HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003).

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemampuan, dan kemauan untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA DALAM PERAWATAN STROKE DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Diajukan oleh: NURUL DEVI ARDIANI J 210 050 037 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Suddart & Burner, 2002). Diabetes Mellitus diketahui sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun terutama pada system metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam tubuh (Lanywati Endang, 2001). Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (Health People 2000 cit Sudart & Burner, 2002). Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang dimana baru 50% orang yang sadar mengidapnya dan baru 30% yang sadar untuk berobat (Sudart & Burner, 2002). Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia, menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencapai 8,6% dari 220 juta populasi negeri ini dan diperkirakan akan meningkat. Pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita (Pratiwi Dyah, 2007). Berdasarkan data Departemen Kesehatan jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap maupun 1

2 rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Penyakit kronis seperti diabetes mellitus dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu. Perasaan sedih dan kecewa akan timbul setelah individu terdiagnosa penyakit ini. Hubungan antara stress psikologis dan penyakit sering disebut sebagai interaksi pikiran-tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit. Perawat dapat memberikan dukungan emosional dan memberikan penjelasan tentang berbagai hal yang menjadi kesalahpahaman pasien dan keluarga tentang penyakit ini. Dorongan positif harus selalu diberikan kepada pasien untuk mengurangi dan mengatasi rasa sedihnya (Suddart & Burner, 2002). Jika individu kurang atau tidak mampu dalam menggunakan mekanisme koping dan gagal dalam beradaptasi maka individu akan mengalami berbagai penyakit baik fisik maupun mental (Rasmun, 2004). Ketidakmampuan inilah yang menyebabkan kecemasan, frustasi, konflik, gelisah dan stress. Setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan dan kesedihan baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. (Notoatmojo, 2003). Beberapa penyakit fisik dapat mengakibatkan depresi pada seseorang. Kurang lebih 5-10% masyarakat umum mengalami depresi. Hasil survei Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) yang di umumkan bulan Juni 2007 yang lalu maka hampir semua orang di Indonesia sedang mengalami depresi. Menurut survei ini 94% masyarakat Indonesia mengidap

3 depresi dari tingkat ringan hingga yang paling berat. Depresi telah diprediksi oleh WHO sebagai penyebab masalah utama pada tahun 2020 dan sebagai penyakit kedua di dunia setelah jantung iskemik. Seseorang dengan penyakit kronis, rentan mengalami depresi salah satunya adalah penderita Diabetes. Dari hasil penelitian David 2004 terdapat 48% penederita Diabetes yang mengalami depresi akibat penyakitnya. Dari data Badan Kesehatan Dunia didapatkan 27% penderita depresi pada pasien Diabetes. Penelitian dari Ferris tahun 2004 menyatakan dari 391 orang yang diteliti terdapat 26% depresi pada penderita Diabetes terkait dengan hospitalisasi. Depresi merupakan perasaan sehari hari yang menyertai kesedihan yang dibesar besarkan secara terus menerus. Depresi adalah gangguan suasana hati yang bervariasi. Angka kejadian gangguan depresi berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada pasien perawatan primer yang mendekati 10 persen dan pada pasien medis rawat inap adalah 15 persen. Prevalensi depresi bervariasi pada berbagai penelitian, sekitar 5% - 10% pada orang dewasa dan 1 1,5% pada usia sekolah (Lumbantobing, 2004). Gejala gejala depresi antara lain: Gangguan tidur, nyeri kepala, nyeri abdominal, pusing, nyeri, pandangan kabur, gangguan saluran cerna, gangguan nafsu makan (meningkat atau menurun), konstipasi, menarik diri dari aktivitas sehari-hari, perubahan berat badan (Lumbantubing, 2004). Individu yang mengalami ketegangan psikologik atau depresi dalam menghadapi masalah kehidupan sehari hari memerlukan kemampuan pribadi

4 maupun dukungan dari lingkungan agar dapat mengurangi ketegangan terebut, cara ini yang disebut dengan koping (Rasmun, 2004). Beberapa mekanisme koping psiko-sosial yang biasa dilakukan oleh individu antara lain menyerang, menarik diri dan kompromi. Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang unik terhadap stress. Persepsi seseorang terhadap stressor didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman dan pola hidup, factor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dengan stress, dan mekanisme koping (Rasmun, 2004). Selain mekanisme koping, adaptasi juga diperlukan untuk menjaga integritas baik fisik maupun psikologis, Sister Calista Roy membaginya dalam 4 bagian antara lain: fisik, konsep diri, fungsi peran, dan kemandirian. Kecemasan seseorang dalam menghadapi masalah mempengaruhi kemandiriannya dalam melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari hari karena respon fisiologis tubuh yang menyertainya. Depresi akan meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit karena kondisi depresi cenderung meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol sehingga menurunkan tingkat kekebalan tubuhnya. Pada stadium ini pasien umumnya datang ke dokter (non psikiater) untuk keluhan fisiknya. Karena ini yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Keperawatan berupaya mengatur dan mempertahankan kebutuhan perawatan diri secara terus menerus bagi mereka yang tidak mampu

5 melakukannya. Dalam situasi lain perawat membantu klien dengan sebagian prosedur dengan mengawasi dan memberi pengarahan secara individual sehingga secara bertahap klien mampu melakukannya sendiri. Asuhan keperawatan diberikan ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial (Perry& Potter, 2005). Penderita depresi mengalami penurunan daya tahan tubuh. Selain itu, depresi dipandang cukup berbahaya bagi kesehatan psikis dan fisik karena bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif, emosi dan produktivitas pada individu yang mengalami depresi (e-psikologi, 2000). Dengan masalah kesehatan fisik tersebut penderita akan mengalami penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya. Karena ketidakmampuannya dalam beradaptasi terhadap kondisi fisik maka terjadilah ketergantungan terhadap orang lain. Penderita membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas selfcare mereka. Aktivitas sehari hari merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sehari - hari seperti makan, mandi, berpakaian, eliminasi, pergerakan, dan control eliminasi. Ketika Individu tidak mampu melakukan aktivitas ini secara mandiri maka perlu bantuan dari orang lain. Bantuan dalam aktivitas sehari hari tidak hanya diberikan pada lansia tetapi kepada setiap individu yang sedang memerlukannya atau pada individu yang sedang sakit (Gallo et all, 1998). Suatu penyakit dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap penurunan fungsional. Karena itu pengkajian keperawatan tentang fungsi fisik

6 dan psikososial merupakan hal yang penting karena dapat memberikan petunjuk yang berharga terhadap efek penyakit terhadap status fungsional (Perry& Potter, 2005). Aktivitas sehari hari atau dalam literatur asing disebut Activity of Daily Living merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kapasitas fungsional seseorang yang seringkali mencerminkan kualitas hidup. Semakin mandiri seseorang maka kualitas hidup juga akan semakin baik. RSUD Pandan Arang Boyolali merupakan Rumah Sakit tipe C dengan berbagai macam pelayanan kesehatan yang ada di dalamnya salah satunya adalah Pelayanan dan asuhan keperawatan yaitu instalasi rawat inap. Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis pada tahun 2008 terdapat 585 penderita Diabetes Mellitus rawat inap (Rekam medik, 2008). Maka dari itu penyakit ini perlu diberikan perhatian lebih agar tidak terjadi peningkatan dan bisa mengurangi penyebab kematian dengan meminimalkan tingkat depresi dan memperhatikan tingkat ketergantungan pasien. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan yaitu Adakah hubungan antara tingkat depresi dengan kemandirian dalam Activity Daily of Living (ADL) pada pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali.

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kemandirian dalam Activity of Daily Living (ADL) pada pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tentang tingkat depresi pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Pandan Arang Boyolali. b. Mengetahui tingkat kemandirian pasien Diabetes Mellitus dalam Activity of Dailiy Living (ADL). c. Mengetahui hubungan antara depresi pada pasien Diabetes Mellitus dengan kemandirian dalam Activity of Daily Living (ADL) di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit a. Memberi masukan terhadap Rumah Sakit untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan dalam penurunan tingkat depresi b. Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. c. Sebagai masukan untuk menyusun program yang akan datang untuk meminimalkan ketergantungan yang terjadi pada pasien Diabetes Mellitus terhadap Activity of Daily Living akibat depresi.

8 2. Bagi Pasien Memberi dukungan atau support sosial bagi pasien Diabetes Mellitus maupun keluarganya dengan lebih memperhatikan pasien yang mengalami depresi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Memberi masukan sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut. 4. Bagi Peneliti. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam mengkaji permasalahan tentang hubungan antara tingkat depresi dengan kemandirian dalam Activity of Daily Living (ADL) pada pasien Diabetes Mellitus. E. Keaslian Penelitian 1. Rini Puspa Sawika (2007) dengan judul penelitian Hubungan karakteristik demografi dengan kemandirian Dalam Activity of Daily Living (ADL) pada lansia di Panti Wredha Darma Bhakti Pajang surakarta. Subjek penelitian sebanyak 30 orang lansia yang tinggal di Panti wredha Darma Bhakti Pajang Surakarta dengan menggunakan rancangan penelitian studi korelasi, Instrumen berupa kuesioner, dengan hasil penelitian tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, status perkawinan dan pendidikan dengan kemandirian. Dukungan social menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan kemandirian dalam Activity of Daily Living.

9 Perbedaan Penelitian Rini Puspa W (2007) meneliti hubungan karakteristik demografi tetapi peneliti melakukan penelitian tingkat depresi dengan kemandirian dalam Activity of Daily Living pada pasien Diabetes Mellitus. 2. Jayanti (2008) dengan judul penelitian Hubungan antara konsep diri dengan tingkat depresi penderita Diabetes Mellitus di poli penyakit dalam RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada 40 orang penderita Diabetes Mellitus di poli penyakit dalam RS. Dr. Sardjito Yogyakarta dengan jenis penelitian non eksperimental, rancangan cross sectional, teknik sampling purposive sampling dan metode kuantitatif secara deskriptif analitik. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan hasil penelitian ada korelasi negatif antara konsep diri dengan tingkat depresi pada penderita DM di poli penyakit dalam RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Makin tinggi konsep diri tingkat depresi semakin rendah begitu juga sebaliknya semakin rendah konsep diri, tingkat depresi semakin tinggi. 3. Perbedaan penelitian Jayanti (2008) meneliti tentang hubungan konsep diri dengan tingkat depresi pada penderita Diabetes Mellitus tetapi peneliti melakukan penelitian tentang tingkat depresi dengan kemandirian dalam Activity of Daily Living pada pasien Diabetes Melitus.