PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Mahesa Kale 1), Sri Astutik 2), Rif ati Dina 2) 1) Mahasiswa Program S1 Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember 2) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember Email: mahesa.imoet@gmail.com Abstract The goals of this research were to examine the differences of physic achievement between using TPS (Think,Pair,Share)Model with skill based process and conventional model, and to describes the ability of students' science process skills in the learning physics during TPS (Think,Pair,Share) Model. The kind of this study was true experiment by using control group pre test-post test design. The sample of this research was the students of class X at Kencong 1 Senior High School. The data were collected by observation, documentation, student worksheet, test, and interview. The analysis result that the student s ability of cognitive processes of students in the learning physics during TPS (Think,Pair,Share) Model with skill based process include in good category is equal to 83,4%, the student s physics achievement by use TPS (Think,Pair,Share) Model with skill based process is able to increasing, and the student s achievement by use TPS (Think,Pair,Share) Model with skill based process is better than conventional model. Keyword: TPS (Think,Pair,Share), Skill Process. PENDAHULUAN Fisika adalah bagian dari sains (IPA) yang pada hakikatnya adalah kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam prosesnya (Wirtha dan Rapi, 2008). Proses pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika, tetapi juga mengajar siswa berpikir konstruktif melalui fisika sebagai Keterampilan Proses Sains (KPS), sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai produk. Rapi (2008) menyatakan bahwa di kalangan siswa menengah, telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari fisika dengan senang hati, merasa terpaksa. Dalam hal ini perubahan proses belajar mengajar diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika, salah satunya dengan cara menggunakan pembelajaran yang banyak mengandung ketrampilan ketrampilan tertentu seperti ketrampilan dalam mengambil keputusan, ketrampilan dalam menganalisis data, berfikir secara logis, sistematis serta ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan. Sehingga pembelajaran akan lebih mengacu kepada siswa dan siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar Hal ini dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton, kurangnya keterlibatan siswa 233
Mahesa, Penerapan Ketrampilan Proses Sains...234 dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM), serta pembelajaran lebih bersifat teacher-centered yaitu guru hanya menyampaikan fisika sebagai produk dan siswa menghafal informasi aktual. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang mereka peroleh. Ketrampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah merupakan bagian dari sains itu sendiri, sehingga sangat strategis untuk dikembangkan. Walaupun menduduki posisi strategis dalam setiap kurikulum, implementasinya di lapangan tidak sesuai dengan harapan. Kondisi ini disebabkan oleh guru guru pendidikan dasar dan menengah kurang memahami hakekat pengembangan Ketrampilan Proses Sain dan enggan melakukannya (Suja, 2006) Seorang pendidik perlu menerapkan suatu model pembelajaran dimana siswa dituntut untuk ikut andil atau aktif dalam pembelajaran, tidak hanya aktif tetapi juga bisa menggali potensi yang ada pada diri siswa tersebut. Salah satu model yang melibatkan keaktifan siswa dan juga dapat menggali potensi dapa diri siswa adalah model kooperatif tipe Think Pair Share. TPS merupakan sebuah model yang sederhana tetapi sangat berguna yang dikembangkan oleh frank lyman dari maryland university. Ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa duduk berpasangan dalam kelompoknya, siswa diberi suatu pertanyaan. Lalu siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing masing pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir, siswa membagi jawaban kepada seluruh siswa dikelas (Muhammad Thonroni dan Arif Mustofa 2011 : 298) Penerapan pendekatan ketrampilan proses sains melalui model pembelajaran Think Pair Share adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa dapat bekerja untuk menemukan jawaban dari hasil berfikirnya sendiri maupun dengan kerja sama dalam kelompoknya dengan menggunakan alat praktikum sehingga terciptanya nuansa ketrampilan proses sains dalam kelas, sehingga siswa dapat mengungkap masalah terhadap masalah yang diberikan guru atau menemukan fakta-fakta, konsep-konsep, dan teori-teori dengan ketrampilan proses dan sikap ilmiahnya di bawah pengawasan guru. Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika menggunakan pendekatan Ketrampilan Proses Sains melalui Model Think Pair Share dengan model konvensional dalam pembelajaran fisika di SMA?, Bagaimana Ketrampilan Proses Sains siswa dengan penerapan Pendekatan Ketrampilan Proses Sains melalui Model Think Pair Share dalam pembelajaran fisika di SMA?. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji perbedaan hasil belajar fisika menggunakan pendekatan ketrampilan proses sains melalui Model Think Pair Share dengan model konvensional di SMA dimana model konvensional yang dimaksud adalah direct instruction, Mendeskripsikan pendekatan ketrampilan proses sains siswa selama pembelajaran dengan penerapan pendekatan ketrampilan proses sains melalui Model Think Pair Share Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang cara meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa, model TPS (Think Pair Share) dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran dalam proses pembelajaran fisika di kelas, dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian sejenis. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan tempat penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive sampling area. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kencong. Responden penelitian ditentukan setelah dilakukan uji homogenitas. Penentuan sampel penelitian dengan cluster random sampling. Rancangan penelitian menggunakan control group pre-test post-test design. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, penilaian unjuk kerja, tes, dan wawancara. Teknik analisis data untuk mempresentasikan skor untuk masing-masing aspek kognitif proses yang diamati dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. P k = P x 100 % N
235 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No.2, September 2013, hal 233-237 Kriteria kognitif proses sains dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Ketrampilan Proses Sains Interval Kriteria 75% Skor < 100% Baik 55% Skor < 75% Cukup Baik 40% Skor < 55% Kurang Baik Skor < 40% Tidak Baik (Widayanto, 2009 ) Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dihitung dengan menggunakan uji Independent samples t test pada SPSS 16 (Turhendradi, 2010:114-115). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kencong pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 mulai tanggal 03 April 2013 sampai dengan 12 April 2013. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X yaitu kelas X-1, X-3, X-6, X-7 dan X-8. Setelah itu, dilakukan uji homogenitas dengan maksud untuk menguji keseragaman variasi sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dari data yang diperoleh pada uji homogenitas menggunakan SPSS 16, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,32, jika dikonsultasikan dengan pedoman pengambilan keputusan yaitu 0,032 lebih besar daripada α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas X-1, X-3, X-6, X- 7 dan X-8 SMA Negeri 1 Kencong bersifat homogen. Selanjutnya penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan cluster random sampling. Penetapan kelas yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik undian. Adapun kelas yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X-6 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X- 1 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran menggunakan pendekatan ketrampilan proses sains melalui model TPS. Sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran seperti biasa yang dilakukan oleh guru pengajar pada kelas tersebut yaitu menggunakan model pembelajaran direct instruction. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi Perpindahan Kalor dan pembelajaran dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data KPS ( Ketrampilan Proses Sains) siswa diperoleh dari hasil analisis jawaban pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Gambaran mengenai KPS siswa dari hasil analisis jawaban LKS pada pertemuan I, II, dan III ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.. Gambar 1. Diagram Hasil Penilaian Kognitif Proses Siswa Pada Kelas Eksperimen Berdasarkan Gambar 1 diperoleh informasi bahwa kognitif proses siswa kelas eksperimen dari hasil penilaian LKS tergolong dalam kategori baik Persentase rata-
Mahesa, Penerapan Ketrampilan Proses Sains...236 rata kognitif proses siswa tiap aspek dari pertemuan I, II, dan III yaitu merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mencatat hasil pengamatan, menganalisis data, dan menarik kesimpulan, secara berurutan 91,2%, 79,7%, 91,9%, 85,8%, dan 93,2% Sedangkan persentase keterampilan proses sains rata rata totalnya adalah 88,56% dan apabila persentase keterampilan proses siswa tersebut disesuaikan dengan kriteria keterampilan proses siswa maka tergolong dalam kategori baik. Untuk mengetahui perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dianalisis menggunakan uji t yaitu independent sampel t test. Adapun hipotesis statistik dari uji t adalah sebagai berikut : H 0 = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa menggunakan Pedekatan Ketrampilan Proses Sains Melalui Model TPS di SMA. H a = Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa menggunakan Pedekatan Ketrampilan Proses Sains Melalui Model TPS di SMA. Berdasarkan hasil perhitungan uji t dengan menggunakan bantuan SPSS 16 nilai signifikasi yang diperoleh sebesar 0,001 menunjukkan bahwa nilainya kurang dari 0,05 atau 0,001 < 0,05. Maka sesuai dengan pedoman pengambilan keputusan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H o ) ditolak dan hipotesis alternatif (H a ) diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa antara menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Sains Melalui Model TPS dengan yang tidak menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Sains Melalui Model TPS. PEMBAHASAN Permasalahan pertama dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menjawab permasalahanan kedua ini, dilakukan dengan cara menganalisis perbedaan hasil belajar fiska dari nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan meggunakan uji t yaitu independen sample t test. Hasil penelitian dan analisis data menggunakan SPSS 16.00 dapat dilihat pada lampiran F halaman 83. Hasil yang diperoleh menunjukkan hipotesis kerja (H a ) diterima. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa antara menggunakan keterampiln proses sains dengan model think pair share dengan yang menggunakan model konvensional. Perbedaan hasil belajar fisika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dikarenakan penerapan model pembelajaran TPS disertai dengan ketampilan proses sains pada kelas eksperimen dapat menanamkan konsep pada diri siswa melalui praktikum. Adanya praktikum siswa dapat menemukan jawaban atas masalah yang diberikan oleh guru sehingga muncul lah kertampilan proses sains siswa sedangkan di kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini, model pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran yang biasa diterapkan ditempat penelitian yaitu SMA Negeri 1 kencong. Model pembelajaran yang sering digunakan di SMA Negeri 1 Kencong adalah model pembelajaran direct instruction dimana Guru sebagai pusat pembelajaran atau yang biasa disebut dengan TCL (Teacher Center Learning). Permasalahan kedua dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa setelah menggunakan keterampilan proses sains dengan menggunakan model think pair share. Berdasarkan hasil penilaian jawaban pada Lembar kerja Siswa (LKS), kelas eksperimen tergolong dalam kategori baik. Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan pengambilan data dari hasil penilaian jawaban pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Analisis data menunjukkan bahwa tiap keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen tergolong dalam kategori baik. Persentase keterampilan proses sains siswa tiap pertemuan berturut-turut adalah 88,02%, 90,28%, dan 89,24%. Data tersebut menunjukkan bahwa ketrampilan Proses Sains siswa selama pembelajaran menggunakan keterampilan proses sains dengan menggunakan model think pair share termasuk dalam kategori baik. Sedangkan persentase keterampilan proses sains siswa rata rata totalnya adalah 88,56% dan termasuk dalam kategori baik. Dikarenakan pada model think pair share ini memberikan banyak waktu siswa untuk berfikir dan pola berdiskusi dengan pasangannya sehingga
237 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No.2, September 2013, hal 233-237 anak akan membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui diskusi sehingga mereka akan lebih memahami konsep fisika yang dimiliki. Persentase Ketrampilan Proses Sains Siswa yang tertinggi adalah menarik kesimpulan (93,2%). Semua siswa melaksanakan percobaan dan diminta untuk menganalisis hasil pengamatan yang sudah tersedia pada isian LKS. Dalam melaksanakan percobaan, semua siswa aktif dalam pengambilan data sehingga siswa mencatat semua hasil percobaan yang telah dilaksanakan. Sedangkan persentase aspek keterampilan proses sains siswa yang terendah adalah mengidentifikasi variabel (79,7%). Hal ini karena siswa belum terbiasa untuk melakukan praktikum. Kurangnya pengalaman siswa dalam melakukan praktikum mengakibatkan siswa kurang terampil dalam mengolah data untuk dianalisis pada isian LKS. Kendala yang muncul selama pembelajaran antara lain alokasi waktu dalam penerapan model ini, hal ini dikarenakan siswa sering terlambat untuk masuk kelas kendala lain juga karena guru kurang memahami karakteristik siswa didalam kelas, sehingga guru kurang menguasai kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Namun jika semua faktor yang ada dalam model pembelajaran ini dapat dikelola dengan baik maka akan sangat dimungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal..nadifah,a. 2006. Penerapan Model Cooperatif Learning dengan Teknik Bertukar Pasangan pada Pembelajaran Fisika di SMP Studi pada Pokok Bahasan Tekanan Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 9 JemberTahun Ajaran 2006-2007. Jember : FKIP Universitas Jember Rapi, N. K. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No.1 TH. XXXXI Januari 2008. Wirtha, I.M dan Rapi, N.K. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengembangan Pendidikan, April 2008. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa antara menggunakan ketrampilan proses sains melalui model TPS dengan yang menggunakan model konvensional, ditunjukkan dari nilai signifikan yang diperoleh yaitu 0,001 < 0,05. 2. Keterampilan proses sains siswa setelah menggunakan ketrampilan proses sains dengan model think pair share termasuk dalam kategori baik. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta