadap kawasan dilakukan kegiatan-kegiatan yang dibangun bersama masyarakat dengan mengadopsi kepentingan ekonomi, sosial dan budaya setempat. Implementasi kampanye konservasi adalah dengan menggunakan teknik pemasaran sosial dengan menekankan pada pesan konservasi hutan di kawasan ini guna mendukung kehidupan masyarakat sekitar kawasan dan luar kawasan maka disusun sebuah konsep berfikir seperti yang terlihat pada Gambar 1.

7 Gambar 1. Alur pemikiran kegiatan penelitian kampanye konservasi. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui dan mengkaji pengetahuan masyarakat tentang fungsi kawasan hutan Pegunungan Muller sebelum kampanye konservasi. 2. Mengetahui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang fungsi kawasan hutan sebelum dan setelah kampanye konservasi. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan penerimaan atau penolakan masyarakat Dayak dalam kegiatan konservasi sumberdaya kawasan hutan. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi semua pihak yang terkait pengelolaan kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah untuk membangun dukungan masyarakat dalam Program Konservasi Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) dengan pendekatan pemasaran sosial. Penelitian ini juga diharapkan menjadi informasi dan kajian baru bagi pelaksanaan kegiatan pendidikan konservasi dimasa yang akan datang dari aspek sosial dan budaya lokal masyarakat Dayak.